3. Author's Pov -Sudut Pandang Bimo-

Start from the beginning
                                    

Akhirnya mau tak mau Bimo pun keluar dari ruangan. Berjalan menelusuri lorong demi lorong hingga akhirnya dia sampai di luar rumah sakit. Saat angin dan awal kelabu menyambutnya.

Alam seakan-akan sedang menyindirnya. Karena semenjak kejadian satu bulan yang lalu, Bimo merasa warna di hidupnya telah luntur perlahan dan menyisakan warna abu-abu penuh air mata.

Bimo berjalan gontai menuju ke arah mobilnya di parkiran. Dia mungkin harus pulang, dan sedikit me-refresh otaknya disana.

Di tengah perjalanan konsentrasinya membuyar karena ponselnya berdering. Di lihatnya layar yanhlg berkedip. Aliza. Nama yang tertera.

Segera Bimo menerima telpon itu.

"Halo Mas, Anna sadar." Sesaat Bimo bengong. Otaknya lambat mencerna apa yang di katakan Aliza.

Lalu Bimo menghembuskan napasnya lelah. Pikirannya sedang kacau, sampai-sampai pendengarannya juga sedang kacau.

"Ada apa, Al?" gumam Bimo datar.

"Mas, Anna sadar," jawab Aliza mengulang ucapannya dengan sedikit berteriak girang dari sebrang telpon. Barulah kali ini Bimo mendengar dengan jelas.

Matanya terbelalak mendengar ucapan kakak iparnya itu. Membuat seluruh tubuhnya gemetaran.

Tanpa berucap apa-apa lagi. Bimo langsung memutuskan sambungan telponya. Lalu, bergegas memutar arah balik mobilnya kembali ke rumah sakit.

Sebulan sudah dia berada di rumah sakit menemani istrinya yang tak kunjung membuka matanya.

Sebulan sudah dia melewati setiap harinya dengan harapan baru di pagi hari.

Sebulan sudah dia bergelut dengan perasaan rasa bersalah, cemas dan penyesalan.

Sebulan sudah dia menghabiskan setiap detiknya dengan penuh kepedihan.

Sebulan sudah dia merasa paru-parunya tersumbat, dan tak bisa menerima asupan oksigen.

Sebulan sudah dia merasa darahnya tak lagi berdesir dan mengaril. Tiba-tiba saja membeku membuatnya menjadi kaku.

Sebulan sudah dia merasa jantungnya berhenti berdetak.

Sebulan sudah dia harus menerima, bahwa kini dia hidup di dunia yang abu-abu. Tanpa warna. Karena warna-warna dalam hidupnya sudah terkubur bersama dengan jasad purtinya.

Sebulan sudah dia merasakan hidup hanya seorang diri, hampa tak berkesan.

Sebulan sudah dia selalu merasa sepi di dalam keramaian.

Dan kini semua hal yang menyakitkan di sebulan penuh itu sudah lenyap.

Mendadak telinganya dapat mendengar apapun suara yang berada di sekitarnya.

Mendadak dia menyadari bahwa dia tak sendirian, ada orang-orang di sekitarnya.

Mendadak warna-warna yang telah sirna itu kini mulai kembali bangkit dan menwarnai alam kelabunya.

Dan harapan itu, harapan baru di pagi hari yang selalu ia bawa, kini sudah terkabulkan.

Saat telinganya mendengar kabar si penyemangat hidupnya sudah kembali dan membuat jantungnya kembali berdetak, membuat paru-parunya menerima oksigen, membuat darahnya mengalir membuat seluruh tubuhnya menjadi lentur tak lagi kaku.

Sesampai di rumah sakit Bimo langsung berlari masuk ke dalam bangunan tempat isterinya berada itu. Dan tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat tinggal dua meter lagi Bimo akan sampai di ruangan tempat Anna dirawat.

Bimo berpikir, lalu setelah dia masuk dan bertemu Anna, apa yang akan dikatakannya nanti? Terutama mengenai putrinya. Sudah pasti Anna akan menyalahkan dia sebagai penyebab dari semuanya.

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now