CSD 16

10.9K 527 5
                                    

Tanpa sadar Echa membingkai wajah Pak Dirga dengan kedua tangannya.

"Hahahahah...wajah Pak Dirga sangat lucu...Echa suka dengan hadiah ini, ini, ini..." tawa Echa meledek, menunjuk luka-luka pada wajah Pak Dirga.

"Kamu suka wajahku seperti ini cha ??"

"Heeemm..." Echa manggut-manggut berusaha menahan tawanya.

"Kamu menertawakanku cha ?? Kamu meledekku cha ??" tanya Pak Dirga melihat Echa yang masih menertawakanya sangat tipis.

"Tidak...Echa tidak meledek Pak Dirga, Echa tidak menertawakan Pak Dirga...hahahahahahah" seketika itu juga tawa Echa lepas, dia tertawa terbahak-bahak didepannya tanpa melepaskan tangannya dari wajah Pak Dirga.

"Ohhh...jadi begitu ?? Rasakan pembalasanku Cha..." Pak Dirga mengelitik pinggang Echa, sehingga Echa meliuk-liukkan tubuhnya kekanan kekiri berusaha menahannya, tubuh Echa ambruk dibawahnya, tanpa disadari oleh mereka, posisi mereka telah berubah. Pak Dirga berada diatasnya.

"Ampuuuunnnn...ampuuunnn Pak Dirga....hahahhahahah" mohon Echa, masih menyisakan sedikit tawanya dan menyapu airmatanya yang muncul disudut matanya akibat tawanya.

Pak Dirga yang baru menyadari posisinya langsung menghentikan kegiatannya. Dia menatap dalam mata Echa, dia terkesima melihat Echa yang menertawakan dirinya. Seakan...masalah Rafa telah hilang dari pikirannya, apakah dia sudah melupakan Rafa dalam semalam ??

"Jangan panggil aku Bapak, aku sangat mencintai kamu cha..." ucapanya amat pelan.

"Apa ?? Bapak bilang apa ??" tanya Echa, benar-benar tidak mendengar ucapan Pak Dirga dengan jelas. Karena dia masih sibuk menahan tawanya.

"Cepat turun, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu dibawah" ucap Pak Dirga tanpa ingin mengulang ucapannya tadi. Dia bangkit dari posisinya dan berlalu keluar kamar. Didepan kamar, dia berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdebar naik turun sangat cepat.

© © © © ©

Beberapa hari dari kejadian itu telah berlalu, Pak Dirga pergi kerumah almarhum istrinya yang tidak lain adalah mamanya Rafa.

Pak Dirga memarkirkan mobilnya dihalaman rumahnya, lalu masuk kedalam rumahnya. Menemukan Rafa didalam kamarnya tengah berkemas-kemas.

"Raf, kamu mau kemana ??"

"Rafa mau kembali ke Surabaya pa, pekerjaan Rafa disana tertunda selama Rafa berada disini" jawabnya, tanpa memperhatikan kehadiran Pak Dirga yang telah duduk didekatnya. Tangannya masih sibuk memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam tas besarnya.

"Lalu...bagaimana dengan Echa ?? Kamu mau meninggalkan Echa sendirian disini ??" Rafa tersenyum melihat papanya, menghentikan kegiatannya sebentar lalu kembali berkemas.

"Echa ga sendirian disini pa...ada papa yang selalu menjaganya. Lagi pula...aku sudah putus sama Echa"

"Putus ?? Papa tidak percaya kamu sudah putus dengannya, bukannya kamu sangat mencintai Echa ?? Lalu, kenapa kamu memutuskannya secara sepihak ??"

"Karena...karena...aku mencintai wanita lain di Surabaya" bohongnya.

"Raf...apa kamu fikir papa akan percaya dengan alasan itu ?? Meskipun kita tidak tinggal bersama...papa tau kapan kamu berbohong dan kapan kamu jujur"

"Aku tidak perduli papa percaya dengan ucapanku atau tidak. Tapi, jika Echa bertanya...katakan saja seperti itu. Katakan aku mencintai wanita lain, jangan pernah membenciku...dan...Rafa mohon... Jagalah Echa, Rafa serahkan Echa sama papa..." Rafa menutup resleting tas besarnya.

"Raf, kamu tau...arti ucapan kamu itu ?? Sekali kamu menyerahkan Echa sama papa, tidak akan sekalipun papa biarkan kamu untuk mengambilnya kembali" tegas Pak Dirga.

[02] Cinta Semanis Duren ( Duda Keren ) [Complete]Where stories live. Discover now