Mark melangkah masuk ke kelas dengan langkah yang sama seperti biasanya— tenang, santai, tak terpengaruh. Namun, ada sesuatu yang berbeda hari ini. Sesuatu yang membuat beberapa pasang mata sempat melirik ke arahnya.
Bajunya.
Biasanya, Mark mengenakan kaus atau kemeja yang cukup pas di tubuhnya, menunjukkan otot-otot yang terbentuk dengan baik. Tidak ketat, tapi cukup untuk memperlihatkan bentuk tubuhnya yang proporsional.
Hari ini, sweater longgar menutupi semuanya.
Terlalu longgar.
Seakan ia sengaja ingin menyembunyikan sesuatu.
Jeno, yang sudah duduk dengan santai di kursinya, langsung melirik ketika Mark menarik bangku di sebelahnya. Pandangannya menyapu Mark dari kepala hingga kaki sebelum kedua alisnya sedikit mengernyit.
"Hei," panggilnya santai. "Kau menukar parfummu kembali ke yang sebelumnya, ya?"
Mark, yang tengah membuka bukunya, melirik sekilas. "Hm?"
Jeno menyandarkan punggungnya ke kursi, masih menatap Mark dengan ekspresi sedikit penasaran.
"Aroma black pepper di tubuhmu sudah tidak ada," katanya, suaranya terdengar setengah bertanya. "Kemarin aku masih bisa menciumnya, tapi sekarang hilang total."
Mark berusaha tidak menunjukkan reaksi apa pun. Ia tetap terlihat tenang, hanya mengangkat bahu sebelum menjawab, "Oh... ya, parfum semalam kayaknya tidak cocok denganku."
Jeno menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk kecil. "Hm."
Sepertinya dia tidak terlalu curiga.
Tapi tetap saja, Jeno terlalu peka terhadap hal-hal seperti ini.
Mark menekan napas dalam-dalam, membiarkan pikirannya melayang kembali ke pagi tadi.
Uap tipis masih memenuhi kamar mandi saat Mark berdiri di depan cermin, mengenakan celana longgar dan membiarkan handuk menggantung di bahunya.
Refleksi dirinya menatap balik dengan ekspresi kosong.
Tangannya perlahan meraih sebuah botol kecil di atas wastafel.
Scent blocker.
Tanpa ragu, ia membuka tutupnya dan menuangkan cairan bening itu ke telapak tangannya. Aroma alkohol samar memenuhi udara sebelum perlahan memudar ketika ia mengoleskannya di leher dan pergelangan tangan.
Dalam hitungan detik, aroma khas feromon yang samar langsung menghilang.
Berganti dengan bau netral.
Bau yang hampir tidak terdeteksi.
Mark menatap bayangannya di cermin, menekan bibirnya rapat-rapat.
Terlalu berisiko.
Ia tidak bisa membiarkan siapa pun mencium feromonnya.
Terutama bukan Haechan.
Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi omega itu jika mengetahui kebenaran tentangnya.
Mark menarik napas dalam, lalu mengembuskannya dengan perlahan.
Ia menutup botol scent blocker itu dan meletakkannya kembali di tempat semula.
Semuanya harus tetap seperti ini.
Tidak ada yang boleh tahu.
Tidak sekarang.
Tidak pernah.
ESTÁS LEYENDO
HYPER DOMINANT CODE
RomanceDulu, Mark dan Haechan berteman tanpa peduli siapa mereka. Saat kecil, mereka hanya tahu bahwa mereka rukun-Mark si beta biasa dan Haechan si omega resesif. Mereka tertawa bersama, berlarian di bawah matahari, dan menganggap dunia sederhana saja. Na...
