PART 24 : Behind Those Eyes

Start from the beginning
                                        

Haechan tertawa pelan, merangkul leher Mark. "Tadi aku mengobrol bersama Ibu dan eomma, mereka bertanya-tanya apa kita mau bertunangan," ujar Haechan, matanya berbinar seperti sedang menggoda.

Mark sedikit terkejut, hampir kehilangan keseimbangan, tetapi tetap tersenyum lebar. "Ah, ibu... seharusnya aku yang menanyakan itu padamu," kata Mark, sedikit terburu-buru, namun suaranya penuh dengan kehangatan.

"Jadi, apa kau mau bertunangan denganku?"

Haechan menatap Mark dengan penuh semangat, lalu mengangguk antusias. "Tentu saja aku mau, Mark. Aku ingin sekali," jawabnya, suaranya penuh keyakinan, tanpa ragu sedikit pun.

Mendengar itu, Mark merasa hatinya meleleh. Dengan gemas, dia mengecup bibir Haechan, lalu mencium pipinya berkali-kali, menciptakan gelak tawa yang penuh kebahagiaan. "Kau membuatku gila, Haechan," Mark bergumam antara ciuman-ciuman kecil yang tak henti, matanya penuh kasih sayang.

Haechan tertawa lebih keras, hampir kehilangan keseimbangan di pelukan Mark. "Aduh, berhenti, nanti aku jatuh!" teriak Haechan sambil masih tertawa.

Namun, Mark hanya tertawa bersama, masih terus mencium Haechan, merasa lebih bahagia dari sebelumnya. Saat mereka akhirnya berhenti, Haechan hanya menatap Mark dengan tatapan penuh cinta, dan Mark membalas dengan senyuman penuh makna.

•*¨*•.¸¸♪

Upacara wisuda baru saja dimulai, dan aula megah itu dipenuhi oleh mahasiswa dengan jubah toga yang berbaris rapi. Namun, di antara semua orang yang sibuk menyesuaikan posisi topi wisuda mereka, ada satu sosok yang tampak lebih sibuk dari yang lain.

"Haechan," suara Mark terdengar lembut, tapi omega itu masih sibuk membetulkan jubah wisuda Mark dengan penuh perhatian.

"Tunggu sebentar," gumam Haechan, kedua tangannya merapikan bagian kerah toga Mark yang menurutnya belum sempurna. "Kau harus terlihat rapi. Ini hari besar."

Mark tidak mengatakan apa-apa, hanya menatapnya dengan penuh cinta. Mata cokleatnya tak sekali pun berpaling dari wajah Haechan yang serius. Senyum kecil terukir di bibirnya saat melihat bagaimana Haechan begitu fokus, seolah yang terpenting saat ini hanyalah memastikan Mark terlihat sempurna di hari wisudanya.

Haechan mendongak setelah selesai, lalu tersenyum puas. "Nah, sekarang lebih baik."

Mark masih tetap menatapnya, kali ini dengan ekspresi yang lebih lembut. "Terima kasih."

Haechan berkedip. "Untuk apa?"

"Untuk selalu ada."

Sebelum Haechan sempat membalas, nama Mark dipanggil ke atas panggung. Aula langsung dipenuhi tepuk tangan meriah saat diumumkan bahwa Mark adalah mahasiswa terbaik di angkatannya.

Haechan langsung bersorak paling keras, wajahnya bersinar dengan kebanggaan. Mark berjalan ke panggung dengan langkah tegap, menerima penghargaan tertinggi dengan kepala tegak.

Setelah menerima penghargaan, tibalah saatnya untuk memberikan ucapan. Mark berdiri di belakang podium, menyesuaikan mikrofon, lalu menghela napas sebelum mulai berbicara.

"Terima kasih kepada semua dosen, rekan-rekan mahasiswa, dan keluarga yang selalu mendukung kami hingga titik ini. Perjalanan ini tidak mudah, tapi kita semua berhasil melaluinya."

Tepuk tangan kembali menggema.

Mark melanjutkan, kali ini suaranya lebih dalam dan penuh makna. "Aku ingin berterima kasih kepada beberapa orang yang sangat berharga dalam hidupku. Kepada keluargaku, terima kasih telah menjadi fondasi kuat dalam hidupku. Kepada teman-temanku—Jeno, Jaemin, dan yang lainnya—terima kasih karena selalu ada untukku."

Kemudian, Mark berhenti sejenak sebelum melanjutkan dengan nada lebih lembut.

"Dan terakhir... untuk seseorang yang mungkin sudah bosan mendengar namanya kusebut."

Semua orang tertawa kecil, dan di antara mereka, Haechan menegang sedikit, matanya membulat.

Mark mengangkat kepalanya, memandang seluruh hadirin yang memenuhi aula, tetapi matanya hanya tertuju pada satu orang.

"Lee Haechan," panggilnya lagi, suaranya lebih dalam, lebih lembut. "Orang yang sejak awal selalu berada di sisiku, membetulkan jubahku seperti hari ini, menyemangatiku dalam diam, dan menjadi tempat pulang terbaik bagiku. Tanpamu, mungkin perjalanan ini akan terasa lebih berat. Jadi, terima kasih. Untuk semua tawa, semua kehangatan, dan semua cinta yang kau berikan padaku."

Aula kembali meledak dengan sorakan dan tepuk tangan. Haechan, yang awalnya hanya duduk dengan senyum malu-malu, kini menatap Mark dengan mata membulat, rona merah mulai menjalari pipinya.

Namun, Mark belum selesai. Ia menyesuaikan mikrofon sekali lagi, menarik napas perlahan sebelum melanjutkan.

"Kita sudah bersama dari kecil."

Haechan tersentak.

Mark tersenyum kecil, matanya berbinar penuh rasa sayang. "Dan aku berharap, untuk seratus tahun ke depan, kau masih tidak bosan hidup bersamaku."

Hening.

Lalu, aula kembali pecah oleh sorakan, tepuk tangan, dan siulan menggoda. Semua orang berseru antusias, tertawa, bahkan ada yang berteriak menggoda Haechan yang kini benar-benar memerah seperti tomat matang.

Haechan menutup wajahnya dengan kedua tangan, tubuhnya sedikit merosot di kursinya, tetapi senyuman tidak bisa dihapus dari wajahnya.

Jeno dan Jaemin, yang duduk di sebelahnya, tertawa sambil menepuk-nepuk punggungnya. "Ya Tuhan, ini benar-benar gila," ujar Jeno sambil tertawa.

"Mark sangat tidak tahu malu," tambah Jaemin dengan nada geli. "Tapi kau suka, kan?"

Haechan mendengus, masih menutupi wajahnya, tetapi anggukan kecilnya tidak luput dari pandangan mereka.

Di atas panggung, Mark masih menatapnya dengan tatapan penuh arti, seolah ingin memastikan bahwa Haechan mendengar setiap kata yang ia ucapkan.

Dan Haechan mendengarnya. Setiap kata. Setiap rasa.

Dan yang paling ia rasakan adalah satu hal— cinta Mark, yang begitu besar, begitu nyata, dan begitu abadi.

Seluruh aula meledak dengan sorakan dan tepuk tangan, tapi yang paling heboh tentu saja Haechan sendiri. Wajahnya memerah, matanya berbinar penuh emosi, dan senyum lebarnya seolah tidak bisa dihapuskan.

Mark menatapnya dari atas panggung, memberikan senyum kecil yang penuh makna.

Dan saat itu, Haechan tahu— dia akan selalu ada di dalam cerita Mark, dan Mark akan selalu ada di dalam ceritanya.

— to be continued —
˚✧⋆ jangan lupa vote dan comment ya ˚✧⋆

GET READY soalnya momen bucin mereka bakal meledak 🥳🔥🔥🔥🔥

I had so much fun pas nulis karakter Mark bucin 😭😭 Ini belum nikah aja sebucin ini, bisa bayangin gak pas nikah gimana bucinnya 😬😬

Di bayangan aku itu Mark gonna be a good and amazing father, tapi di masa sama Haechan tetap prioritas pertamanya.... Haechan dulu baru semuanya, jadi Haechan ini bisa dikatakan mustahil menciptakan saingan sendiri soalnya gak bakal ada saingan Lee Haechan di mata seorang Mark Lee.

Hari ini uploadnya sedikit awal soalnya hari ini aku bakal sibuk banget yaa pas malem !

HYPER DOMINANT CODEWhere stories live. Discover now