Anna!

334 18 4
                                    

Aku tak pernah mengerti kenapa. Setitik jarum melukaimu, akan kupatahkan segera. Sebesar pisau melukaiku, kau hanya bisa mengatakan bahwa aku lemah. Itulah realita kita. Aku sadar, mungkin ini yang buat kita tak pernah bersama.

Tapi ingin selalu berdampingan.

**
Hari-hari berlalu. Hati ini mulai ikhlas akan kekosongan pesan dari Gala. Kadang, aku mulai berbicara dengan Haezer, Adana, dan mulai mengakrabkan diri bersama teman perempuan lainnya. Kita bergembira, bagai hidup hanya sekali. Kita belajar bersama, bagai esok masih ada hari. Aku tak mengerti, walau perasaan bersama teman akrab dan Gala berbeda, yang satu ini lebih hangat. Aku seperti bersyukur bisa kenal mereka, dan dapat beradaptasi dengan baik. Tak ada hal yang buatku murung, apalagi terpikir Gala. Dengan mantap aku mencoba meyakinkan diri, bahwa pasti ada waktunya seorang Kisendrian bersama Galaksi, tapi bukan sekarang. Jadi, tunggulah dengan bersenang-senang.

"Kisen, kamu kenal anak ini?" Moona tiba-tiba mengechatku. Anak ini? Hah, siapa? Aku membaca pelan-pelan.

"Ann.. Anna? Siapa dia?"

"Aku tidak tahu banyak, Kisen. Tapi sepertinya ia pengen banget sama Gala. Masa' setiap Gala ngepost sesuatu, langsung dikomentari? Chat, bahkan sampai main truth or dare!"

"Hah!?" Aku membanting handphone. Siapa dia? Teman sekolah lama Gala? Teman Wedka? Atau siapa? Beraninya dekat!? Sial!

"Hei, Ratri. Anna siapa, huh?" Tanyaku pada Ratri.

"Ohh, itu.. hahahaha, anak kelas gue," Ratri malah sedikit membungkuk memegang perutnya. "Lu udah dengar kisah kebohongannya, ya?"

"Kebohongan?"

"Dia 'kan tukang bohong, bodoh! Jangan-jangan, lo udah tertipu atau--"

"Hah!? Kok?"

"Coba saja berteman dengannya. Kalau tidak ketawa, berarti kotak ketawa lu rusak. Hahaha,"

"Dia suka sama Galaksi, ya?" Langsung saja to the point. Tapi ini menjadi bahan untuk analisisku tentangnya.

"Gak tau. Gue bukan temennya," jawab Ratri santai.

Sial, apa-apaan. Tapi kalau dari gelagatnya, sih, seperti mencari perhatian. Mungkin karena ia sering melihatku, Moona, Gala, Haezer, Adana, Dhaian bercakap-cakap bersama, dan tak ada yang mengajak dirinya. Ah, aku ingat! Dulu ia sempat ikut dalam percakapan kami, tapi Gala menyuruhnya diam. Lawakannya saja tidak lucu. Ingin bermain, tapi tidak diajak, itulah satu-satunya yang membuatku tertawa. Tapi sekarang, aku bahkan Moona yang mulai jarang online sudah tidak mengobrol bersama Gala. Ini kesempatan emasnya. Dan aku tak menyukainya.

Bisa-bisa, Gala termakan omongannya yang nihil!

**
Hari ini aku dalam perjalanan. Perjalanan menuju kantin sekolah yang menyenangkan. Sedaritadi sudah kucium bau masakan dari sana, buatku lapar tak tertahankan. Sambil membawa uang berwarna ungu, aku, Chiro serta Zhasalsi langsung cabut ke sana. Huft, ramai sekali. Rasanya ingin kuterobos semua orang-orang ini. Berikan aku jalan!

"Permisi.." kataku pelan. Walau dengan akhiran yang meninggi, agar mereka bisa langsung minggir. Segera aku tukar uang ungu itu dengan seperangkat nasi serta lauk-pauknya, sejenak aku hembuskan nafas satu per satu, mencoba menata beberapa emosi sembari makan, agar aku dapat berpikir jernih, mencoba menentukan mana yang ingin kupikirkan terlebih dahulu--Gala, atau Anna.

**
Memang sial, Anna semakin dekat dengan Gala.

Rekan mereka, Mahendra, bagai pengait antar mata rantai Anna dan mata rantai Gala. Mereka suka mengobrol bertiga di kolom komentar, saling berbagi, saling tag, dan Moona pun lama-lama terhempas. Ya, beruntunglah aku Moona mendapat hal impas, tapi itu malah membuat Anna semakin hadir dalam kehidupan Gala. Soal Mahendra, aku tidak peduli. Ia laki-laki, seperti Adana dan Haezer, atau bahkan Dhaian, dan seharusnya, mereka tidak terlibat kasmaran hanya karena sering chat.

Lama-lama aku ngelantur. Dan ya, Anna, aku sudah lihat rupanya. Anna tipikal cewek yang tidak girly dan tidak tomboi, tapi dia benar-benar tidak terurus. Rambutnya sebahu dan kering, badan berisi tapi wajah pucat, jalannya aneh dan sering sendiri. Aku rada menjauh saat ia punya kontak mata denganku, takut-takut ia akan memanggilku.

Dan benar, ia memanggilku.

"Hai, Kisendrian ya?" Anna menepuk bahuku yang sejajar dengan dagunya. Aku mengernyit, mencoba senyum palsu.

"Ha, hai?"

"Aku Anna. Senang bertemu denganmu! Tahu aku, bukan?"

"Eh, iya, Anna Naisy, ya?" Sebenarnya aku tahu betul dia. Mulai dari segala kebohongan dari telinga ke telinga, dan kebohogannya itu TIDAK ADA yang seragam. Entahlah, aku bahkan bisa lebih sempurna dalam urusan berbohong seperti itu. Aku bertanya hanya untuk memastikan, sekaligus jika ada yang melihatku, hanya berpikir 'Oh, itu bukan temen, kayaknya baru kenal gitu, deh,'

Jahatnya aku saat itu.

"Yap! Kamu udah jarang online Facebook, ya? Sayang sekali, tapi kemarin kita baru saja memecahkan rekor 10.000 komentar, lho!" Bangganya. Aku terdiam.

"Hm, kita?"

"Kami," tegasnya. "Aku, Gala, dan Mahendra,"

"Apakah ada Moona didalamnya?" Aku kembali memastikan.

"Tidak! Tapi jika ada kamu tentu saja lebih seru. Kamu pacarnya Gala, 'kan?"

Hatiku potek.

"Enggak, Gala sudah punya pacar, okay? Dia LDR." ceplosku. Aku tidak tahu kalimat ini yang semakin membuka pintu gerbang pertemanan antara Gala dan Anna.

"Wah, kukira kamu pacarnya. Maaf, emang siapa pacarnya yang LDR itu? Dan dimana dia?"

"Entah, tanya saja Gala." malasku. Aku sudah muak mendengar kisah LDR Gala--walau tadi sebenarnya aku yang memulai--tapi tetap saja, itu hanya menghancurkan hatiku.

Setelah berbasa-basi sedikit, kami berpisah. Dibalik punggungnya, aku bisa lihat gaya jalannya yang mungkin bisa kubaca. Ia tampak kesepian, ia mungkin butuh teman. Mungkin aku memang terlalu jahat padanya, tapi sungguh, siapa, sih yang tidak muak mendengar omongannya yang berbeda-beda setiap detiknya demi satu kata: 'hebat'? Misal, ia berkata pada si A kalau ia adalah anak penderita kanker, kepada si B kalau ia mempunyai indra keenam, kepada si C kalau ia anak orang kaya dan tinggal bersama kedua orangtuanya di sebuah perumahan mewah, tapi jangan harap kalau D mendengar seperti itu, yang ada ia mendengar bahwa Anna adalah anak yang dibuang orangtuanya dan tinggal bersama nenek serta adiknya di tempat yang berbeda. Dunia sudah terlalu aneh, Anna. Jangan tambah aneh lagi dengan tingkahmu.

Apalagi dengan caramu yang mau mendekati Gala. Tak akan kubiarkan.

GalaksiWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu