Harry Alaric Vaughan sudah terbiasa hidup dalam sunyi. Jenius di bidang teknologi, tenang, tertutup, dan terlalu dingin untuk peduli urusan orang lain.
Dunia baginya hanya algoritma, kode, dan layar komputer sampai dia mendengar suara cempreng yang...
“Cinta sejati tak selalu hadir dalam wujud kepemilikan. Kadang ia hanya diam, mengawasi dari jauh, memastikan kebahagiaan orang yang dicintai.”
Langit sore di atas asrama terlihat seperti file abu-abu, kosong, dan penuh error. Harry berjalan lambat ke kamar asramanya, membuka pintu dengan tatapan kosong. Begitu menutup pintu, ia langsung menyandarkan punggung ke dinding. Napasnya berat. Pandangannya mengambang. Kepalanya masih buffering, terjebak di antara kenyataan dan masa lalu.
Di kantin tadi... Dia muncul.
Aqeela Revanna Celestia. Sosok dengan suara khas sekuat sirine mobil kebakaran dan emosi seabsurd notifikasi spam. Sosok yang pernah "mengunci" hatinya tanpa peringatan, tanpa aba-aba, tanpa firewall.
Harry menutup mata, dan pikirannya langsung menariknya ke masa lalu ke sekolah lama mereka yang berada di bawah satu yayasan. Harry yang SMA kelas 2, dan Aqeela yang masih kelas 2 SMP. Sekilas tampak dunia yang berbeda, tapi hati? Hati tak kenal level kelas.
Aqeela... si cegil imut mungil dengan bakat tersembunyi.Dia bukan cuma gadis dengan suara cempreng dan ocehan tanpa filter. Harry tahu lebih dari itu. Dialah satu-satunya orang yang menyaksikan Aqeela bermain piano dengan emosional, bernyanyi seindah nada yang tak pernah didengar siapa pun, dan menembakkan panah seperti seorang ksatria dari abad ke-15. Tak ada yang tahu itu. Tak ada yang pernah menyangka. Kecuali dia dan pacarnya Fattah karna sebelum fattah masuk ke asrama fattah satu sekolah dengan aqeela.
Bahkan ketika tidak punya akses ke gadget atau menstalker aqeela dengan keahlian hackernya , Harry tetap bisa "mengakses" Aqeela dari ingatan dan observasi masa lalunya. Dia tahu Aqeela bukan tipikal cewek lembek. Dia adalah pahlawan anti-bullying yang selalu berdiri di barisan depan... meski sering juga mode "on fire" kalau kebahagiaannya terganggu. Kontrol emosinya tentu minus. Tapi hati pemaafnya? Plus-plus.
Dan ya... satu hal lagi yang tak pernah hilang dari ingatannya"Dia itu Batgrill gue," Harry pernah bilang ke dirinya sendiri waktu dia berumur 8 tahun dia adalah robin dan aqeela adalah batgril di dunia nyata.
"Harry, lo tetap tenang... biarin dia dengan dunianya sekarang. Lo harus sabar. Waktu masih panjang" gumamnya pelan, seolah menenangkan jiwanya yang sedang crash.
Pintu kamar terbuka. William masuk sambil membawa banyak buku ya mentang mentang william si kutu buku tampan itu . Harry william itu seperti dua vibes reinkarnasi dari cucu Elizabeth ii yang sama sama bernama william harry , mereka tampan layaknya prince.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Muka lo kusut banget, Her. Kayak baju belum disetrika sebulan," celetuk William santai.
Harry cuma senyum tipis. "Gue gapapa. Bentar lagi kelas, kan?"
William mengangguk. "Yok siap-siap."
***
Di dimensi asrama putri yang berbeda frekuensi...
Zara duduk di pojokan ranjang, wajahnya basah air mata. Electra, teman sekamarnya, sedang menepuk pelan punggung zara.
"Sabar ya, Zara... mungkin dia cuma salah paham" ucap Electra pelan.
"Salah paham? Dia ngomong kayak sirine ambulans! Mana ngomongnya depan banyak orang," kata Yoona di ranjang seberang. "Fattah bisa-bisanya pacaran sama cewek nyebelin gitu."
"Eh, tapi jujurly... kalo gue jadi pacarnya Fattah juga kesel sih kalo ada cewek yang caper gitu," celetuk Kirana sambil makan wafer. "Walau... Zara juga gak sepenuhnya salah."
Zara terisak kecil. "Aku gak pernah niat ngerebut siapa-siapa, sumpah...a-aku gatau apa2"
***
Sementara itu, di taman belakang asrama...
Fattah duduk bersila di atas rumput. Aqeela duduk di sebelahnya, memeluk lutut sambil menatap langit.
"Jadi... kamu masuk asrama ini karena bikin masalah biar bisa dikeluarin dari sekolah lama?" tanya Fattah dengan alis terangkat.
Aqeela mengangguk santai. "Iya. Aku niat banget bikin drama biar bisa pindah. Aku gabisa hidup tanpa kmau fattah."Dia menyengir. "Gak seru aja jadi jagoan anti-bullying tapi gak ada kamu yang nyemangatin."
Fattah ngakak. "Ya ampun ... kamu tuh absurd banget. Tapi lucu banget cegil satu ini."
"Ya iyalah, kamu pacaran sama Aqeela Revanna. Mana bisa dapet cewek biasa yang menye menye? harusnya kamu bersyukur dapet aku yang limitied edition fattah"
***
Keesokan harinya, suasana kelas mulai normal kembali.
Raisa dan Mohan, si pasangan spotlight, duduk berdekatan. Raisa melirik Fattah yang duduk bersebelahan dengan Aqeela, lalu sengaja nyenggol Mohan.
"Sayang, menurut kamu... kalo aku duduk sama Fattah biar nular pinter boleh gak sih?" goda Raisa.
Mohan langsung manyun. "Kalo kamu duduk sama dia, aku duduk sama Aqeela."
Aqeela langsung menoleh. "Heh, lo mau duduk sama gue? Lo kuat denger suara sirine kebakaran tiap lima menit emang?"
Satu kelas ketawa.
"Pantes kalo lo masuk drama Korea, pasti bukan second lead. Tapi second chaos" celetuk vio lagi.
***
Di pojok belakang kelas, Harry duduk diam. Matanya lurus ke depan, tapi di balik celah kecil, dia bisa mengintip Aqeela. Suara tawa Aqeela... ekspresi cerewetnya... semua masih sama seperti dulu.
"Gapapa kamu sama dia, Aqeela... Tapi aku akan tetap jaga kamu. Dari jauh. Dalam diam. tanpa sedikitpun menganggu kebahagiaan kamu sekarang"
Namun dalam hatinya yang rumit, ada file baru yang mulai terbuka"Zara".
Senyum Zara yang lembut meski ceroboh dan penuh blunder membuat sisi lembut Harry tergerak. Tapi di saat yang sama, ia mulai sadar... Zara punya sorotan mata yang berbeda saat melihat Fattah.
Apakah dia suka Fattah?
Harry menatap jendela. Batinnya bergejolak lagi. Aqeela, Zara, dan semua misteri di antara mereka.
Namun satu hal yang pasti,Dia belum bisa delete Aqeela dari hatinya.Dan dia belum yakin apakah harus install cinta yang baru.