"Hubungan mereka mulai stabil, seolah sistem telah kembali normal. Tapi di dunia algoritma cinta, bug kecil saja bisa bikin crash."
Hari-hari kembali berjalan dengan stabil. Sejak pertemuan rahasia malam itu dengan Sandy, Harry merasa jauh lebih tenang. Sandy memang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berulah lagi. Bahkan, menurut penilaian Harry yang selalu membaca manusia seperti algoritma yang bisa dipetakan Sandy justru tergolong dewasa, tenang,tertata. hampir mirip dirinya, mungkin para hacker memiliki karakter yang sama.
Dan selama Aqeela terlihat bahagia, Harry merasa datanya sudah cukup ntuk menyimpulkan, sistem aman. Untuk sekarang.
Sementara itu, hubungan antara Aqeela dan Fattah semakin lengket. Di mata Zara, keduanya seperti magnet yang akhirnya menemukan kutub sejatinya. Setelah semua konflik dan kesalahpahaman, Zara menyadari satu hal, ia tidak ingin menjadi variabel gangguan dalam persamaan cinta mereka.
Pov Zara
"Mungkin perasaan aku ke Fattah cukup kupendam. Mereka terlalu tulus satu sama lain, dan aku... aku hanya error dalam cerita mereka. Tapi sekarang, aku harus jadi alasan mereka bertahan, bukan alasan mereka hancur."
Zara memilih untuk fokus memperbaiki dirinya. Baginya, melihat senyum Aqeela sudah lebih dari cukup. Aqeela, yang dulu penuh kemarahan dan kecemasan, kini berubah menjadi pusat energi bagi orang-orang di sekitarnya.
Namun ketenangan itu hanya ilusi sistem sementara. Dalam dunia algoritma cinta, selalu ada bug baru yang muncul.
Kali ini, datang dari Mohan.
Desas-desus menyebar cepat, Mohan dan Raisa telah putus. Dan sejak saat itu, Mohan mulai sering terlihat di sekitar Aqeela. Ia iseng, jahil. Tapi... bukan hanya iseng. Ada perhatian yang terlalu konsisten. Bahkan terlalu hangat.
Harry mengamati ini dalam diam. Ia bukan hanya khawatir ia menghitung kemungkinan.
“Jika Aqeela tahu tentang rahasia Fattah, maka kemungkinan Mohan akan masuk, dan sistem akan crash. Endgame.”
Begitu pikirnya.
Sementara itu, Fattah juga mulai merasakan ancaman.
***
Saat jam istirahat siang, setelah kelas selesai...
"Haii pacar!" Fattah berdiri di depan pintu kelas Aqeela, membawa sesuatu di tangannya. Sebuah flower crown, dirangkai dari bunga taman belakang sekolah.
Aqeela menatapnya curiga. “Fattah, tumben banget kamu romantis gini. Jangan-jangan kamu lagi nyembunyiin sesuatu dan ini adalah sogokan buat aku iya?” ucap Aqeela asal bunyi
Awalnya Fattah terkejut, tapi kemudiab Fattah tertawa. “Ayo ke taman. Aku pengen ngobrol sama kamu.”
Aqeela menatap Fattah penuh curiga, tapi ketika tangannya di genggam oleh fattah kecurigaan itu menurun dan menjadi istirahat penuh bahagia untuk Aqeela .
Di taman belakang sekolah tempat yang rindang dengan angin lembut dan aroma rumput yang baru dipotong mereka duduk di bangku kayu yang mulai usang. Langit mendung, tapi tak hujan.
"Aqeela " ujar Fattah sambil memainkan ujung flower crown itu, "kamu keliatan terlalu nyaman sama Mohan akhir-akhir ini."
Aqeela tertawa. "Hah?! Si molen ngeselin itu? Gila, kamu jangan mikirnya kejauhan. Aku emang sering ketawa, tapi itu karena dia kayak badut sirkus Fattah."
Fattah menunduk. "Tapi dia bisa handle kontrol emosi kamu dan bikin kamu tenang Aqeela."
“Ya emang sih ...” gumam Aqeela. “...tapi tenang bukan berarti cinta. Fattah, cinta aku cuma buat kamu sumpah demi spongebob.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Algorithm
Teen FictionHarry Alaric Vaughan sudah terbiasa hidup dalam sunyi. Jenius di bidang teknologi, tenang, tertutup, dan terlalu dingin untuk peduli urusan orang lain. Dunia baginya hanya algoritma, kode, dan layar komputer sampai dia mendengar suara cempreng yang...
