10

7.1K 710 5
                                    

Ali sungguh tak bisa meragukan lagi perasaannya terhadap Prilly,  rasa yang benar-benar dia rasa karna dia sungguh-sungguh mencintai Prilly, bukan sebagai sahabat tapi menginginkan dia menjadi pacar. Ali benar-benar dilema antara harus menyatakan yang sebenarnya atau tidak, tapi jika dia jujur, dia juga takut Prilly menolaknya, atau bahkan lebih buruknya Prilly akan menjauhinya.
Tapi kata hatinya yang lain Ali harus mengungkapkan apapun resikonya, Ali tak ingin jika ada pria selain dirinya yang berusaha mendekati Prilly.

"Apa yang harus gue lakuin sekarang?" keluh Ali, lalu membanting tubuhnya di tempat tidur

***

Pagi ini entah kenapa Prilly seperti sedang ditaburi bunga-bunga ditaman, mengingat tadi malam. Bukan tentang Dion yang secara tiba-tiba datang karna tak ingin Prilly dekat dengan lelaki manapun selain dirinya, tapi sikap Ali yang jujur bahwa dia merasa bangga karna Prilly membelanya, dan sekarang Prilly pun tak sabar menunggu Ali datang menjemputnya

Berbagai pertanyaan sudah memenuhi fikirannya tentang apakah dia benar-benar sudah mencintai Ali? Tapi bukankah Ali hanya sahabatnya, dan selama nya Ali akan menganggapnya sebagai sahabat, bukan yang lain. Tapi bagaimana pula dengan sifatnya yang selalu marah jika Prilly berdekatan dengan Dion? Apa itu hanya sebatas perhatiannya karna tak ingin Prilly kenapa-kenapa?
Prilly sungguh dibuat bingung oleh Ali.

"Ya Tuhan, jika memang perasaan ku ini pada nya salah, tolong luruskan, aku tak ingin membuat kekacauan dihubungan ini, aku tak ingin Ali menjauhiku hanya karna aku yang ingin lebih dari sekedar sahabat" gumamnya di dalam kamar sambil menanti kedatangan Ali

Seketika lamunan Prilly buyar saat telinganya mendengar suara klakson mobil berbunyi didepan rumahnya, Prilly segera bangkit menuju pintu dan hatinya berkata pasti Ali yang sudah datang menjemput.

"Loh kok kamu yang jemput aku? Aku kan gak minta kamu jemput aku" seketika senyum diwajah Prilly hilang karna yang datang adalah Dion bukan Ali

"Iya aku sengaja jemput kamu tanpa kamu minta, ayo naik kita berangkat" Dion mengajak Prilly tapi Prilly tetap tak mau karna dirinya sedang menunggu Ali

"Sorry ya aku sudah ada janji berangkat bareng sama Ali" Secara pelan Prilly menolak ajakanya terlihat sekali diwajah Dion kalau dia telah kecewa dengan penolakan itu

Tiba-tiba suara klakson mobil lain berbunyi dari arah depan gerbang rumah Prilly, sosok pria yang Prilly tunggu sejak tadi pagi, dia sahabat Prilly, sahabat yang mampu membuat perasaan dihatinya seketika berubah, dia Ali

"Sorry ya Dion aku pergi bareng Ali" Prilly pun meninggalkan Dion yang masih berdiri didepan rumah Prilly dan melihat kepergian Prilly yang kini tengag menghampiri Ali

"pagi Li" Prilly masuk kedalam mobil Ali dan seketika itu Ali menutup kembali pintu mobilnya dan segera melajukan mobilnya

"Bunda sama Ayah pulang jam berapa tadi malem?" Tanya Ali pada Prilly

"Jam 12 Li" jawab Prilly seadanya

"Oh iya maaf tadi aku gak mampir pamit sama Bunda sama Ayah kamu, aku males liat Dion takut mod pagi aku berubah jelek" jelas Ali membuat Prilly seketika tertawa

"Iya Bunda sama Ayah juga gak ada Li, subuh tadi mereka pergi ke Hongkong ngurusin bisnis mereka" ucap Prilly menjelaskan pada Ali

"Oh berapa lama?"

"Seminggu mungkin Li"

"Jadi kamu sendiri dong?"

"Gak lah kan ada supir aku, ada security, ada Bi Inah juga" jelasnya pada Ali

"Tapi Bunda kamu telepon Mama aku loh Prill, Bunda kamu bilang aku disuruh nginep dirumah kamu sekalian jagain kamu selama mereka pergi" penjelasan Ali membuat Prilly sontak terkejut

"Kamu serius Li?" Tanya Prilly mencoba bertanya lagi pada Ali untuk meyakinkan lagi kalau telinganya tak salah dengar

"Serius Prill, nanti pulang dari kampus kamu ikut aku dulu kerumah aku, aku mau ambil baju sama buku-buku"

"Oke.." tentu Prilly senang bukan main mendengar ucapan Ali, dalam seminggu Prilly akan menghabiskan waktunya bersama Ali

Selama perjalanan Prilly dan Ali tak ada hentinya berbincang sesekali tertawa bersama, sampai merekabtiba dikampus. Entah kenapa saat itu Prilly jadi teringat dengan Dion, di benaknya mungkin saat ini Dion sangat marah dengannya karna sudah menolak ajakannya pagi tadi untuk pergi bersama dan untuk pengusirannya semalam.

Prilly berinisiatif untuk mencari Dion dan memberitau jika seminggu ini dia dan Dion harus sedikit menjauh karna seminggu ini Ali akan mengawasinya.

Yang di cari tiba-tiba datang menghampiri Prilly yang saat ini sedang duduk ditaman karna lelah sehabis keliling mulai dari kelas Dion, ke kantin, lapangan basket hanya untuk mencari Dion, untungnya Ali tak bersama Prilly karna Ali saat ini sedang di perpustakaan.

"Prill aku mau bicara" ucap Dion saat sudah berada di hadapan Prilly, kalimatnya berhasil membuat jatung Prilly berdegub kencang

"Mau ngomong apa?" jawab Prilly senormal mungkin

"Kamu kenapa sih dari kemaren kayanya nolak ajakan aku terus?" Tanya nya datar tanpa senyum yang biasanya tanpa ragu dia suguhkan kepada Prilly

"Kan dari kemarin aku sudah ada janji sama Ali, dan untuk seminggu ini pun aku gak bisa di antar jemput kamu dulu, apalagi jalan bareng kamu" penjelasan Prilly sukses membuat Dion terkejut

"Loh kenapa? Apa karna Ali yang suruh kamu jauhin aku?" Terlihat sekali kalau Dion pasti tengah menahan rasa kesalnya pada Ali

"Bukan, karna orang tua aku lagi di Hongkong dan mereka titipin aku ke Ali untuk seminggu kedepan nanti" ucap Prilly hati-hati

"Yasudah aku ngertiin kamu deh kali ini" Dion pun mengulaskan senyumnya, mencoba untuk bisa memahami

"Iya aku masuk dulu ya ada jam nih" Prilly segera meninggalkan Dion setelah Dion menjawabnya dengan anggukan

***

Sekarang Ali dan Prilly sudah berada di dalam rumah milik keluarga Ali, Prilly pun sekarang sedang berbincang dengan Mamanya Ali, sementara Ali mengemasi kepeluannya yang akan dia bawa kerumah Prilly untuk menginap selama seminggu kedepan dirumah Prilly.

Mama Ali benar-benar sangat menyukai gadis imut itu, tak jarang Mamanya itu menyuruh Ali untuk berpacaran dengan Prilly, tapi Ali selalu menjawab gak mau dan ga mungkin karna Ali dan Prilly hanya sahabat.

Sebenarnya jika Ali berani jujur pada Mamanya, Ali juga menginginkan hal yang sama dengan Mamanya itu untuk berpacaran saja dengan Prilly, tapi Ali ragu untuk bilang sama siapapun karna Ali juga yakin Prilly akan menolaknya, dan Ali yakin jika Prilly lebih nyaman kalau bersahabat dengannya.

Ali menuju lantai utama tempat Mama dan Prilly berbincang, dan mengajak Prilly kembali kerumahnya karna keadaan nya sekarang sudah menjelang magrib.

"Ayo Prill pulang" ajak Ali pada Prilly yang masih asik mengobrol dengan Mamanya

"Tante aku pulang ya Ali ganggu kita aja ya Tan, tapi lain hari kita lanjutin lagi ya ngobrolnya" pamit Prilly pada Resi Mamanya Ali

"Iya sayang lain hari Tante pasti ceritain lagi sama kamu tentang hal selain ini ya" senyum Mama Resi tulus pada Ali dan penuh kerahasiaan

"Kalian ceritain apasih? Aku ya?" Tanya Ali penasaran dan tak sengaja Ali melihat album fotonya semasa kecil di sofa tempat Mamanya dan Prilly duduk tadi

"Geer kamu Li" Prilly tertawa meledeknya

"Yaudah deh Ali pergi ya Ma" pamitnya pada sang Mama

"Iya hati-hati, jagain Prilly yang bener Li awas kalau kamu nakalin Prilly" pesan dari Mama Resi sukses membuat Ali sedikit terkekeh

Ali dan Prilly pun segera melajukan mobil menuju rumah Prilly, setelah sampai Ali masuk kedalam kamar yang sudah disiapkan untuknya dan segera merapihkan semua barang yang sudah dia bawa.

***

Revisi dikit tgl 17agustus2020

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang