"Apa yang harus kita lakukan?" Bisik Lili bergetar di sampingnya.

"A..aku tidak tahu." Shay menggeleng lemah. Matanya beralih menatap nyalang ke meja makan yang masih terguling menyedihkan.

Tak berselang lama, Ambre muncul diikuti Antoine di belakangnya. Ambre pun segera menginterupsi para nanny untuk membersihkan meja makan. Namun Shay tetap terpaku. Matanya berputar melihat Lydia yang mulai diangkat Antoine. Hatinya terasa mencelos kala melihat Lydia dibawa pergi dalam keadaan lemas. Bahkan, Shay sama sekali tidak bisa melihat wajah Lydia karena tertutupi oleh rambut coklatnya.

Suara melengking Lili menyadarkan Shay dari keterpakuannya. Ia pun mulai mengikuti gerakan Lili yang tengah memunguti pecahan kaca di atas lantai. Sementara pikirannya mulai menjalar ke segala arah. Shay memikirkan segala kemungkinan yang terjadi, dan ia sama sekali tidak menemukan titik temu yang pasti dalam pikirannya. Buntu, nihil, dan..rumit. Shay jadi menyesal sendiri karena tidak menyaksikan segala yang terjadi. Ia tak menyangka keluarga Rousseau yang notabene adalah keluarha Bangsawan, bisa mengalami kejadian seperti ini. Benar-benar di luar dugaan.

"Tuan muda tidak ada! Tuan muda tidak ada!"

Muncul Torey beserta tiga nanny dari sisi pintu lain. Teriakannya kontan memperkeruh suasana. Para nanny saling menengok satu sama lain, hingga Ambre beranjak dari posisi berdirinya lantas berjalan cepat menghampiri Torey.

"Kau sudah periksa kamarnya?" Tanya Ambre gusar.

"Sudah, Miss. Tuan muda tidak ada di kamarnya. Aku sudah mencari ke ruangan-ruangan lain dan..tidak ada."

Hening.

Aura panik semakin membuncah.

Shay dan Lili saling pandang. Dari sorot matanya, Lili yang terlihat sangat panik. Sementara Shay semakin dilanda kebingungan. Tiba-tiba, Lili bangkit dari posisinya dan mulai menarik Shay dalam genggaman tangannya. Gadis asia itu berjalan cepat menghampiri Ambre.

"Kami akan mencarinya!"

Tanpa menunggu persetujuan Ambre lagi, Lili melangkah cepat keluar dari ruang makan diikuti Shay yang masih digiring olehnya. Shay hanya bisa mendengus pasrah tanpa bisa melakukan penolakan apapun. Meski dirinya sama sekali tak berminat untuk membantu mencari Justin. Apalagi, mengingat bocah itu..ah Shay rasanya ingin muntah bila mengingatnya.

Mereka menyusuri lorong yang terhubung ke ruang tengah. Ruang tengah tampak lengang dan sepertinya tak ada seorang pun yang berada di sana. Lili mulai melepas genggamannya di tangan Shay lantas berjalan cepat memutari ruang tengah sembari berteriak menyerukan nama Justin dengan sebutan 'Tuan muda'.

"Tuan muda! Tuan muda!" Seru Lili lantang. Sirat panik masih terdengar jelas dalam suaranya.

Shay hanya diam. Memandang datar tubuh mungil Lili yang bergerak-gerak dengan cepat menelusuri seisi ruang tengah. Shay yakin, Justin tidak mungkin menyendiri di ruang tengah. Ruangan yang jelas-jelas mudah dijangkau oleh siapa pun. Lagipula, untuk apa lelah mencari? Justin pasti tidak mungkin kabur. Ia hanya..bersembunyi.

"Mengapa kau diam saja!?" Gerutu Lili kesal, ia mulai menatap Shay dengan mata yang berkaca-kaca. "Ayo, bantu aku! Tolong.."

Melihat itu, Shay mendengus. Rasanya tak tega melihat wajah menyedihkan Lili. Shay pun mulai beranjak dari posisinya dan memilih untuk berpencar. Ia keluar dari ruang tengah dan memilih untuk keluar dari area rumah. Mungkin Justin ada di halaman belakang? Siapa tahu saja.



***



"Tuan muda!" Shay berteriak. "Tuan muda!"

Sialan. Ini sudah setengah jam dan Justin belum juga ditemukan. Di halaman belakang, Shay tidak menemukannya. Di aula, di ruangan lain Shay sudah telusuri dan Justin tidak ada. Para Bodyguard, nanny lain, bahkan para koki pun mulai ikut mencari. Apa Justin benar-benar kabur?

SLUT [DITERBITKAN]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant