PART 31 : Little Wound

11.6K 749 33
                                        


Suasana kamar dipenuhi keheningan yang berat saat pintu tertutup di belakang mereka. Tubuh Mark masih tegang, napasnya belum sepenuhnya teratur, dan darah yang mengering di pelipisnya terasa seperti noda atas kemarahannya sendiri.

"Aku..." Mark membuka suara pelan, suara seraknya terdengar bersalah. "Aku tidak bisa menahan amarahku. Aku bahkan—"

Haechan menghampiri perlahan dan tersenyum lembut, menyentuh pipi Mark dengan penuh kasih. "Aku tahu... dan aku tidak marah. Aku paham, sayang."

Tatapan Mark menunduk. Tapi sebelum ia bisa menyahut lagi, Haechan menariknya pelan menuju ranjang, membuatnya duduk. Lalu, tanpa peringatan, Haechan duduk di pangkuan Mark, menghadapnya langsung. Kedua tangan Mark otomatis memeluk pinggang Haechan, erat, seolah takut kehilangan.

"Ayo sini, aku rawat dulu," bisik Haechan sambil mengeluarkan kotak P3K kecil dari laci. Ia mengambil kapas dan antiseptik, menyeka darah yang menempel di pelipis Mark dengan gerakan penuh hati-hati. Haechan meniup pelan setelahnya, lalu mengecup luka itu sejenak.

"Aku juga minta maaf," ujarnya lirih. "Karena pergi sendirian... dan pakai baju tipis."

Mark langsung menggeleng keras, pelukannya menguat. "Jangan... jangan minta maaf karena itu. Kau berhak pakai apa pun yang kau mau. Aku yang harusnya selalu ada bersamamu. Mulai sekarang... biar aku yang jaga kau terus, ya?"

Haechan tersenyum lagi, matanya lembut. "Oke. Aku tidak akan ke mana-mana tanpa kau."

Namun, wajah Mark masih terlihat agak cemberut. Bibirnya mengerucut sedikit, ekspresi bersalah belum sepenuhnya hilang.

Haechan mencubit pipinya pelan. "Yah, jangan cemberut lagi."

Mark mengerjap kaget, tapi sebelum bisa merespons, Haechan sudah mencium pipinya cepat-cepat. "Tuh, kan. Gantengnya hilang kalau mukamu cemberut terus."

Dan saat Mark baru saja akan mengeluh manja, Haechan malah menggelitik perutnya.

"Ha-Haechan! Jangan—!" Mark tergelak, suaranya pecah karena geli.

"Kau kelihatan terlalu serius," Haechan tertawa ikut-ikutan sambil terus menggelitik.

Tawa mereka memenuhi kamar. Tawa hangat, penuh cinta dan napas lega setelah ketegangan. Tidak ada lagi amarah, tidak ada lagi luka yang tak bisa disembuhkan, hanya dua hati yang saling menjaga, saling melengkapi, dan saling memiliki.

•*¨*•.¸¸♪

Hari itu, matahari bersinar hangat, menyapu bahu mereka dengan lembut saat Mark dan Haechan menyusuri jalanan kecil yang penuh toko kerajinan tangan dan café tersembunyi. Suara burung laut terdengar samar, dan angin pantai menerbangkan helaian rambut cokelat madu Haechan yang hari ini dibiarkan jatuh natural, hanya mengenakan kemeja putih dan celana pendek krem. Di sampingnya, Mark berjalan dengan satu tangan santai di saku, dan tangan satunya menggenggam erat jemari Haechan, seolah tidak ingin melepas.

Sesekali, beberapa orang yang mereka lewati mulai berbisik. Beberapa langsung menatap, memicingkan mata, mencoba memastikan apakah yang mereka lihat benar-benar pasangan viral yang belakangan ini mencuri perhatian.

"Eh... itu beneran Lee Haechan, ya? Yang aktor rookie itu?"

"Dan... cowok di sebelahnya... bukan itu Mark Lee yang katanya alpha hyperdominant yang baru manifest?"

"Gila... mereka pasangan sempurna."

Haechan mencuri dengar, lalu tertawa kecil, memalingkan wajah ke Mark. "Mereka mulai kenal kita, ya?"

HYPER DOMINANT CODEWhere stories live. Discover now