📚 Spotlight Romance of December 2024 by Romansa Indonesia 📚
Penulis dengan cita-cita yang besar, diplomat muda yang tidak ragu, dan tiga kali lamaran.
Seorang diplomat Indonesia, Nicholas Wiradikarta, memiliki perasaan terhadap penulis dengan nama...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
nas's notes: akhirnya cerita ini sudah achieve 118k views dan juga 9k votes. terima kasih banyak untuk teman-teman readers yang sudah setia menantikan update dan selalu vomments cerita umkm ini.
mumpung cerita ini sudah berakhir, boleh yaa kalian apresiasi aku di reply atau di tellonym (incase kalau kalian lebih nyaman pakai anon). oiya aku lagi buka Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) untuk The Inheritance, boleh mampir ke link eksternal atau scan qr code yang ada di akhir chapter ini, ya.
terima kasih semuanya dan selamat membaca! <3
✮⋆˙
Jakarta, Indonesia October 10, 2026
Tidak seperti kebanyakan pengantin baru, mereka tak menghabiskan malam pertama di salah satu kamar hotel termewah di Jakarta. Nicholas dan Giandra sepakat untuk menghabiskan malam pertama mereka dari kamar utama kediaman Permata Hijau.
Alasannya karena, kebesokan harinya, Nicholas dan Giandra akan berangkat menuju Eropa untuk bulan madu. Nicholas sudah mempersiapkan cutinya dari jauh-jauh hari—bahkan masih bekerja sehari sebelum acara pernikahan mereka.
Nicholas mengeringkan dan menyisir rambut Giandra dengan perlahan. Setelah melihat helaian rambut cokelatnya kering dalam waktu singkat, Giandra bercermin pada kaca meja rias saat melihat pria (yang baru menikahinya beberapa jam yang lalu) tampak serius mengerjakan rambutnya.
Setelah selesai, lelaki itu mengambil bando hitam polos dari meja rias. "May I?"
"Yes, please," balas Giandra sembari tersenyum.
Lelaki itu memasangkan bando pada rambut Giandra dan memandangi wajah istrinya. Ia tersenyum puas setelah menyelesaikan pekerjaannya terhadap rambut Giandra.
"All done. Du bist sehr schön!"
Kemudian mereka berdua bercermin. Dari cermin meja rias, Nicholas membiarkan rambut cokelat gelap dan bergelombang milik Giandra terurai. Pipi merah Giandra begitu memerah bagai buah apel—membuat Nicholas, yang melihatnya dari kaca, hanya tersenyum dengan deretan giginya yang manis. Malam ini mereka sama-sama memakai piyama, tetapi Giandra tak menggunakan atasan dari pakaian tidurnya dan memilih untuk tidur dengan kaus putih.
"Thank you, Hubby." Giandra membalas sembari memandangi Nicholas yang tetap berdiri di sampingnya. Sementara Giandra masih duduk di kursi meja rias.
"Exhausted?"
Giandra menganggukkan kepalanya perlahan. "Aku bingung setelah ini kita melakukan apa. Hari ini kita sudah sibuk sekali dengan semua pernikahan ini. Bahkan besok pagi kita sudah harus pergi lagi."
Mereka saling berpandangan dengan dalam. Nicholas mengusap punggung tangan Giandra. Kemudian lelaki itu duduk di pinggir ranjang, tetapi Giandra tetap berdiri dihadapan Nicholas. "Tidak apa-apa. Pokoknya nanti kita akan bersenang-senang dan aku tidak akan merespon siapapun yang menanyakan soal pekerjaan."