Semangkok Rasa • 03

446 258 62
                                        

   Haloo ada yang masih baca cerita ini?

Harusnya ada donggg

Gimana kabar kalian semua? Sehat?

Yukk langsung aja baca.

"Mau ya, jadi pacar gue."

Sekali lagi Diva berada dalam posisi yang sangat membosankan ini. Dimana seorang lelaki dengan tinggi 170 cm berlutut dihadapannya dengan mengulurkan sebuket bunga mawar merah.

Terjebak dalam situasi yang sudah biasa, Diva hanya menatap malas pemuda yang tengah berjongkok di depannya itu.

Mereka kini tengah berada di tepi lapangan basket. Di tonton oleh beribu siswa dan siswi yang sempat lewat atau sengaja datang untuk melihat bagaimana nasib lelaki yang sekarang ini sedang mengungkapkan perasaan.

"Otw jadi sad boy gasih?"

"Udah tahu Diva anti banget sama cowok, kok dia nekat ya?"

"Feeling gue kali ini ditolak lagi."

"Menurut gue diterima sih, dia ganteng dan cukup pinter."

"Div, tuker posisi yuk.."

Sepintas celetukan itu terdengar memenuhi rongga telinga. Namun ia tidak peduli, Diva lebih memilih mengabaikannya.

Ia mengulurkan sebelah tangan, berniat membantu lelaki yang Diva sendiri tidak tahu siapa namanya.

"Bangun bang, kasian sendi lutut lo."

Lelaki bernama Ari yang sedari tadi bertekuk lutut itu awalnya mengira bahwa uluran tangan Diva berimbas dengan keberuntungan.

Tapi tidak setelah ia menerima uluran tangan tersebut dan berdiri tegak. Ucapan Diva selanjutnya membuat hati mungilnya tercabik belati tajam.

"Sorry, tanpa gue jawab pun lo udah tahu." Ujar Diva sembari tersenyum tipis.

"Mending bunganya lo kasih ke ibu lo aja. Dia lebih layak dapet bunga secantik ini."

Selepas mengatakan hal itu, Diva dengan langkah ringannya pergi meninggalkan tepi lapangan basket.

Ia tidak mempedulikan suasana riuh yang terjadi. Banyak berbagai pihak yang menyindirnya secara terang-terangan. Mengatakan bahwa Diva sok jual mahal, gak punya hati dan sebagainya.

Namun, Diva tidak peduli dengan cemoohan mereka. Selagi hal itu tidak merugikan diri, ia akan tetap diam. Biarkan saja mereka mengalirkan pahala kepadanya.

"Wih, habis nolak cowo lagi nih." Celetukan itu menyambut kedatangan Diva saat memasuki kelas dan duduk di kursinya.

"Ga usah dibahas bisa? Gue lagi bad mood." ketus Diva, gadis itu menelungkupkan kepala pada meja.

Sebelah tangannya mengambil ponsel yang berada di laci. Dibukanya ponsel tersebut menuju salah satu aplikasi bertukar pesan.

Jemari yang sedari tadi hanya scroll chat grup yang menumpuk kini berubah haluan menuju ikon story.  Gurat wajahnya nampak sekali lemas dan tidak memiliki energi untuk tersenyum.

Semangkok Rasa (new version)Where stories live. Discover now