First Conv

412 15 3
                                    

Jantungku berdegup kencang. Tubuhku terkesiap. Berlari seakan kencang padahal hanya 10 cm dari tubuhku. Ya, smartphone itu. Kunci dari segalanya. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk menegakkan bendera putih Ratri, walau terkesan akulah si pemeran antagonis disini. Melihat-lihat hal lain terlebih dahulu sepertinya cukup untuk melatih jantungku yang sedang overacting. Ah, tak mungkin sekarang. Lanjut saja!

Galaksi: "7CF*****."

Ya! Ya! Itu dia! Bahagia sekali hari ini!

Kisendrian: "Terima kasih, Gala,"

Invite. Selangkah lebih maju!

"Halo, Gala!" sapaku riang. Ia balas sangat cepat, "Hei,"

Lalu, apa yang harus kulakukan? Bagaimana cara memulai sesuatu yang dinamakan persahabatan? Aku dan Ratri dulu.. Uh, sudah sangat-sangat lama. Mana mungkin aku ingat!? Lagipula karena sifat menyebalkannya yang menggeser hal-hal indah tentangnya juga menjadi penyebab.

"Lu dari sekolah mana?" okay, lu-gue. Untuk memanggil seorang anak laki-laki diharamkan memakai aku-kamu, apalagi laki-laki itu adalah Galaksi. Kau bisa mendapat dua ganjaran jika tetap melakukannya, yaitu difitnah atau jadi bahan gibah, serta diamuk masa oleh Gala-mania.

"Sekolah Q, di selatan. Tahu?" sekolah Q, sih, tak asing ditelingaku. Sekolah itu dekat dari tukang ice cream kesukaanku, The Gandiz, yang sekarang sudah tutup bak gedung tua.

"Gue tahu, kok," jawabku jutek. "Ya habisnya, setiap gue nyebutin sekolah Q pasti tak ada yang tau. Apaan coba? Mentang-mentang cuma gue yang berasal dari situ!" kasian juga Gala. Sepertinya Alam bernasib sama dikelasku, tetapi untungnya, ia mempunyai 3 teman perempuan yang menyelamatkan dirinya. Kau harusnya bersyukur dengan adanya diriku, wahai anak jenius!

"Yah, sabar, ya. Hahaha," kini jawabanku sok asyik. Ia just read rada lama, mungkin karena bingung akan kehadiranku.

"Gala, lu suka Moona, ya?" aku membiarkan sedikit diriku dipermalukan dengan diriku sendiri dengan cara ini, seperti cara perempuan-mainstream-GalaMania-yang-kepo-sangat. Ini semua demi percakapan kita sebagai bestie wanna be, Gala.

"Tidak, lah, -_-" emot bored terlukis begitu saja. Begitu rupanya.

"Ah, masa', sih? Kalian bukannya saling dekat? Mengaku saja, lah~" godaku. Aku cukup nyolot, ya.

"Tidak, hei," Gala tetap mengelak. Aku akan terus memancing Gala untuk curhat ke aku, ya, dengan cara seperti ini!

"Ah, yang benar.."

"Tidak!"

"Jangan bohong, Gala.."

"Memang tidak, hei!"

"Ya ampun Gala, apa susahnya, sih, mengaku?"

"Tidak, bodoh!" okay, wajar saja ia memanggilku bodoh. Sepertinya Gala yang diujung sana sudah mematahkan meja belajarnya sendiri, karena firasatku mengatakan begitu.

"Ampun, sori." singkat, kurang jelas, tidak padat.

"Tapi kenapa tidak menyukainya? Ia baik, cantik, ramah, dekat denganmu..." aku sengaja memberhentikan agar ia sempat memotong. Namun, ia tak kunjung memotong. Tak sesuai harapanku.

"Ya, terus? -_-"

"Terus apa?"

"Yaa, gue gak suka sama dia, walau dia tampak mendekati sempurna, bukan begitu?"

"Ya! Ya! Beritahu gue, kenapa?" ya, hatiku tak sabar mendengarnya.

"Gue sudah punya pacar, ya. Tapi diamlah. Cuma lu dan.. Moona, yang mengetahui hal ini,"

DEG!
Lho, ada apa ini? Kenapa jantungku seakan terpompa lebih cepat? Ini pasti sakit.. Apakah aku meminum banyak kafein malam ini? Oh, ya.. Pasti karena itu.


GalaksiWhere stories live. Discover now