Bab 33

75 13 3
                                    

"Yu? Putriku?" panggil Kasim Aswanara ketika ia tiba di Payon Omah tempat Tatjana akan dipersiapkan untuk pernikahan yang akan diadakan satu jam lagi.

Kasim Aswanara menempuh perjalanan yang seharusnya memakan waktu satu Minggu menjadi hanya tiga hari. Ketika ia mendapatkan pesa melalui burung yang dikirimkan ke perkemahan, ia langsung memutuskan untuk pulang.

Ia sama sekali tidak makan, minum ataupun berisitirahat.

Secara naluriah, Tatjana berdiri dan berjalan menuju ke sumber suara itu dan kini ia berhadapan dengan ayah dari Manika. "Bapak.."

"Putriku.." kata Kasim Aswanara dan langsung memeluk Tatjana. "penderitaan seperti ini tidak harus kamu rasakan, Putriku. Aku akan menghukum prajurit manapun yang menyeretmu ke dalam istana ini sehingga membuatmu menderita."

Hanya satu kali. Dalam hidup Kasim Aswanara, ia hanya menangis satu kali. Ketika istrinya meninggal dunia. Lalu kini, ia kembali menangis ketika melihat putrinya diperlakukan secara tidak adil seperti ini.

Ia adalah seorang panglima perang yang selalu membawa kemenangan bagi kerajaan ini. Ia tidak bisa menerima kalau putrinya harus menjadi seorang dayang.

Dan entah bagaimana, sekarang putrinya harus menjadi istri dari sang pangeran.

"Bapak akan membawamu pulang dan tidak akan ada lagi yang menyakitimu, putriku," kata Kasim yang terlihat sangat sedih. "Kamu adalah putri Bapak yang sangat pintar dan Bapak tidak ingin dinding istana ini membatasimu untuk terbang bebas, Yu. Kamu bisa melepaskan pakaian pernikahan ini dan kita akan pulang. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan."

"..."

Kasim Aswanara mencoba untuk menarik putrinya dengan lembut. Tahu kalau putrinya sedang sangat terguncang dan ia akan membawa Manika bersamanya. Tidak akan lagi terjadi hal-hal seperti ini. Namun, ketika Kasim akan melangkah, ia merasa kalau putrinya tidak melangkah bersamanya.

Manika Yuagni terlihat sedang berpikir, seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu.

Kasim menatap putrinya dan mulai merasa bingung. "Yu, kamu akan pulang bersama dengan Bapak."

Wening yang sedari tadi hanya diam pun menangkap kebingungan Kasim. Ia juga merasa bingung dengan apa yang dilakukan oleh Manika. Ia tahu kalau Manika dan sang Pangeran Mahkota cukup dekat. Ketika kecil, mereka sering bermain bersama. Namun setelah itu, mereka terpisah karena Pangeran Mahkota yang terus menerus berperang.

Selama itu pula, Manika tidak pernah membicarakan tentang sang Pangeran Mahkota, sehingga Wening beranggapaan kalau apa yang terjadi antara Manika dan Pangeran Mahkota hanyalah pertemanan masa kecil. Namun sekarang, sepertinya asumsinya selama ini salah.

"Bapak.." kata Tatjana, masih bingung dengan apa yang harus ia katakan.

Di satu sisi, ia ingin pulang ke rumah keluarga Manika. Namun di sisi lain, ia harus melakukan sesuatu, mengorbankan sesuatu supaya dirinya bisa kembali ke kehidupannya di masa depan.

Satu-satunya petunjuk yang ia miliki adalah apa yang diucapkan oleh Manika pada mimpinya tadi. Maka, ia harus mempercayai apa yang dikatakan oleh Manika, bukan?

"Ya, putriku?" panggil Kasim Aswanara.

"Kulo ingin menikah dengan Drastha Prabudewa Taraka, Bapak," kata Tatjana pada akhirnya.

Benar. Apa yang ia lakukan pasti sudah benar. Ia tidak bisa pergi ke rumahnya dan hanya menetap di sana tanpa berusaha untuk menemukan jalan kembali ke kehidupannya yang sebenarnya.

Ia hanya memiliki satu kesempatan, dan satu-satunya kesempatan adalah kali ini.

"Manika.." kata Kasim kaget. "Apa ada yang memaksamu?"

Permata Dari RembulanWhere stories live. Discover now