Six

5.2K 130 14
                                    




Tanpa pikir panjang Rizky langsung berlari menghampiri Anisa yang tergeletak di pinggir jalan. Diangkatnya badan Anisa dan ditepuk-tepuknya pipi anisa.

"Nis, nis, Anisa?"

"Awww, Sakit woy gue masi idup! jangan ditepok-tepok" jawab Anisa meringis

"Ya abisnya lo merem aja, gue fikir lo mati" cetus Rizky datar

"Gila ya lo masih aja ngarepin gue mati disaat kaya gini. Galiat apa ini jidat gue bocor, tangan kaki gue berdarah? Mau sampe kapan ngajakin gue ngomong?" jawab Anisa meringis

Tanpa aba-aba rizky langsung menggendong anisa dan membawanya ke dalam mobil. Inez langsung berlari menghampiri keduanya dan langsung membukakan pintu mobil Rizky. Inez masih tak mengerti kenapa setelah sekian tahun lamanya, anisa dan rizky kali ini nampak akrab? Dan inez masih tak habis fikir kenapa anisa menghindar setelah menemui rizky? Inez masih mematung ditempatnya, sampai akhirnya pertanyaan rizky membuatnya tersadar.

"Lo mau ikut apa tetep diem disitu, eh?" tanya Rizky yang hendak menutup pintu mobilnya

"Hah? Ggg...guee iya gue ikut" jawab Inez langsung masuk ke dalam mobil Rizky

***

Rizky menjalankan mobilnya menuju rumah sakit atau klinik terdekat supaya luka Anisa bisa langsung dibersihkan, apalagi darahnya masih terus saja mengalir dari luka-lukanya. Celana anisa bahkan sampai sobek karena gesekan badannya dengan aspal. Sepanjang jalan inez terus mengecek keadaan anisa, anisa terus saja meringis kesakitan sambil menggigit bibir bawahnya menahan isak tangisnya yang mau pecah.

"Sakit banget ya? Tahan bentar" jawab Rizky sambil melirik ke arah Anisa disebelahnya

Entah kenapa pertanyaan bodoh itu bisa terlontar dari mulut rizky. Jelaslah sakit, bagaimana tidak sakit terserempet motor sampai jatuh bergesekan dan terseret di aspal. Tapi apa daya, anisa yang sedari tadi menahan sakitnya lebih baik diam dan tidak mengeluarkan kekesalannya, sungguh tak akan sanggup anisa berdebat dengan pertanyaan konyol rizky dengan keadaannya yang seperti ini.

***

Anisa POV

Sesampainya dirumah sakit, Rizky langsung menggendong dan membaringkanku di ugd untuk segera ditangani. Dokter dan suster yang berjaga pun langsung menghampiri.

"Mas silahkan tunggu diluar, biar pasien bisa kami tangani"

Rizky mengangguk dan hendak bergegas keluar ruangan, tapi aku menahan lengan Rizky.

"Jangan sus, biar dia disini aja. Saya takut"

Rizky berdiri disampingku dengan tangannya yang menggenggam tanganku, dan tak segan untuk ku balas. Bukan karena mengambil kesempatan, tapi memang aku takut dengan rumah sakit, dan kalau bukan karena luka-lukaku yang terasa sakit sekali, mungkin aku pun akan berontak saat itu juga saat mendengar kata rumah sakit.

Saat suster dan dokter ini mulai membersihkan lukaku, sontak aku meremas tangan rizky yang masih menggenggamku. Aku memejamkan mataku menahan rasa sakit ketika dokter dan suster ini mengelap lukaku dengan alkohol secara bersamaan. Sepertinya rizky mengerti keadaanku, reflek dia mengelus rambutku mencoba menenangkanku, mungkin dia tau kalau aku takut dengan rumah sakit? Entahlah, yang saat ini aku fikirkan adalah bagaimana caranya semua ini cepat selesai dan aku bisa kembali pulang. Aku benci bau rumah sakit.

Setelah berkutat dengan luka di kaki, tangan dan dahiku, Luka-luka ini langsung ditutupi dengan perban, dan mungki aku akan terlihat sebagai mumi.

"Pasien boleh pulang sekarang, tapi sebaiknya istirahat disini terlebih dulu. Untuk administrasi silahkan diurus di loket depan. Cepat sembuh ya, Saya permisi" dokter yang menanganiku pergi setelah aku dan rizky mengucapkan terima kasih.

unexpected loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang