Harry Alaric Vaughan sudah terbiasa hidup dalam sunyi. Jenius di bidang teknologi, tenang, tertutup, dan terlalu dingin untuk peduli urusan orang lain.
Dunia baginya hanya algoritma, kode, dan layar komputer sampai dia mendengar suara cempreng yang...
"Kamu menarik busur sekuat keyakinanmu, aku menyusun kode serapi kebisuanku. Tapi cinta ini, tak pernah kita rancang ia tumbuh di antara jeda, diam, dan detak yang tak bisa diretas."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aqeela menunduk, menggenggam erat busurnya. "Harry..." bisiknya gugup. "Iya, Aqeela. Kamu kenapa?" tanya Harry sambil tersenyum pelan, suara serendah desiran angin.
"Aku gugup banget. Kamu liatin aku terus yang lagi latihan manah..." Harry tertawa pelan, tapi matanya serius menatap gadis kecil itu. "Gugup itu cuma bug sementara, Aqeela. Kamu tinggal refresh keyakinanmu.You can do it litle girl"
Aqeela menghela napas dalam, tapi tetap tak menatap Harry. "Kadang aku takut... anak panahku nyasar. Takut sasaran itu bukan tempat aku seharusnya." Harry menatap ke arah papan sasaran di ujung lapangan rumput, lalu kembali menatap Aqeela.
"Panah yang kamu lepas itu bukan cuma senjata," ucap Harry lembut. "Itu adalah pesan. Setiap tarikan busur kamu, itu adalah baris kode tentang siapa kamu. Dan suatu saat... ketika dunia mengalami system error dan semua orang nge-logout dari hidupmu..."
Harry perlahan mendekat, suaranya makin dalam dan penuh makna. "Aku yang akan decode semua sinyalmu. Aku yang akan baca source code hatimu dari awal sampai akhir, meski kamu sudah lupa cara login ke dirimu sendiri."
Aqeela menatap Harry, matanya berkaca-kaca. "Kalau panahku tersesat... kamu masih bisa cari aku?" "Aku bakal retrace semua jalurmu Aqeela, meskipun kamu tersesat di labirin paling rumit, aku bakal jadi arah angin yang bawa anak panahmu pulang."
Harry memegang tangan Aqeela yang gemetar. "Sekarang tarik busurmu, bukan buat kena sasaran... tapi buat nyampein pesan,kamu nggak sendiri. Ada aku, jadi target dummy nya, kalau semua orang berhenti ngerti kamu."
Aqeela menarik busur, melepaskan anak panah. Tepat di tengah. "One shot. One heart" bisik Harry. "One love" jawab Aqeela.
Mereka tersenyum dan tertawa lirih. Ketika Harry hendak menyentuh wajah Aqeela Semua menghilang.Harry terbangun, menatap langit-langit kamar dengan napas berat.
"Suatu saat... aku bakal jadi panah terakhir yang dia lepas. Tapi bukan buat perang... buat pulang."
Sebelum mimpi itu... Sebelum padang rumput, sebelum panah dan janji manis, ada satu pemandangan yang bikin Harry merasa sistem hatinya rusak total, Aqeela peluk mohan.Itu terjadi di lab komputer. Sekilas. Tapi cukup untuk menanam error yang dalam di hati Harry.
Ia hanya berdiri di balik rak CPU yang berdebu, menyaksikan dua sosok itu dalam diam. Aqeela lagi ngacak-ngacak CPU sambil cerewet ke Mohan, wajahnya ekspresif banget kayak biasanya. Tapi tiba-tiba...