📚 Spotlight Romance of December 2024 by Romansa Indonesia 📚
Penulis dengan cita-cita yang besar, diplomat muda yang tidak ragu, dan tiga kali lamaran.
Seorang diplomat Indonesia, Nicholas Wiradikarta, memiliki perasaan terhadap penulis dengan nama...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
nas's notes: hiii akhirnya cerita ini sudah masuk 70k views! terima kasih banyak untuk teman-teman readers yang sudah menyempatkan diri untuk baca cerita iniii! (yay)
jangan lupa untuk vomments dan feel free untuk mempromosikan cerita ini ke base. kalau kalian suka baca cerita ini secara offline, boleh nyalakan kuota dulu untuk vote dan habis itu matikan lagi.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
ku sering nimbrung di reply base, jadi kalo kalian mau follow twitter aku juga boleh! ketik link tellonym aku untuk kirim pesan anonim juga boleh bangettt!! 🥹☝🏻
terima kasih banyak dan selamat membacaaa!!
✮⋆˙
Jakarta, Indonesia Mid-July 2026
Akhirnya Raka Purnomo bisa masuk kembali ke dalam kediaman mewah yang berada di kawasan Permata Hijau. Ia melihat seisi rumah mewah yang sebenarnya memiliki tak banyak perubahan, namun terlihat jauh lebih bersih. Raka berasumsi bahwa Giandra mengecat ulang tembok rumah agar lebih hidup. Sudah lama Raka memimpikan dirinya tinggal di kediaman ini. Awalnya ia ingin tinggal bersama orang tua kandungnya. Akan tetapi, setelah tahu orang tuanya kandungnya tidak memiliki harapan, maka Raka memutuskan untuk merubah keinginannya dan memprioritaskan rumah itu hanya untuk diri sendiri dan keturunannya.
Jika Raka memiliki kediaman mewah di Jakarta (yang memenuhi standarnya dan keluarga), maka Raka bisa dipandang sebagai orang besar yang dapat diperhitungkan. Mungkin saja, kredit sosialnya di mata masyarakat, bahkan keluarga kaya lama Indonesia, meningkat dan lebih diperhitungkan.
"Ada apa?"
Giandra bertanya saat dirinya sedang duduk di sofa ruang tamu. Baru saja Mbak Yaya menaruh segelas air mineral dingin dan tuan rumah mempersilahkan Raka untuk minum. Nilam duduk di kursi otoman dan Raka duduk di sofa yang lebih panjang.
"Aku kesulitan untuk menghubungimu, Gi. Inilah alasan kenapa aku berinisiatif untuk datang langsung ...."
"To the point saja, Raka. Aku harus pergi," potong Giandra dengan cepat dan terpikir untuk mengarang soal kepergiannya itu.