BAB 12

501 86 4
                                    

Kasim duduk di kursi yang ada di beranda dan menatap ke arah halaman rumahnya yang cukup luas. Ia mempekerjakan cukup banyak pelayan untuk mengurus rumah yang cukup besar namun hanya ditinggali oleh dirinya dan Manika. Salah satu alasan dirinya mempekerjakan banyak pelayan adalah karena ia ingin membuat rumah ini menjadi lebih ramai.

Kasim tahu kalau ia tidak bisa menemani Manika selamanya. Karena itu, ia berharap para pekerjanya bisa membuat Manika terhibur dan merasa tidak sendirian.

"Paman," kata Wening ketika ia tiba di dekat Kasim.

Wening tadinya akan menuju ke kamar Tatjana. Namun, ia berhenti ketika melihat Kasim yang sepertinya sedang memikirkan banyak hal. Maka dari itu, ia memutuskan untuk membawakan teh hangat untuk lelaki yang sudah ia anggap seperti paman sendiri itu. Ia meletakkan secangkir teh ke atas meja yang ada di hadapan Kasim.

"Wening, duduklah," kata Kasim.

Wening lalu duduk di kursi lain. "Apa yang Paman pikirkan?"

"Aku baru saja kembali dari rumah Arjanti, dan dia membuatku berpikir akan banyak hal. Dia mengatakan kalau aku mempersulit hidup Yu karena sudah meninggalkannya untuk berperang. Lalu, ketika melihatmu sekarang, aku juga merasa kalau kamu juga pasti kesulitan karena harus menjaga Yu-ku," kata Kasim.

Meskipun tidak ingin mengakuinya, Kasim memikirkan apa yang dikatakan oleh Arjanti tadi. Lalu, ia juga tahu kalau dirinya tidak hanya menjadikan Manika sebagai korban dari apa yang sudah ia lakukan. Ia juga membuat hidup Wening menjadi cukup sulit karena harus menjaga putrinya. Di tambah lagi dengan keadaan Manika yang sepertinya sekarang.

"Kulo tidak pernah merasa terbebani karena menjaga Yu," kata Wening. "Kulo sangat menyayanginya dan berterima kasih kepada Paman karena sudah mengizinkan Kulo untuk tinggal di sini."

"Kamu sangat baik," kata Kasim.

"Jika paman tidak menyelamatkan Kulo, mungkin Kulo akan hidup tanpa arah. Kulo hanyalah seorang wanita dari golongan rendah, dan paman menyelamatkan kulo."

Kasim tersenyum karena merasa tenang. Ia akan tenang ketika Wening selalu berada di sisi Manika.

"Ini," kata Kasim sambil menyodorkan sebuah kain yang berisi ramuan yang diberikan oleh Arjanti. "Berikan ini kepada Manika. Dia harus meminumnya selama tiga hari berturut-turut. Ini akan membantunya mengembalikan ingatan."

"Baik, Paman," kata Wening sambil menerima kain itu.

"Bagaimana keadaan Yu?" tanya Kasim.

"Dia sepertinya masih sangat kebingungan. Namun, dia menyukai tanaman herbal. Dia bisa menghabiskan banyak waktu di perkebunan herbal. Dan juga, dia sangat menyukai bintang. Setiap malam, dia selalu belajar rasi bintang," jelas Wening.

Wajah Kasim mengernyit. Namun, ia merasa senang. Karena, akhirnya putrinya memiliki hobi yang hampir mirip dengan Manika yang ia kenali.

"Yu tidak begitu menyukai tanaman herbal dan dia sudah menghapal rasi bintang ketika berusia delapan tahun. Aku tidak mengerti semua ini, tapi sepertinya dia mulai menemukan semuanya lagi," kata Kasim.

***

"Yu," kata Wening sambil menyentuh punggung tangan Tatjana.

Tatjana yang masih merasa mengantuk pun sedikit menggeliat karena sentuhan tangan Wening. Ia tahu kalau sekarang pasti sudah waktunya ia untuk bangun. Namun, matanya masih terasa berat. Semalam ia menghabiskan banyak waktu menatap bintang karena selalu terpesona akan keindahannya. Ia bahkan lupa waktu dan kembali ke kamarnya ketika semua lilin di rumah ini sudah dipadamkan.

"Yu, sudah waktunya untukmu bangun," kata Wening lagi. "Matahari sudah meninggi dan kamu harus mandi."

Akhirnya Tatjana memaksakan dirinya untuk membuka mata. "Apa aku harus melakukan sesuatu hari ini?"

Permata Dari RembulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang