Mark terbangun dengan kepala berat dan tubuh yang terasa lebih lelah daripada sebelum ia tidur. Tidurnya semalam tidak cukup, atau lebih tepatnya, tidak berkualitas. Ada sesuatu yang mengganggunya, sesuatu yang menekan dadanya seperti beban tak terlihat.
Ia melirik jam di meja sebelah tempat tidurnya. Sudah hampir siang. Ia bangun terlambat.
Menghela napas panjang, Mark bangkit, meregangkan tubuh, lalu berjalan keluar kamar menuju dapur.
"Selamat pagi," sapanya kepada ibunya yang sedang menyiapkan sarapan.
"Selamat pagi?" Ibunya tertawa kecil. "Lebih tepatnya selamat siang, Nak. Kau tidur nyenyak?"
Mark hanya menggumam sebagai jawaban. Ia mengambil segelas air lalu duduk di kursi makan, menunggu ibunya menyajikan makanan.
"Oh ya," ujar ibunya setelah beberapa saat, "Haechan dalam masa heat minggu ini, jadi dia tidak akan ke kampus."
Mark hanya mengangguk, reaksinya biasa saja. Ini bukan pertama kalinya ia mendengar hal seperti itu.
Namun, ibunya melanjutkan, "Beli sesuatu untuknya kalau kau sempat. Dia pasti kesulitan karena tidak ada alpha di dekatnya. Bagaimanapun juga, Haechan itu omega dewasa."
Mark berhenti mengunyah.
Bukan karena ia kaget, tetapi lebih karena ia baru sadar— Haechan sendirian.
Selama ini, meskipun Haechan tidak begitu terpengaruh oleh feromon alpha, tetap saja, heat bukan hal yang mudah bagi seorang omega.
Belum sempat Mark menjawab, suara langkah kaki terdengar, dan ayahnya muncul dari belakang.
"Mark, orang tua Haechan menelepon tadi pagi," kata ayahnya, merapikan dasinya. "Mereka sedang di luar kota dan meminta kau menjaga Haechan untuk sementara waktu."
Mark mengangguk tanpa berpikir panjang. "Baiklah."
Ini bukan pertama kalinya juga.
Karena Mark adalah beta, orang tua Haechan tidak pernah keberatan meminta bantuannya untuk mengawasi putra mereka. Lagi pula, feromon Haechan tidak mempengaruhinya. Tidak ada masalah, bukan?
Hanya saja... entah kenapa, kali ini terasa sedikit berbeda.
Ibunya tiba-tiba bergumam pelan, terdengar seperti berbicara lebih kepada dirinya sendiri. "Mungkin memang lebih baik kalau ada alpha di dekatnya."
Sesuatu dalam diri Mark bergetar.
Ia menaruh sendoknya sedikit lebih keras dari yang seharusnya, menatap ibunya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. "Maksudnya?"
Ibunya terdiam sesaat, menyadari perubahan sikap putranya.
"Yah, kau tahu..." Ibunya mengangkat bahu, mencoba terdengar biasa saja. "Haechan itu omega dewasa. Saat heat, bukankah lebih baik kalau ada alpha yang bisa membantunya?"
Mark merasakan sesuatu merambat naik ke dadanya— sesuatu yang panas dan menusuk.
Ia bahkan tidak sadar genggamannya di atas meja mengeras.
Alpha?
"Dia baik-baik saja," katanya akhirnya, suaranya lebih tajam dari yang ia maksudkan. "Dia selalu melewati heat-nya sendiri."
Ibunya mengangguk pelan, lalu tersenyum kecil. "Benar juga."
Namun, ada sesuatu di dalam tatapan ibunya yang membuat Mark ingin membantah.
Seolah-olah ia tahu sesuatu yang tidak Mark sadari. Seolah-olah ada jawaban yang menggantung di udara, tapi Mark terlalu takut untuk mengakuinya.
Mark sampai di kelasnya dengan perasaan yang masih sedikit berat. Tidurnya tadi malam tidak cukup, tubuhnya terasa lebih kaku dari biasanya, dan ada sesuatu di kepalanya yang terus berputar— sesuatu yang ia bahkan tidak ingin pikirkan terlalu dalam.
YOU ARE READING
HYPER DOMINANT CODE
RomanceDulu, Mark dan Haechan berteman tanpa peduli siapa mereka. Saat kecil, mereka hanya tahu bahwa mereka rukun-Mark si beta biasa dan Haechan si omega resesif. Mereka tertawa bersama, berlarian di bawah matahari, dan menganggap dunia sederhana saja. Na...
