Bagian 1

241K 5.9K 143
                                    

Revisi (UPDATE TIAP HARI)

***

Seperti apa yang sudah aku bilang, kisah aku dan pahlawanku tidak berakhir sampai dimana aku mendapatkan cinta yang sesungguhnya untukku. Cinta yang tidak bertepuk sebelah tangan, cinta yang terbalaskan. Tapi kisahku masih berlanjut hingga tepat 8 bulan yang lalu aku memutuskan mengubah statusku menjadi isteri dari seorang pria tampan dan baik hati yang aku cintai setengah mati Farell Albimous Aghnelli.

Aku masih mengingat 9 bulan yang lalu, saat dia akhirnya melamar ku dengan lamaran yang begitu sederhana tetapi sangat membekas dan berkesan.

Dan sekarang, berbulan-bulan sudah kami hidup dalam satu atap. Impianku ingin melihatnya di saat matahari terbit dan sebelum aku terlelap kini menjadi kenyataan. Kadang masih belum percaya saat aku bangun, aku sudah berada di pelukannya dan melihat wajah terlelapnya. Dan itu terjadi setiap hari. Tidak ada kata yang bisa aku ungkapkan untuk kebahagiaan yang ku dapat sekarang.

Aku terbangun saat tengah malam karena bermimpi. Aku mengerjapkan mataku dan suasana temaram menyambutku. Aku menoleh ke arah jam dinding sudah menunjukan pukul 2 malam. Disampingkupun tampak suamiku sudah terlelap.

"Mas!" Ucapku serak mengguncang bahunya.

"Hm..." dia hanya bergumam dan menggeliat sekejap.

"Mas Bimo bangun!" Gumamku meninggikan nada suaraku dan mengguncangnya lebih kuat.

Kulihat matanya terbuka sedikit tapi kemudian menutup kembali.

"Kakak! Banguuuun..." gumamku kini sedikit berteriak. Sekarang panggilan kakak selalu aku gunakan kalau aku lagi kesal.

"Ada apa sayang? Aku ngantuk." Gumamnya serak dengan mata yang masih tertutup.

"Bangun dulu. Aku mimpi mas!" Aku kembali mengguncang lengannya lalu sedikit menariknya.

Baru kali ini dia membuka matanya dan mengernyit menatapku. Aku tahu pasti dia baru tertidur 2 jam. Karena aku sering maksanya untuk menemaniku, membuat semua pekerjaan dia di kantor terbengkalai. Dan alhasil Bimo harus menyelesaikan pekerjaannya di rumah.

"Mimpi apa sayang? Kamu mimpi buruk, makanya kalau tidur itu baca do'a dulu. Ayo sini aku peluk bobonya." Gumamnya menarik tanganku agar berbaring di sampingnya.

Aku mendorong tubuhnya dan mengerucutkan bibirku kesal "Bukan mimpi buruk!"

"Lalu apa?" ucapnya bingung sambil bangkit dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Aku mimpi naik helikopter." Ucapku membalikan posisi tubuhku menghadap ke arahnya.

"Mimpi apa? Naik helikopter? Itu tidak ada pertanda apa-apa yang. Sudah ayo tidur lagi. Aku ngantuk ini." Ucapnya kembali membaringkan tubuhnya. Tapi terhenti saat aku menahan tangannya.

"Mas, aku ngidam nih." Ucapku menatapnya sedih. Ya, satu bulan lalu aku dinyatakan positif hamil oleh dokter. Dan saat itu aku telat menyadari bahwa aku sudah tidak mensturasi 2 bulan. Kami sangat menanti-nanti kehadiran bayi ini, bahkan sampai harus bergadang tiap malam. Yaaa... kalian pasti tahulah ya buat apa. Tapi ternyata kami baru di beri setelah pernikahan kami sudah 5 bulan.

Dan kabar kehamilanku menjadi kabar baik untuk semua orang. Semua keluarga dan teman dekatku. Termasuk tante Dela.

Ya meskipun ada saja ucapannya yang membuat hatiku mencelos. Saat itu dia bilang, dia senang bukan karena aku hamil. Tapi karena dia akan segera punya cucu dari anak pertamannya. Dan yang lebih menyakitkan itu saat dia bilang "coba aja bayi itu tidak tumbuh di rahim kamu. Pasti tante akan lebih senang." Menyebalkan sekali bukan? Kalau saja dia bukan mertuaku, sudah aku panggang itu tante-tante.

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang