W

418 15 1
                                    

11.30 pm.
"Gal.." panggilku. Malam ini sunyi, sepi, dan sendiri. Ah, Gala, kau 'kan 'jelang' teman baikku, tak apa, dong, jika aku mengganggu? Senang saja bisa bicara dengannya lalu memamerkannya kepada GalaMania, haha.

"Apa?" Jawabnya cepat. Sepertinya ia juga bosan, makanya dekat dengan handphone. Eh, apa nyambungnya?

"Gapapa, manggil aja," jawabku. Ia hanya memberiku emot bored, tak lain dari dugaanku.

"Gal," aku memanggilnya terus untuk alasan yang tak jelas. Tidak, tidak.. tak terlintas dalam pikirku untuk kangen dengannya, cuma, yah, rasanya enak sekali bisa melewati malam-malam begadang untuk bicara dengannya.

"Apaan?" Jawabnya. Aku bingung bahas apa. Aku ingin bahas sesuatu yang tak membosankan, sehingga Gala dan aku bisa merasakan 'tiba-tiba-sudah-pagi' itu. Mulai mencari kata selayaknya permainan ABCD 5 Dasar, bersemedi dan naik-turun gunung, bertemulah daku dengan huruf kesayangan Gala yang melambangkan kebencian GalaMania--W.

"W, Gal. W.." celetukku manja. Mungkin disana Gala puas buatku pusing, dan W juga tertawa senang karena banyak perempuan-perempuan diluar sana iri padanya dan berjuang untuk memahami sang W tersebut. Lain halnya denganku, sebenarnya aku tidak tertarik dengan W, atau apalah itu. Aku tak peduli ia ada di belahan bumi mana, sedang apa, atau sedang memikirkan siapa (tentu saja Gala--LDR memang tidak menyenangkan--ujar Gala), aku hanya tertarik untuk bisa menjadi bestie Gala dalam waktu singkat, agar bisa membuat iri GalaMania dan tentu saja Ratri. Tidak, katakan tidak untuk pacaran dengannya. Menurutku, untuk menjadi seorang bestie sejati seorang laki-laki yang sering dipuja-puja perempuan disana, lebih dari sekedar menjadi pasangannya. Lagipula, aku tak ingin menjadi seorang penikung W, gadis LDR yang Malang itu, yang sebentar lagi akan jadi temanku juga.

"Aha! Belum bisa nebak, ya?" Puas Gala. Aku senyum pahit.

"Belum, bodoh." Jawabku singkat dan ketus. Hati yang gregetan sudah buatku rela mengestalk semua sosial media Gala, lalu mencari teman-teman atau perempuan-perempuan dengan inisial W, tapi tetap nihil.

Pasti inisial, Kis! Kalimat Moona mendadak terlintas dalam benakku.

"Cari saja terus! Tebak saja terus!" Gala menyemangati. Atau meremehkan. Well, kadang beda tipis.

"Sial."

Aku tertidur dalam hanyutnya malam menunggu balasan Gala.

**
"Hei, hei," gangguku pada laki-laki yang lumayan ini. "Gala! W itu siapa!"

"Tebak aja sendiri." Jawabnya cuek. Aku kesal.

"Jika memang berhasil menebak, kau orang hebat." Diiringi langkah dan anggukan kesalku, aku pergi meninggalkannya. Walau begitu, rasanya senang bisa dekat dengannya.

Aku jadi semangat membuka facebook untuk mencari-cari W itu. Mulai dari teman-teman Gala, sekolah Gala, dan lainnya. Tetap saja tak ada. Status Gala juga tak pernah dikomentari oleh si W, karena yang mengomentari status Gala hanya teman laki-lakinya saja. Mana mungkin si W laki-laki?

Saat aku termenung dalam kelas, dari kejauhan tampak segerombolan anak yang asyik mendekati meja Gala. Anak-anak perempuan dikelasku juga tak mau kalah. Mereka duduk di samping Gala, seakan memang sudah dekat. Cih, mereka tak tahu bahwa aku yang sering mengobrol setiap malam dengannya!

Di balik gerombolan itu tampak Moona yang terus tersenyum dan mengajak Gala yang sedaritadi bercengkrama hanya pada teman laki-lakinya saja untuk mengobrol. Kadang tingkah Gala dan Moona sangat sweet seperti pacaran, namun aku tidak peduli. Hanya aku yang sering mengobrol dengannya, dan jika memang Moona berhasil mencuri hatinya (walau tidak mungkin--ada W, hei.), apa dayaku yang bisa menjadi bestienya. Senyumku puas.

Tapi dalam hati kecilku berteriak, aku tak boleh kalah!

"Permisi." Anak-anak di meja Gala menyingkir perlahan, menyambutku maju. Aku tersenyum.

"Ada apa, sih?" semua orang masih terpaku melihatku. Aku membetulkan rambutku.

"Hei, Kis. Jawab ini." Ia menyodorkanku sebuah teka-teki kasus pembunuhan. Aku yang sudah sering, bahkan menghafal semua bagian komik Detective Conan meremehkan kasus ece-ece buatannya. Pasti mudah. Yang sulit dari Gala hanya ada dua: menjadi bestienya, mengetahui si W. Dan aku terlibat dalam keduanya.

Aku membaca kasusnya lantang. Gala tersenyum manis. Aku terkesima dengan bahasanya, memang cocok jadi bestieku.

"Gampang!" teriakku remeh.

**
Dua pelajaran berlalu, otakku yang penuh dengan huruf W tidak bisa berpikir jernih mengenai kasusnya. Aku menyerah. Sulit sekali teka-teki buatannya.

"Gimana? Katanya gampang?" Gala hadir didepan mejaku. Aku tersenyum sinis.

"Shut up." Dan bel pulang berlalu.

GalaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang