"Rencana sederhana bisa menjadi momen abadi, bila disertai cinta yang tulus."
Pintu kayu rumah itu terbuka perlahan, menampilkan sosok wanita paruh baya yang tampak begitu modis dan memesona. Wajahnya bersih, senyumnya hangat, dan penampilannya… wow, bisa ngalahin influencer skincare.
“Haiii tante! Selamat siang! Aku datang lagii~” seru Aqeela dengan gaya khasnya yang selalu penuh energi dan suaranya cempreng .
Tante Diah, mama dari Zara, langsung tersenyum lebar. Sosoknya kontras dengan Zara yang pendiam dan lembut. Tante Diah adalah versi dewasa dari Aqeela centil, modis, tapi tetap elegan.
“Halo..., Aqeela sayang! Seneng deh kalian main ke sini lagi. Dengan senang hati, pintu rumah ini terbuka lebar buat kamu” ucap Tante Diah sambil membukakan pintu selebar mungkin, seakan sedang menyambut bintang tamu talkshow.
Aqeela yang awalnya masuk dengan gaya heboh, tiba-tiba berubah jadi malu-malu kucing. Matanya berbinar-binar, kedua telunjuknya saling bertemu sambil ditepuk-tepukkan gestur khas bocah yang minta sesuatu.
“Tante, tante tau gak?” bisiknya pelan tapi penuh semangat.
“Apa tuh, Qeela?” jawab Tante Diah, mencondongkan tubuhnya seperti sedang menerima informasi rahasia negara.
“Hari ini aku aniv… sama Fattah. Yang ke-empat tahun! Seluruh dunia wajib tahu! Termasuk tante!” bisik Aqeela seperti konspirator lucu yang terlalu bersemangat.
Tawa Tante Diah meledak seketika. “Hahaha, ya ampun! Empat tahun?! Waw! Lama juga ya. Tetap langgeng ya, sayang” katanya sambil mencubit pipi Aqeela dengan gemas.
Tapi belum selesai sampai di situ. Aqeela langsung maju satu langkah lagi, ekspresinya sekarang seperti anak kecil yang sedang menawar es krim ke ibunya.
“Aku punya permintaan, tante. Pleaseeee banget” ujarnya, matanya memohon dengan sparkle-sparkle virtual seolah-olah dia baru install filter dramatis.
“Kamu mau apa, sayang? Tante masakin lagi? Atau mau hadiah? Ayo bilang, kita rayakan hari bahagia kamu hari ini!” Tante Diah benar-benar ikut terbawa dalam vibes absurd Aqeela.
Aqeela mengangguk pelan, lalu mengeluarkan kartu asnya.
“Bolehkah aku… candle light dinner romantis di rumah ini?” tanyanya dengan suara super imut.
“Soalnya kalau di rumah aku… suasananya masih horror. Nanti gak aesthetic, Tante,” lanjutnya sambil menunduk, menepuk-nepuk telunjuknya lagi seperti anak kecil yang meminta gulali di pasar malam.
Tante Diah tertawa geli, lagi. “Hahahaha, ya ampun Aqeela, kenapa sih kamu tuh gemes banget,” katanya sambil kembali mencubit pipinya.
“Boleh dong, sayang. Tapi tante gak mau ikut campur ya. Biar Harry sama Zara yang bantuin semuanya. Tante bagian beres-beresnya aja, soalnya selera tante udah beda sama anak muda. Bisa-bisa nanti kamu dinner-nya pakai taplak jadul motif batik.”
Aqeela mengangguk semangat, matanya langsung nyala seperti layar loading yang berhasil 100%. "ahhhh makasi tante cantik". ucap Aqeela seraya memeluk tante Diah .
Dari kejauhan, Harry memperhatikan semua interaksi itu dengan tatapan tenang. Tangannya bersilang, pikirannya berjalan lebih cepat dari koneksi 5g.
Suasana rumah horror?
Itu bukan istilah biasa dari Batgirl absurd itu. Apa yang membuat seorang gadis penuh keberanian yang bisa berdebat sama preman, nyanyi di atap asrama, dan teriak kayak sirine ambulans merasa takut?Ada bug yang belum dia pahami di balik itu.
“Batgirl... kalau sistem dalam rumahmu error, aku akan cari source code-nya. And debug everything.”
“I won’t let you crash again, Little Girl.”
YOU ARE READING
Love In Algorithm
Teen FictionHarry Alaric Vaughan sudah terbiasa hidup dalam sunyi. Jenius di bidang teknologi, tenang, tertutup, dan terlalu dingin untuk peduli urusan orang lain. Dunia baginya hanya algoritma, kode, dan layar komputer sampai dia mendengar suara cempreng yang...
