Semangkok Rasa • 08

Start from the beginning
                                        

Gadis yang tidak lain adalah Nisa kini mengeluarkan sesuatu dari saku seragam.

Sebuah cokelat dengan merek ternama ada di genggaman gadis itu.

"Ubur-ubur ikan lele. Selamat anda mendapatkan cokelat dari Bu Yanti, lee."

Nisa memasang raut wajah tengil di hadapan pak Eko. Bu Yanti yang selama ini digosipkan dekat dengan pak Eko selama satu tahun terakhir, membuat Nisa bersemangat untuk meledek guru satu ini.

"Cie, dapet cokelat dari ayang. Tadi saya ketemu Bu Yanti di kantin loh pak, dia ngasih saya cokelat ini."

"Saya kira ini buat saya, ehh ternyata saya diminta jadi kurir."

Wajah malu-malu pak Eko membuat Nisa semakin gentar menjahili guru satu ini.

"Mau saya bagi tips ga nih pak, biar kalian bisa sampai di pelaminan."

Pak Eko yang masih salting namun berusaha untuk tetap bersikap baik-baik saja itu mengambil cokelat dari tangan Nisa.

"Apa tipsnya?"

"Ya Nikah lah, kalau ga nikah kan ga bisa nyampe di pelaminan." Perkataan gadis itu membuat pak Eko yang sudah memasang telinga tajam dan otak 1000GB kecewa.

Saran yang tidak bermutu.

Sedangkan pelaku tertawa karena merasa puas. "Babai pak, selamat menikmati cokelat bu Yanti." Nisa berjalan beberapa langkah, namun setelahnya ia berhenti.

Menoleh ke belakang, gadis itu tersenyum manis. "Btw, sebenarnya itu cokelat bukan karena Bu Yanti naksir bapak, tapi itu cokelat yang bapak kasih ke Bu Yanti kemarin."

"Kalimat cinta yang bagus pak, saya jadi geli bacanya."

Selesai mengatakan hal itu, Nisa berlari untuk kabur, karena bel masuk akan segera berbunyi.

Sedangkan pak Eko menatap nanar cokelat yang ada di tangannya.

Memang betul, setelah dilihat lebih jelas, itu adalah cokelat pemberiannya, bahkan kertas penuh dengan kalimat cinta masih tertempel di cokelat tersebut.

"Nasib, nasib."

🍨🍨

"Serius deal kan? Kakak ga bakal PHP kan? Kan? Kan? Terus mau ketemu atasan saya kapan? Kapan juga kakak pindah? Ou, Diva boleh bantu kakak pindahan kan? Wihh pasti seru."

Gadis dengan seragam sales bodong nya itu menunjukan raut antusias yang tinggi. Wajahnya pun terlihat amat cemerlang.

Sedangkan lawan bicara terkekeh mendengar rentetan ucapannya.

"Kakak serius Div, kalau bisa secepatnya kakak ketemu sama pemilik cafe tempat kamu kerja."

Kakak udah ketemu sama pemiliknya. Ingin sekali Diva berkata demikian.

Namun mana boleh, bisa-bisa seluruh rencana yang ia susun secara sistematis itu berantakan.

"Nanti aku bikinin janji ketemuan deh, karena atasan aku juga sibuk." Ucap Diva dengan wajah teramat meyakinkan.

Semangkok Rasa (new version)Where stories live. Discover now