Bermula dari ajakan sang sahabat untuk mencoba menu es teler di kios yang baru buka membuat Diva bisa menemukan kisah cintanya.
Jika kalian pikir Diva jatuh cinta dengan pelanggan yang berada disana, kalian salah besar.
Nyatanya Diva kini jatuh cint...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Halo bapak BK yang terhormat." Diva menyapa pak Eko yang tengah berjalan santai di koridor kelas.
Sapaan Diva membuat langkah pak Eko terhenti. "Kebetulan saya ketemu kamu disini. Ikut saya ke ruang BK."
Ditempatnya, Diva mengerutkan alis bingung, ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Jarum jam masih menunjukan angka 6.30 pagi. Bel masuk pun belum berbunyi.
"Ngapain saya ke ruang BK? Saya ga telat loh pak."
"Bukan itu, saya ingin membahas masalah beasiswa yang kamu dapatkan itu."
Diva membulatkan mulutnya, setelah itu ia menggelengkan kepala. "Ga perlu ke ruang BK pak. Saya tolak beasiswa itu." Ucapnya enteng tanpa mengandung beban sedikit pun.
"Serius kamu tolak?"
"Seriuslah, lagian Diva ga minat ke Inggris."
"Kenapa?"
Diva mendekatkan diri pada pak Eko, ia membisikan sesuatu pada guru BK kesayangan semua murid.
"Soalnya kalau ke Inggris nanti saya ga bisa ketemu sama crush saya."
Setelah membisikan hal itu, Diva kembali ke posisinya. Raut terkejut pak Eko adalah hal pertama yang Diva lihat.
"Seriusan kamu udah punya crush? Siapa crush kamu?"
"Mendy, monyet peliharaan pak RT." Setelah mengatakan hal itu, Diva tertawa kencang dan berlari meninggalkan pak Eko yang masih terbengong di tempat.
"Bocah edan!"
Pak Eko kembali melanjutkan langkahnya, namun baru seperempat langkah, ia berhenti kembali kala gadis dengan rambut terkuncir kuda menghalangi jalannya.
Gadis itu memasang senyuman lebar dan melambaikan tangan pada Pak Eko.