Extra Chapter III - Conceive

Mulai dari awal
                                        

Sentuhan hangat menyentuh tubuh, tetapi kata-kata yang hangat pun menyentuh hati. Tanggapan Nicholas terdengar melegakan untuk Giandra, yang awalnya belum yakin untuk mengabari kehamilannya dan tersadar kalau lambat laun semua orang akan tahu. Giandra sendiri menaikkan sudut bibirnya secara spontan. Kini tangan Nicholas mencapai bahu tegak istrinya, meremas bahu dan memberikannya kekuatan.

Kemudian mereka melepas pelukan dengan perlahan. Sorot pandang wanita muda itu menatap perutnya yang sedikit menonjol. "Sayang, ayo sapa dia!"

Mendengar ajakan Giandra, Nicholas masih memberikan reaksi penuh pertanyaan. Kemudian tangan Giandra langsung meraih tangan suaminya untuk menyentuh bagian bawah perutnya.

Sentuhan pertama lelaki itu terasa seperti rasa tak percaya yang mengejutkannya, tetapi saat menyentuh untuk kali kedua, Nicholas mulai tersenyum bahagia. "Hi baby, it's Ayah. Sorry, I didn't notice you hiding on my baby's belly."

"Really? You already want to be called Ayah?" tanya Giandra lembut sembari tertawa kecil.

Nicholas mengangguk senang.

"Sayang, ini Ayah kamu." Giandra melanjutkan perkataannya.

"Can I have a little chit chat with baby?"

"Yes, please."

Nicholas langsung mengubah posisinya agar ia bisa dekat dengan perut Giandra. Selama ini ia tidak menyadari bahwa Giandra memiliki perut yang berisi jiwa kecil. Tangan Nicholas langsung mengusap perut Giandra dengan perlahan.

"Baby, ini Ayah. Nantinya kamu boleh ganti panggilan untukku, tapi untuk sementara, aku Ayah. Sekarang kamu di perut istriku dan istriku yang cantik ini ingin sekali memilikimu. Ia sudah menghindari banyak hal yang ia suka sembari menunggumu untuk diumumkan ke kita semua, termasuk Ayah. Jadi Ayah minta tolong agar kamu lebih baik sedikit sama istriku, ya. Ayah harap kamu mengerti. Mohon kerjasamanya. Terima kasih, Sayang."

"Terima kasih, Ayah Nicky," balas Giandra dengan suara pelan seperti anak kecil.

Iris hijau kebiruan itu kembali memandangi mata Giandra. Mereka tertawa pelan sembari berciuman dengan hangat. "Terima kasih, Mom Gi. Apakah kamu berencana untuk mengumumkan kehamilanmu?"

Giandra hanya menggeleng pelan. "Aku tidak ingin mengumumkannya ke orang banyak. Lagipula aku lebih ingin istirahat sembari memikirkan rencana kehamilanku. Aku ingin diskusi denganmu."

"Ayo kita diskusi lebih lanjut." Nicholas berujar sembari mengangguk pasti. "Kapan baby akan datang?"

"Akhir tahun!"

"End of December? December baby?"

"Kenapa, Liefje?" Giandra bertanya dengan menampilkan raut wajah bingung.

Ekspresi wajah Nicholas mudah ditebak. Beberapa hari yang lalu, Nicholas mengabarinya soal penempatannya di Australia. Bisa dikatakan, itulah penempatan Luar Negeri pertama Nicholas dan mendapatkan jabatan yang bagus. Menarik jika ada dugaan Menlu sekarang berperan dalam menaruh Nicholas di Australia dan ada pengaruh dari ayahnya juga.

"Berhubung aku akan mendapat penempatan ke Australia," ucap Nicholas perlahan dan terputus. Menghela napas untuk menjeda ucapannya, "kamu mau ikut aku, enggak? Kita akan ketemu baby di sana akhir tahun nanti. Menurutmu gimana?"

Kini giliran pikiran Giandra yang terpaksa memproses lebih kompleks terkait dengan penempatan suaminya dan rencana kelahiran anaknya kelak. Akan tetapi, untuk Australia, Giandra tidak perlu menghabiskan waktu berhari-hari untuk mempertimbangkannya. "Boleh!"

"Boleh?" Nicholas mencoba menyakinkan Giandra.

Giandra mengangguk yakin. "Aku sudah merencanakan banyak hal sebelum mengumumkan. Seharusnya tidak begitu sulit. Aku pernah tinggal lama di Australia dan aku masih PR."

The InheritanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang