Perjalanan Panjang

341 14 0
                                    

Apa, sih, tujuanmu?
Galaksi atau Dihan?
Hei, hei.. Dihan cuma hanya sebatas mengagumi dan aku fans rahasia! Itu saja! Gala? Tidak, ya!
Lalu kenapa selalu salting depan dia?
Sudah rahasia alam.
Kenapa selalu bicarakan dia?
Rahasia alam tetap rahasia alam!

Duh, banyak sekali yang membicarakanku seperti itu. Aku kerepotan membahas satu-satu. Beberapa orang terpercaya kujelaskan semua secara jujur dan detail, sementara orang-orang yang sebatas 'penasaran' atau 'GalaMania' kujelaskan dengan sedikit 'bumbu'. Aku tak berterus terang menyebutkan bahwa aku menyukai Gala,

Dan aku sangat senang bila berbicara tentang Dihan,

Walau seharusnya dalam hatiku, adalah sebaliknya.

Lupakan kedua orang itu. Aku masih perlu proses perkenalan dengan Wedka dan Gala yang akhirnya mulai suka me-greet-ku duluan. Aku senang karena aku tampak memiliki kemajuan. Gala selalu ada saat aku butuh, dan begitu juga sebaliknya. Kita mungkin bisa di cap bestie, tapi belum ada pengakuan khusus.

Gala mulai menanyakanku tentang PR. Lalu dari obrolan basa-basi PR kita mulai 'gibahin' guru-guru menyebalkan disekolah. Lalu mulai merembet membicarakan kejadian seru bersama anak-anak lain. Banyak obrolan kita yang sudah mulai seperti sepasang-kekasih-absurd, seperti:

Galaksi: "Woy Jom, udah makan blm?"
Kisendrian: "Udah, nyet."
Galaksi: "Gausah pake 'nyet, dong, bab."
Kisendrian: (Okay, kukira ia berkata 'beb' dan senyumku mulai kembang kempis, tapi ternyata ia bermaksud mengucap hewan yang tak memiliki leher, babi.) "Wez, iya, sori,"
Kisendrian: "Lu gimana?"
Galaksi: "Belom, bagi, dong!"
Kisendrian: "[sent a picture of damn delicious food] nih, cepet 'kan?"
Galaksi: "-_-"
Kisendrian: "Udah sana lu makan entar mati. Kalo lu mati, gue juga yang repot."
Galaksi: "Iya qaq, ribet lu, ah, kayak si Wedka, wkwkwk. Bentar yak, video call dulu sama Wedka,"
Galaksi: "Baru pulang, nih, dia."

Dan setelah itu, aku berteriak gemas di kamar, "Bodo amat!!"

Ya, aku beberapa kali kesal karena adanya Wedka membuat percakapan jadi tidak seru lagi. Gala jadi mengabaikanku, aku jadi terabaikan, dan mereka bermesraan lewat video call dengan cara mengusirku jauh-jauh. Memang, sih, aku tak boleh mengganggu mereka. Tapi, aku 'kan bestienya. Seharusnya aku tak perlu diabaikan begitu saja. Aku sudah banyak khawatir dengannya. Tapi Gala tak pernah memikirkan kekhawatiranku.

Walaupun katanya, itulah yang menarik dari seorang laki-laki. Cuek, angkuh, apa pun itu, namun diam-diam sayang. Itu pun kalau sayang. Benar begitu?

Aku, sih, maybe yes, and maybe no.
Terserah, deh. Dengan adanya akrab yang semakin menjadi, sekolah pun menjadi semakin semangat. Jelang akhir tahun ini, aku harus ekstra keras untuk menghadapi UAS. Jadi sepertinya, ada semakin banyak topik obrolan dalam chatku.

**
Sebelum UAS, kami dipersilakan memilih satu dari tiga tempat spesial untuk menjadi kunjungan kurikulum tahun ini. Yaa, sebut saja jalan-jalan. Kami akan naik bus, bernyanyi gembira, memakai seragam sekolah dan berbaris, lalu melihat hal-hal menyenangkan untuk pertama kalinya.

Bandung.
Tujuan kami sekarang.

Pagi ini dengan berbekal chiki yang bagai 'merampok' minimarket, alias banyak banget, wajah sumringah itu pasti, apalagi bisa satu bus dengan Gala merupakan best day yang mungkin tak akan pernah dilupakan. Diiringi dengan lagu AKB 48 yang saat itu sedang terus mendengung ditelingaku, Kokoro no Placard, aku duduk termangu membetulkan jaket. Dibalik gaya melihat semua anak di bus, tersimpan ingin melihat Galaksi Airarthur seorang diri duduk dimana. Oh, ia tidak sendiri. Ia bersama kedua temannya dengan jaket abu-abu dan sepasang earphone putih.

Kokoro no purakaado
Kimi gamite kuretara
Boku no kimochi ga
Wataru no ni~

Lagu memang pas untuk menyuarakan isi hati seseorang, terlebih lagi apabila orang itu tak mengerti apa isi hatinya.

Lagu Kokoro no Placard atau dalam bahasa indonesianya "Papan Penanda Isi Hati" bercerita tentang orang-orang yang ingin tanda-tandanya disadari melewati papan yang sudah mereka isi dengan isi hati mereka. Apa perlu kubawa papan kesana kemari untuk Gala? Entahlah. Kalau begitu, Gala pasti sudah mengirimkan beribu papan ke kota Bali untuk Wedka seorang.

Bus memang tetap melaju, tapi tidak untuk kita sekarang, Gal.

**
Keluar rumah saat Shubuh membuat semua hal menjadi lemas. Terlebih lagi tidak sarapan yang cukup, dan cuaca yang dingin. Beberapa anak melanjutkan tidur paginya, beberapa anak lain adalah sang photographer berjasa yang telah menyebarkan aib mulut dalam keadaan mangap dan tetes demi tetes air ludah bercucuran.

Aku? Sibuk menyenandungkan lagu. Kadang berteriak ria ketika ada lagu favorit diputar dalam bus. Namun, beberapa kali suara notification membuat kegiatan sejenis fangirling ini tersendat. Smartphoneku terus bergetar sedaritadi, buatku penasaran ingin mengeceknya.

Notification
Galaksi AirArthur menambahkan.....

Duh, sial, terpotong!

GalaksiWhere stories live. Discover now