"Tante Anna!!" suara cempreng milik keponkanku yang paling cantik terdengar saat aku keluar dari mobil.

Aku berjongkok lalu merentangkan tanganku saat Zara berlari ke arahku dan langsung melingkarkan lengan mungilnya di leherku.

"Halo, Sayang, apa kabar?" Aku mengangkat tubuh mungilnya dalam gendonganku sambil mencium lehernya yang wangi strawberry.

"Aku baik, tante Anna gimana?" jawabnya polos memiringkan kepalanya menatapku.

"Tante baik , Sayang."

"Eh, Sayang ayo turun kasihan tantenya, nanti dede bayinya kesakitan." Aku mengalihkan pandanganku lalu tersenyum pada kak Aliza yang berjalan ke arah kami.

"Dede bayi, Bunda?" Mata Zara tampak berbinar saat mengatakannya. Kak Aliza mengambil alih tubuh mungil anaknya ke dalam gendongannya lalu mengangguk.

"Mana dede bayi nya? Ko gak ada?"

"Dede bayinya masih sembunyi , Sayang. Belum lahir. Masih di dalam perut." Aku mengusap kepala Zara lembut.

Zara meronta ingin di turunkan lalu mengampiriku dan mendekatkan telinganya pada perutku. "Dede bayi nanti kalau sudah lahir mainnya sama kakak Zara ya, jangan sama kak Raza. Kak Raza nya nakal, nanti kamu di nakalin sama dia." Aku mengulum senyum melihat tingkah polos Zara.

"Raza mana, Kak?" Aku menyapukan pandanganku pada sekitar. Keponakanku yang ganteng itu tidak terlihat dimana-mana. Padahal meskipun Raza dan Zara sering bertengkar, mereka selalu terlihat bersama-sama.

"Dia lagi tidur. Ayo masuk." Kak Aliza meraih tangan mungil anaknya lalu tangan satunya menggandengan tanganku.

Sampai di dalam rumah aku menceritakan semuanya pada kak Aliza. Sama sepertiku kak Aliza pun kecewa pada tindakan Bimo yang menamparku.

"Dan semuanya semakin tambah rumit karena kehadiran wanita ular itu di rumah kami." Aku benar-benar kesal pada Rana. Gadis yang aku anggap baik dan polos. Ternyata menyembunyikan hal paling menyebalkan.

Kening kak Aliza tampak berkerut saat mendengar ucapanku. "Wanita ular? Siapa? Fero maksud kamu?"

"Bukan kak, Rana."

"Rana?"

"Iya, Rana itu keponakan Bimo. Awalnya aku kira dia orang baik. Tapi, ternyata aku salah, Kak. Dia itu wanita ular jahat banget. Pokoknya nyebelin banget, deh."

"Dia ada di rumah kamu. Kok bisa?" Kerutan di kening kak Aliza tampak semakin dalam.

"Iya, awalnya dia datang bersama tante Dela. Dia sedang ada masalah dengan orangtuanya. Dan dia tidak mau tinggal di rumah om Chris karena hubungannya dengan Fabian tidak baik. Akhirnya kami menerima dia di rumah kami. Karena aku pikir dia bisa menjadi teman mengobrol kalau-kalau Bimo pulang telat. Tapi, yang ada malah dia menyita waktu Bimo. Aku lebih kesal lagi saat tahu kalau dia menyukai suamiku, Kak," jelasku panjang lebar sambil sesekali menghela napas. Rasanya jiwa garangku terpancing kalau mengingat Rana.

"Menyukai suamimu? Kamu tidak salah, Anna?" Kak Aliza tampak terkejut setelah aku mengatakan bahwa Rana menyukai Bimo.

"Tidak, dia yang mengatakannya langsung padaku. Aku saja kaget saat tahu itu. Dia menyalahgunakan kebaikan Bimo padanya."

"Lalu bagaimana sekarang hubunganmu dengan Bimo?" Kak Aliza menyimpan cangkir berisi teh di hadapanku.

"Aku masih belum memaafkannya. Tamparannya itu lebih menyakitkan dari seribu tamparan pria manapun, Kak. Aku belum bisa terima itu."

"Suatu hubungan itu tidak akan lepas dari masalah Anna. Jangan kamu kira hubungan kakak dengan kak Radit juga anteng-anteng aja. Banyak yang memicu pertengkaran di antara kami, apalagi kalau soal waktu saat Radit sedang sibuk. Tapi, kami berusaha mengenyampingkan ego kami. Mengingat sekarang sudah ada Raza dan Zara. Kami tidak mau nanti mereka yang terkena imbasnya." Kak Aliza menyeret kursi di sampingku lalu duduk disana.

"Dan kalian pun harus begitu Anna. Kamu harus ingat. Ada buah cinta kalian yang kini sedang tumbuh di dalam rahim mu. Jadikan dia sebagai kekuatan hubungan kalian. Jika sudah begitu semuanya akan mudah. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan hubungan kalian."

Aku tersenyum lalu memeluk tubuh kak Aliza. Tidak salah aku menceritakan semuanya pada dia. Dia selalu punya solusi yang terbaik. Dan benar kata kak Aliza, aku tidak boleh mementingkan ego. Seperti apa yang di katakan kak Aliza, aku tidak ingin buah cinta kami yang akan menanggung imbasnya.

"Terima kasih, Kak." Kak Radit benar-benar beruntung mempunyai seorang istri yang begitu cantik dan baik juga sangat pengertian seperti kak Aliza.

***

TBC..

Mana suara dukungannya buat Anna melawan Rana???

Yeee, semoga baper yaaa..

Vote and comment nya aku tunggu lhooo..

Terima kasih buat yang udah baca, kasih vomment nya yaaa..

Love you all :*

My Last Happiness (TELAH TERBIT)Where stories live. Discover now