How About Trend?

547 20 1
                                    

"Begini, Kis," matanya menyorot ke bawah tajam, jari-jarinya sedari tadi ia mainkan, begitu serius laksana interogasi di sebuah kantor polisi, itulah gaya Chiro pada biasanya. Aku sudah cukup terbiasa, walau pada awalnya kupikir aku akan dimarahi atau dibentak. Seram sekali.

"Ceritakanlah untukku, Chiro!" aku menunggunya membuka mulut yang ia kunci, tampak susah berbicara.

"Dari awal kami sudah banyak yang menduga, mereka akan menjadi best couple di kelas ini suatu saat nanti," "Bahkan ada yang sempat berkata mereka sudah pacaran, walau hanya kabar burung, sih. Eh, entahlah!" ya, sudah kuduga, jawabannya akan seperti ini. Aku hanya mengangguk.

"Mereka sering terlihat bersama, mengobrol bahkan sepertinya saling curhat, padahal baru kenal sebulan. Bisa gitu, ya?" jelas Chiro. Aku cuma menggumam.

"Ada apa, Kisen? Mengapa kau tanyakan hal itu padaku? Itu tidak terlalu penting, bukan?" tanya Chiro. Jelas ini penting, bagiku. Moona layaknya Ratri season 2! Moona pasti mengincar Gala agar banyak perempuan yang iri padanya! Menyebalkan! Seharusnya aku yang ada di posisinya, lalu tersenyum bangga depan Ratri!

"Kis, Kisen? Halo, Kisendrian? Kau tak apa-apa?" sepertinya lamunanku membuat tatapanku kosong seperti kesambet. Pantas saja Chiro cukup panik.

"Aku tak apa.." jawabku dengan nada yang lemas-malas, Chiro pun tersenyum.

"Jangan-jangan kau cemburu, ya, Kis? Hahaha, Kisen cemburu! Sudah kuduga kau cemburu, Kis! Bagaimana pun, mengincar Gala sudah jadi trend! Tak usah malu-malu untuk diungkapkan, cuma, yaa, banyak pesaingmu, lho, diluar sana!" "Kalau aku, sih, tidak ikut-ikutan. Sorry, He is not my type. Tapi ia boleh juga, sih. Tetapi tidak! Tidak!" Chiro menggeleng-geleng kepalanya yang ramping, tetapi senyumnya tetap lebar.

"Diam! Hentikan! Tidak lucu!" kata-kata itu seketika loncat dari bibirku tanpa disaring terlebih dahulu. Untuk minggu-minggu adaptasi, bisa menjadi hal yang buruk dan fatal untuk kelanjutannya. Chiro menghentikan senyum lebarnya, sepertinya ia kecewa. "Maaf, aku tidak bermaksud.. Tapi sungguh, aku tak menyukai Gala, aku bukan pengikut trend!" teriakku. Chiro berjalan melewatiku, kupikir ia ingin pergi tanpa pamit karena begitu kecewa, namun ia hanya berbisik padaku.

"Bagaimana pun, Moona adalah perempuan beruntung, Kis. Wajar saja kau iri. Kita semua iri, kok. Kita semua wajar, bukan?"

Aku terdiam, seakan dunia menghilang dari hadapanku. Kini aku bingung harus apa. Haruskah aku berteman dengan Moona demi melanjutkan persainganku dan mendapatkan ilmu agar menjadi pesaing yang kuat, langsung dari dirinya sendiri?

**
"Moona, apakah aku mengganggu...?" tanyaku perlahan. Ia sibuk sekali dengan buku matematikanya.

"Tidak, ada apa, Kisen? Ayo, sini, duduk," ia menutup bukunya dan memberikanku tempat duduk. Aku sedikit tersenyum rada palsu untuknya.

"Kau pintar, ya! Hebat sekali!" aku memujinya sedikit. Ia tersenyum.

"Ah, tidak. Kau juga, bukan?" ia pun ikut basa-basi. Aku jadi tidak enak.

"Tidak! Kau lebih pintar dariku! Hei, Moona.. Ada apa dengan Gala?"

Moona bingung, dilihat dari ekspresinya. "Ia tidak ada apa-apa, ia baik, asyik, gokil.."

"Tampan?" candaku. "Ya, boleh, boleh," gumam Moona tanpa ia sadari. "Eh, bukan, duh, maksudku.."

"Tenang, Moona! Santai! Semua anak yang kutemui juga bilang Gala tampan, kok," aku menenangkannya yang menyembunyikan paniknya. "Tetapi bukan itu jawaban yang kumau, Moona. Maksudku, ada hubungan apa antara kamu dan Gala? Aku hanya penasaran--kalian dekat, sih,"

"Tidak ada hubungan apa-apa, kok, sungguh! Kenapa banyak sekali orang bertanya hal itu, sih? Kami seperti orang merajut kasih, ya? Ini tidak seperti yang kalian kira!" jawab Moona sembari tertawa kecil. Aku percaya dengannya.

"Jika kamu ingin mendapatkannya, silakan saja, Kisen! Aku tak ada hak untuk melarangmu, juga yang lain!" ujar Moona seperti melihat adanya cinta dimataku, padahal tak ada dan aku tak terpikir sampai situ.

"Tidak, aku tidak mengincarnya. Serius!" bantahku. Tidak Chiro tidak Moona, huh, ada-ada saja.

"Yah, baguslah, syukurlah kalau kau tidak mengincarnya. Dengan begitu saingannya semakin sedikit, aku kasihan, tahu!" mendengar perkataan Moona yang satu ini buatku bingung. Apa maksudnya?

"Maksudmu? Sainganmu? Kau mengincarnya? Hei, kau kasihan pada dirimu sendiri?" aku seperti orang bodoh yang tak mengerti kata-kata. Moona menghembuskan nafas cukup panjang, wajahnya pasrah, matanya merana, tampak begitu sedih, "Ia sudah mempunyai kekasih, Kisen,"

GalaksiWhere stories live. Discover now