senanda || no response

831 66 40
                                    

And it gets worse
before it gets better
(Do Not Wait - Wallows)

———

Awalnya, niat Senanda kembali ke kamar hanyalah untuk mengambil ponsel yang sengaja ditinggal sebelum turun untuk sarapan bersama anggota keluarga lainnya. Tetapi, begitu sampai di kamar, Senanda malah jadi salah fokus dengan beberapa lembar sticky note yang sudah lecek tidak jelas bentuknya di dalam tong sampah. Ia membuangnya semalam. Kepalang merasa tidak nyaman, Senanda akhirnya meremukkan semua lembar kertas berwarna itu dan melemparkannya begitu saja tanpa berpikir dua kali. Sedikit menyesal karena tidak melakukannya sejak hari pertama ia menemukan kertas berwarna itu.

Meski begitu, kalimat-kalimat yang tertulis pada tiap lembar sticky note tidak begitu saja ikut menghilang dari memori ingatannya.

Hi?
How can you be so perfect?
I wanna be you.
I can't wait any longer to meet you. Should we meet?
I want to see you so bad.

Begitulah yang tertulis. Senanda selalu bertanya-tanya maksud dibalik semua pesan aneh itu.

"Apa bagusnya lihat sampah di pagi hari yang cerah ini sih, Se? Mending lihat wajah gue aja, Sayang, dijamin nggak bakal bikin bosan."

Kalimat itu sontak menyadarkan Senanda dari lamunan. Bersamaan dengan tubuhnya yang dipeluk erat oleh seseorang dari arah belakang. "Kak Ai." Senanda bergumam pelan dengan kepala yang ikut ditolehkan ke samping.

Aiden memutar tubuh Senanda untuk menghadapnya, lalu menekan kedua pipi kekasihnya hingga bibir itu mengerucut lucu. "Padahal tadi katanya cuma mau ambil handphone, tapi gue sampai lumutan nunggunya loh, Se," kata Aiden dengan nada setengah merajuk.

"Iya, maaf," balas Senanda sedikit kesusahan sembari menepuk tangan Aiden beberapa kali, meminta untuk dilepaskan kedua pipinya.

"Cium dulu, dong." Aiden memajukan wajahnya, hendak meraih bibir sang kekasih hati. Namun, Senanda dengan cepat menahan pergerakan Aiden, menutup mulut itu dengan telapak tangan, yang kemudian tentu saja berhasil membuat cowok itu mengeluarkan ekspresi protes karena tidak diperbolehkan melampiaskan rasa kangennya akhir-akhir ini.

"Kita masih di rumah aku kalau Kak Ai nggak amnesia." Senanda memberikan tatapan penuh peringatan, berharap Aiden paham dan dapat menahan keinginannya. Akan tidak bagus sekali jika saat sedang asik bertukar ciuman, seseorang tiba-tiba masuk dan memergoki kegiatan berdosa itu. Memalukan. Ia yakin sesi cium versi Aiden tidak hanya selesai dengan kecupan semata.

Suara decakan dari Aiden lalu terdengar. Ekspresi wajahnya memelas seketika. "Gue tau, Se. Tapi sekali aja, ya? Hm?"

Senanda tidak langsung menanggapi dan memilih untuk memejamkan mata seraya menghela napas lelah. Ia jelas paham sekali kalau Aiden tidak akan berhenti bertingkah sebelum keinginannya didapatkan. Harusnya Senanda tidak heran lagi.

"Se? Boleh, ya?"

Rewel sekali.

Ditatapnya kemudian Aiden lamat-lamat, sebelum berkata dengan tegas, "Sekali saja." yang dijawab dengan anggukan semangat oleh Aiden.

Mungkin tidak ada salahnya memberikan Aiden apa yang menjadi kesenangannya mengingat selama masa ujian mereka tidak melakukan skinship apa pun yang berarti. Senanda enggan mengakui bahwa ternyata ia juga merindukan Aiden dan sentuhannya yang sering kali membuat kepalanya terasa pusing namun memberikan sensasi yang menyenangkan.

Tidak membuang waktu lama untuk kepala Senanda direngkuh perlahan dan merasakan bibir Aiden di atas bibirnya. Ia membiarkan Aiden untuk mendominasi dirinya dan memilih menikmati ciuman yang diberikan sembari menutup mata. Merasakan bibirnya yang disesap lembut bergantian, tidak membiarkan salah satu dari bagian bibir itu cemburu lantaran tidak mendapat cumbuan yang sama. Kepala mereka pun ikut bergerak seirama seolah terkoneksi satu sama lain. Senanda tidak lagi sekaku di awal, seperti manusia cupu tidak tau caranya berciuman. Agaknya ia telah belajar banyak dari Aiden yang kerap menciumnya setiap kali mereka bersama. Thanks to Aiden.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Senanda.Where stories live. Discover now