Apalagi, hari ini ia ditugaskan bersama seorang nanny seumur Lydia yang bernama Rose. Rose dikenal dengan wanita pendiam dan membosankan, seorang janda dan tidak memiliki anak. Dan wanita itu dikenal dengan pembagian tugasnya.

Rose selalu mengambil kendali dalam pembagian tugasnya bersama patner. Dengan siapapun. Dan tak ada yang berani membantah padanya, termasuk juga Shay. Contohnya sekarang ini. Shay ditugaskan mengepel lorong bagian tengah hingga ujung lorong. Sedangkan Rose memilih untuk mengepel bagian tengah hingga depan lorong. Dan bagian Rose lebih sedikit. Tentu itu tidak adil.

Shay tersentak dari lamunannya saat mendengar Rose berdehem keras. Ia segera menoleh sekilas tanpa menghentikan aktivitas mengepelnya.

"Aku sudah selesai." Ujar Rose datar. Ia membawa barangnya lantas berlalu begitu saja.

Shay mendengus melihat kepergian Rose. Lihatkan? Selain terkenal dengan pembagian kerjanya yang licik, Rose juga tidak ramah pada orang.

"Bagus! Sekarang aku sendirian." Gumam Shay sebal sembari terus mengepel di tengah lorong remang yang sepi.

Beberapa menit kemudian, ia hampir selesai. Dengan semangat ia mengepel bagian tengah lorong sembari bersenandung kecil. Hingga tiba-tiba tubuhnya menegang kala ia mendengar suara desahan. Catat; desahan!

Shay mengatupkan bibirnya seraya menajamkan telinganya untuk mendengar. Sekedar memastikan apakah desahan itu benar terdengar atau tidak. Dan beberapa detik menunggu, desahan itu terdengar lagi. Bahkan, lebih keras dari sebelumnya.

Otak Shay bertanya-tanya. Siapa yang bercinta di siang bolong seperti ini?

Ini lorong kamar khusus keluarga Rousseau. Ia tahu pasti saat mengantarkan makanan untuk Justin bersama Lili dulu. Ujung lorong ini masih memperlihatkan pintu kamar Justin yang tertutup rapat. Apa mungkin, Lydia dan Pierre? Tidak. Shay menyaksikan kepergian Pierre ke kantornya saat ia tengah menyapu teras.

Mata Shay memicing ketika desahan itu lagi lagi terdengar. Hingga iris matanya menemukan cahaya pipih yang berasal dari celah pintu yang terbuka. Pintu yang terletak di sisi kanan lorong, di dekat pintu kamar Justin. Pintu kamar Lydia dan Pierre.

Shay mengernyit, sebelumnya saat ia membersihkan permukaan lantai di sekitar sana, ia tidak mendengar suara desahan sama sekali. Dan setahunya, keadaan semua kamar tengah kosong. Justin tengah belajar bersama guru privat di bawah, Lydia tengah membaca majalah di halaman belakang. Dan Pierre? Jelas ia pergi ke kantornya.

Shay berjalan mendekat menghampiri celah pintu yang terbuka itu dengan hati-hati. Satu tangannya masih memegang alat pel. Dan desahan itu semakin terdengar jelas.

"Ahh! Ahh! Merde! Putain! Harder..please..!"

Wow, Shay menggeleng tak percaya. Siapapun yang bercinta di dalam kamar itu, Shay tahu pasti suara mendesah yang berasal dari wanita itu pasti seorang jalang. Terdengar dari kata kata kasar yang dikeluarkan. Persis seperti kebiasaan Vanessa saat bercinta.

Shay sudah sampai di depan pintu. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya ke celah pintu yang terbuka. Hingga matanya membelalak kala menemukan pemandangan mengejutkan di dalam kamar Tuan dan Nyonya keluarga Rousseau.

Tuan Pierre tengah bercinta.

Dengan orang lain.

Shay melihat dengan jelas bagaimana buah pantat mulus Pierre yang bergerak-gerak memacu kenikmatan. Mata Shay menajam seiring dengan posisi bercinta Pierre yang berubah. Shay berusaha melihat wanita yang tengah disetubuhi Pierre.

SLUT [DITERBITKAN]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon