Lampu ruang tunggu rumah sakit berpendar dingin. Bau antiseptik menusuk hidung, tapi Mark bahkan tidak menyadarinya. Langkahnya mondar-mandir di sepanjang lorong putih itu, tangan mengepal erat di sisi tubuh, rahang terkunci, mata liar mencari tahu sesuatu yang belum ada jawabannya. Nafasnya berat, seolah paru-parunya pun menolak tenang sebelum tahu bahwa Haechan baik-baik saja.
Tadi sore, ia pulang lebih cepat dari tempat kerja. Ada firasat. Bukan firasat biasa, feromon Haechan yang biasanya manis dan menenangkan terasa tipis di udara, seolah menjauh. Seolah... memudar.
Pintu rumah terbuka, dan Mark menemukan pemandangan yang menghantamnya lebih keras daripada pukulan apa pun. Haechan tersenyum. Senyuman lelah tapi hangat, senyuman yang selalu berhasil membuat dunia Mark berhenti berputar.
Namun, senyuman itu runtuh hanya dalam detik.
Tubuh Haechan terjatuh dari sofa dengan suara yang terlalu pelan untuk kepanikan yang datang setelahnya. Darah.... begitu banyak darah, mengalir deras dari antara kakinya, membasahi celana tidur tipis dan lantai di bawahnya. Dunia Mark berhenti. Kemudian meledak.
Ia mengangkat tubuh kecil itu ke pelukannya, suara teriakannya memanggil nama Haechan nyaris putus. Tangannya gemetar, menekan perut Haechan dengan harapan bisa menghentikan darah yang sudah terlanjur keluar terlalu banyak. "Bertahanlah... kumohon, jangan tinggalkan aku..."
Dan sekarang di sinilah ia, berdiri di ujung harap dan ketakutan, menunggu di luar ruang darurat dengan hati yang seperti dikuliti hidup-hidup.
Pintu ICU masih tertutup rapat.
Ruangan itu sunyi, hanya suara detak jam di dinding yang terdengar. Mark duduk sendiri di ruang konsultasi dokter, tangannya mengepal erat di pangkuan, buku-buku jarinya memutih. Jantungnya berdebar keras di dadanya, tetapi udara terasa sesak dan dingin. Pintu terbuka perlahan, dan dokter pribadi keluarga Lee masuk dengan ekspresi yang terlalu tenang untuk kabar yang akan ia sampaikan.
Mark berdiri dengan cepat. "Bagaimana keadaan pasanganku?"
Dokter menghela napas sebelum bicara, seolah sedang menimbang cara paling ringan untuk mengungkapkan beban berat. "Haechan masih tertidur. Bayi kalian selamat, kami sudah menghentikan pendarahannya... tapi aku perlu bicara empat mata denganmu."
Mark mengangguk perlahan dan mengikuti dokter masuk ke ruang konsultasi lebih dalam. Di balik pintu yang tertutup rapat, suasana berubah tegang. Mata Mark berubah perlahan dari cokelat ke biru terang— simbol kekhawatiran melampau yang meledak dari dalam diri alpha hyperdominant sepertinya. Bahkan dokter itu, yang telah terbiasa menghadapi banyak alpha dominan, menelan ludahnya diam-diam melihat perubahan itu.
"Katakan saja," ucap Mark dengan suara pelan, nyaris berbisik, tapi penuh tekanan. "Apa yang terjadi pada omegaku?"
Dokter menarik napas dalam-dalam. "Mark... Haechan sedang mengandung anak kembar."
Mark mematung. "Apa?"
"Bukan hanya anak kembar biasa. Gen mereka... sangat kuat. Kami telah cek ulang hasil tesnya. Mereka mewarisi gen alpha dominan dari garismu secara penuh. Dan tubuh Haechan... kau tahu kan dia omega resesif."
Mark menunduk, kedua tangannya bergetar di sisi tubuhnya. Bahkan kakinya terasa lemas, seperti akan roboh kapan saja.
"Selama ini," lanjut dokter, "kami sedikit percaya kehamilan ini bisa dikendalikan. Tapi sekarang jelas bahwa Haechan—" ia menahan napas, "—menyembunyikan rasa sakitnya darimu. Mungkin karena dia takut kau akan memintanya menggugurkan bayi kalian."
Mark mendongak, matanya yang biru kini berkilat, setitik air tampak menggenang. "Lalu... apa yang akan terjadi pada Haechan-ku?"
Dokter menunduk, suara lirih, hampir seperti menghindari tatapan Mark. "Anak-anak kalian akan selamat. Kami bisa mempertahankan mereka sehingga cukup usia untuk dilahirkan. Tapi saat proses kelahiran... Haechan mungkin akan koma. Dalam kondisi paling buruk, dia—" suara dokter tercekat, "—dia mungkin tidak akan bertahan hidup."
ВЫ ЧИТАЕТЕ
HYPER DOMINANT CODE
Любовные романыDulu, Mark dan Haechan berteman tanpa peduli siapa mereka. Saat kecil, mereka hanya tahu bahwa mereka rukun-Mark si beta biasa dan Haechan si omega resesif. Mereka tertawa bersama, berlarian di bawah matahari, dan menganggap dunia sederhana saja. Na...
