Extra Chapter III - Conceive

Start from the beginning
                                        

Lelaki muda itu tersenyum manis. Tangannya terlihat mengusap punggung tangan istrinya dengan perlahan, kemudian ia menarik punggung tangan itu untuk dikecup oleh bibirnya. Ia tahu bahwa Giandra-nya selalu siap untuk banyak hal.

"My Dear," panggil Giandra yang membuyarkan tatapan Nicholas yang tak berkedip, "bagaimana kalau kamu kabarin ayah dan bunda? Bilang ayah bunda untuk mengosongkan jadwal mereka di akhir tahun dan pergi ke Australia."

Lelaki muda itu melirik aplikasi jam yang ada di ponselnya. Ia melihat jam lokal London, tempat orang tua Nicholas saat ini, dan menaikkan alisnya dengan yakin. "Mereka sedang menikmati sorenya di London." Nicholas berujar sembari menaruh ponselnya di nakas samping ranjang. Ia pun langsung mengubah posisinya untuk mendekap istrinya. "Ayo sini tidur."

Dengan perlahan, Giandra mengubah posisinya untuk didekap dalam tubuh Nicholas. Tangan lelaki itu langsung menarik selimut tebal untuk menyelimuti tubuh mereka berdua. Tak ketinggalan, Nicholas juga menepuk bahunya dengan lembut.

"Kamu melakukannya dengan baik. Sangat baik." Nicholas memuji dengan tatapan yang tak lepas dari iris cokelat milik Giandra. "Setelah ini, aku harap kamu lebih sering menyuruhku apa saja, ya."

Giandra tertawa lembut. Ia tahu bahwa Nicholas sudah meluangkan waktu untuk melakukan pekerjaan bebersih yang tidak bisa dijangkau oleh Mbak Yaya atau ART mamanya.

"Aku sudah menyuruhmu banyak hal yang seharusnya bisa aku lakukan sendiri. Sekarang aku hanya mengamati agar aku tahu progress-nya sampai di mana atau untuk mengetahui keputusan apa yang selanjutnya bisa aku ambil." Giandra menjawab dengan nada yang terasa ingin cepat terlelap. "Peluk aku."

Nicholas mengiyakan dan langsung mendekap Giandra dalam pelukan eratnya. Mengajaknya untuk terlelap bersama sebelum bertemu dengan weekdays.

✮⋆˙

"Bunda."

Saat Giandra masih terlelap dan berada dalam mimpinya, Nicholas terbangun dan langsung menghubungi orangtuanya. Tanpa menunggu lama, Ingrid langsung mengangkat telepon dari anak lelakinya itu.

"Ya, Nicholas?" tanya Ingrid setelah mendengar panggilan telepon dari Nicholas.

"Aku akan jadi ayah. Giandra hamil."

"Congratulations!" Ingrid langsung memberikan selamat melalui sambungan telepon. "Tunggu sebentar!"

Permintaan Nicholas untuk menunggu itulah memberikan jeda untuk Nicholas mendengarkan percakapan bernada antusias antara bunda dengan ayahnya yang terdengar sekilas. "Dear, Giandra hamil! Nicholas meneleponku untuk mengabari ini!"

"Akhirnya! Apakah masih tersambung?" tanya Remus dengan nada antusias.

"Ya. Kamu mau memberikan selamat?"

"Tentu. Berikan aku ponselmu." Remus berujar pada Ingrid dengan suara yang terdengar pada sambungan telepon."Hi Nicholas, ini Ayah. Selamat untukmu dan Giandra. Tolong perhatikan Gi untuk kita, ya. Perhatikan Gi lebih banyak dari biasanya."

Nicholas hanya mengiyakan dengan nada pelan.

"Ayah sungguh-sungguh."

"Iya, Ayah. Aku memperhatikan Giandra lebih banyak." Nicholas menegaskan perkataannya.

"Kalau kamu butuh—"

"Tidak," potong Nicholas dengan cepat sebelum ayahnya menyelesaikan ucapannya.

"Nicholas Wiradikarta," panggil Remus dengan penekanan dari sambungan telepon, "tentu saja kamu bertanggungjawab untuk kebutuhan hidup keluargamu, tetapi Giandra, putriku, bawa cucu pertama Ayah dan bunda, jadi kamu harus berikan Giandra yang terbaik. Ayah akan mengirimkan kalian uang saku lebih banyak dari biasanya."

"Jadi anak Ayah aku atau Giandra?" Nicholas bertanya sembari terkekeh.

"Mulai." Remus enggan untuk menanggapi celotehan anak lelakinya itu. "Kalian semua anak Ayah—Hanneli, kamu, Giandra, Sura, bahkan Fabian. Hanya saja yang sekarang hamil itu, 'kan, Giandra. Bukan kamu."

"Menarik." Nicholas menanggapi dengan singkat. Ia teringat dengan ucapan Giandra. "Hampir lupa! Kata anak Ayah, HPL-nya Desember akhir dan Giandra akan melahirkan di Australia."

"Thanks!" Remus merespon singkat dan menjeda sambungan telepon. Tampaknya Remus langsung memberitahu Ingrid. "Ingrid, Giandra akan melahirkan di Australia akhir tahun nanti."

"Canberra, Perth, Melbourne, or Sydney?" Kini Ingrid yang bertanya sembari menyebutkan kota dengan kantor perwakilan Indonesia di Australia.

"Melbourne."

THE END

Published on May 13, 2025

Published on May 13, 2025

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

nas's notes:

1. untuk seumuran nicholas (sesuai timeline, 30), dia sudah mencapai jabatan fungsional diplomat muda (ahli muda) dan mulai ditugaskan di perwakilan ri. bisa jadi atase atau sekretaris dua/satu. apalagi nicholas sendiri anak menlu sebelumnya dan dekat sama menlu sekarang, makanya akses promosinya bisa lebih cepat

2. giandra bisa dapat visa former resident visa (subclass 151) karena lahir dan tinggal lama di australia, tetapi dia melepas wn australianya di usia legal. status pemegangnya setara dengan penduduk tetap australia, jadi bukan visa sementara. ada kemungkinan anaknya gi bakal jadi wn australia.

3. kedutaan besar republik indonesia untuk australia ada di canberra. kalau konsulat jenderal republik indonesia untuk australia ada di sydney, melbourne, dan perth.

The InheritanceWhere stories live. Discover now