📚 Spotlight Romance of December 2024 by Romansa Indonesia 📚
Penulis dengan cita-cita yang besar, diplomat muda yang tidak ragu, dan tiga kali lamaran.
Seorang diplomat Indonesia, Nicholas Wiradikarta, memiliki perasaan terhadap penulis dengan nama...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
nas's notes: hi aku update! jangan lupa vote dan comment. kalau suka baca secara offline, bisa nyalakan dulu paket datanya, vote, dan matikan lagi. feel free juga untuk mempromosikan cerita ini.
terima kasih banyak dan selamat membaca! xx
✮⋆˙
Jakarta, Indonesia End of June 2026
Untuk mengisi waktu di Sabtu pagi, Giandra memutuskan untuk membersihkan kamar tidur orangtuanya. Semenjak ditinggal kedua orangtua, Giandra tidak mengubah apapun dari kamar tersebut. Mbak Yaya hanya membersihkan debu dari meja rias, membuka lemari untuk mengangin-anginkan pakaian, lalu menyapu dan mengepel lantai vinyl warna cokelat tua yang sudah terpasang sejak awal pembangunan rumah. Kasur selalu dinaikkan dan akan dipasang sprei oleh Mbak Yaya saat Giandra berencana untuk tidur di sana.
Saat orang tuanya meninggal, banyak mulut yang mencoba untuk memberi saran kepada para kakek nenek Giandra agar menyumbangkan barang-barang milik mendiang. Mereka pikir, mereka bisa mendapatkan beberapa koleksi mutakhir yang dimiliki Hiram dan Kirana. Saat itu, dr. Arief Soerjapranata malah membalikkan semuanya ke cucu satu-satunya, Giandra, yang sebenarnya lebih berhak untuk memutuskan ke mana barang-barang itu akan berakhir. Giandra pun tidak mengabulkan permintaan tersebut karena merasa sentimental.
Tentu Giandra ingat bagaimana orangtuanya memperoleh semua barang-barang tersebut. Bahkan Giandra ada saat orangtuanya membeli dan membawa pulang semua barang yang mereka inginkan. Karena itulah, Giandra tidak ingin barang kesayangan orang tuanya berakhir menjadi barang pajangan. Yang lebih menyeramkan, menjadi kain lap di rumah orang lain.
Giandra sudah jauh lebih dewasa dan berhasil mengikhlaskan kepergian orang tuanya. Alhasil, wanita muda itu langsung menyampaikan niat untuk membersihkan kamar utama kepada para kakek nenek dan, beruntungnya, mereka mengizinkan. Bahkan Frida berujar bahwa sudah saatnya barang-barang tersebut pergi atau dimiliki oleh orang yang dapat menghargainya.
Oleh karena itu, Giandra mulai memikirkan Mbak Yaya. Wanita yang sudah lama bekerja untuk keluarganya, terutama untuk melayani mom. Benar-benar pekerja dan bagian dari rumah yang sangatlah setia. Giandra kerap ingin membelikan barang yang baru yang bagus dengan nominal yang cukup besar, tetapi Mba Yaya kerap menolak dengan banyak alasan.
"Mba Yaya, apa kamu menginginkan salah satu barang dari lemari mom?"
Mata Mbak Yaya pun membesar. Ia tidak percaya bahwa nona yang ia layani menawarkan barang yang nominalnya cukup besar dan, terlebih, barang tersebut merupakan barang kesayangan Kirana—anak perempuan Hadiwiryono yang sudah ia rawat sejak remaja bersama dengan adiknya, Anindya.
"Kurasa tidak, Non Gi." Mbak Yaya membalas. Ia tidak dapat memilih apapun karena barang-barang Kirana banyak yang dibelikan oleh ayahnya, Pak Arya, sejak beliau menjadi menteri dan dad-nya Giandra, Pak Hiram.