Bagian 3

80K 3.4K 90
                                    

Happy Reading guys:))

***

Aku melangkah ke arah ruang tamu menghampiri tante Dela dan wanita yang duduk disebelahnya.

Mereka berdua menoleh ke arahku bersamaan saat menyadari kehadiranku. "Mom?" sapaku menciun punggung tangannya. Meski sebenci apapun aku sama mertuaku ini tetap saja aku harus menghormati dia. Karena bagaimanapun dia adalah orangtuaku juga.

"Hai, Mbak." Itu suara wanita yang datang bersama tante Dela.

Aku tersenyum tipis menanggapi, lalu menghempaskan tubuhku di sofa untuk sendiri.

"Ada apa, Mom? Tumben sekali main kesini?" Nada bicaraku sebisa mungkin aku buat ramah sekali.

Tapi, tanggapannya tidak seramah aku, mertuaku itu malah terkesan kesal dengan tingkahku.

"Memangnya Mom gak boleh main kesini? Ini kan rumah anak Mommy, kenapa kamu larang-larang?" ujarnya sewot mendelik ke arahku.

Ini tante-tante emang gak ada abisnya ya. Mana tuli lagi. Maafkan aku yanh tidak sopan. Tapi, aku benar-benar sudah kesal sekali dengan tingkahnya. Aku tanya 'mau apa, tumben kesini'. Tapi ngejawabnya kemana-mana. Siapa yang bilang aku melarang dia main kesini. Sensitif banget udah kaya tespek. Menyebalkan sekali!

Aku tidak mengatakan apapun, hanya diam tidak mau repot menanggapi. Sambil sesekali mengelus perutku yang mulai sedikit membuncit. Jangan sampai anakku sepetri itu. Amit-amit, amit-amit. Rutukku dalam hati.

"Mommy kesini antar Rana, dia akan tinggal disini beberapa hari kedepan," jelasnya. Rana, sepupu Bimo yang waktu itu aku labrak di cafe. Tapi, mau apa dia tinggal disini? "Gak usah membantah, Bimo sudah menginjinkan," tambahnya, tuhkan ngomongnya itu kemana-mana. Siapa juga yang membantah. Orang dari tadi aku sama sekali tidak mengeluarkan suara.

"Iya, Mom." Aku menganggukkan kepalaku.

"Kamu sudah tahu 'kan orangtuanya tinggal di Ausie, dan dia lagi ada masalah dengan orangtuanya. Dia gak mau tinggal di rumah karena hubungannya dengan Fabian tidak sebaik dengan Bimo. Jadi dia akan tinggal beberapa hari disini sampai dia dapat tempat tinggal," Jelas Mommy Dela, lagi.

Fabian dan Erika memang memutuskan untuk tinggal di rumah Om Chris, karena Fabian yang baru merintis karirnya. Jadi, mereka belum bisa membeli tempat tinggalnya sendiri.

Kalau sudah begini ya mau bagaimana lagi, rasanya kalau menolakpun tidak mungkin bukan. Toh, hanya beberapa hari. Tidak apa-apa untuk menjadi teman mengobrol di rumah, dia sepertinya orang baik.

"Mas Bimo sudah tahu, Mom?"

"Mommy bilang kan dia sudah mengijinkan. Jadi sudah pasti dia sudah tahu. Bagaimana kamu ini?" jawabnya sewot. Eurgh... lama-lama aku pelintir juga tuh mulut lemesnya. Kenapa sih dia sebegitu bencinya sama aku. Padahal aku merasa tidak punya salah sama dia.

"Tidak usah memutar bola matamu seperti itu. Harus sopan sama orang tua!" sindirnya saat aku mendelik ke arahnya. "Yasudah Anna, Mommy pulang dulu. Malas juga lama-lama disini," tambahnya lagi semakin membuatku ingin meledak dan menghajarnya. Euh... tanganku sudah gatal ingin menjambak rambut merahnya. Tapi aku tidak bisa, aku hanya bisa menghela napas menahan amarahku.

Aku ikut bangkit saat Mommy Dela bangkit lalu mengikuti dia melangkah ke arah luar.

"Inget Anna kamu harus jaga kesehatan kamu, Mommy gak mau terjadi apa-apa sama cucu Mommy!"

"Sudah pasti Mom, dia anakku."

"Dia bukan anakmu, dia cucu Mommy!"

"Terserah." Aku mulai terpancing emosi.

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang