senanda || serba serbi

1.3K 120 7
                                    

All I ever wanted
All I want is
Always you
It's always you
(I Will - Mitski)

———

Benar saja, Adit sibuk latihan dengan timnya setiap sekolah berakhir.

Sudah semingguan lebih Senanda pulang sekolah lebih sering dijemput oleh Kaivan atau bundanya. Terpilihnya Adit masuk tim inti membuat Senanda jadi jarang melihat temannya tersebut, kecuali saat ia membawa bekal lebih, maka Adit akan makan di kelas bersamanya. Selain itu Senanda juga tidak lagi melihat Aiden di sekolah, mengingat waktu yang ia menghabiskan kebanyakan di kelas, kadang ke perpustakaan, lalu pulang ketika jam sekolah selesai. Namun, ada di suatu waktu seniornya tersebut akan me-replay story-nya baik di IG atau WA.

"Senanda!"

Mendengar ada yang memanggil, Senanda menoleh ke arah pintu kelas. Kegiatannya yang sedang membereskan buku di meja terhenti sejenak. Panjang umur. Sepertinya Adit tidak ada latihan hari ini.

"Nggak latihan, Dit?" tanya Senanda saat mereka sudah berjalan beriringan menuju parkir motor.

"Hari ini enggak. Pak Antonio, pelatih basket kami sedang ada keperluan mendesak, Nan. Tadinya sih, mau latihan aja kan ya, sama ketua basket, tapi kata pelatih ambil aja hari ini untuk istirahat soalnya dari kemaren latihan terus setiap harinya," jelas Adit. Mungkin sore ini akan dihabiskannya dengan tidur saja.

"Pertandingannya kapan, Dit?" tanya Senanda. Ia memang berniat datang untuk menyemangati temannya itu.

"Hari Sabtu ini, Nan. Karena yang bakal main cuma empat sekolah aja. Datang aja jam 9 atau setengah 10, pertandingannya sendiri baru akan mulai jam 10 teng."

Mengingat hari ini adalah Rabu, berarti masih ada dua hari lagi sebelum hari pertandingan. Untungnya tidak mengambil hari sekolah, sehingga ia tidak harus bingung memikirkan antara sekolah atau melihat Adit bermain.

"Di GOR pusat kota ntar, Nan. Pergi aja sama Bimo ke sananya. Bakalan rame soalnya, takut lo kenapa-napa kalau nggak ada yang jagain," ucapnya seraya mengambil helm cadangan yang sengaja disimpannya di dalam jok motor dan menyerahkannya pada Senanda.

Adit memang teman yang perhatian terlepas dari sikapnya yang kadang menyebalkan.

"Oke, Adit." setelah helm terpasang sempurna di kepalanya, Senanda menaiki motor tersebut. Tangannya berpegangan pada tas Adit sebelum motor tersebut meninggalkan area parkir.

〰️

Senanda mengernyitkan dahinya begitu merasakan telapak tangan dingin milik seseorang menyapa pipinya. Ia mengerang, sebelum mengerjapkan mata beberapa kali untuk mengembalikan fokusnya.

Ah, ia ketiduran. Padahal tadi niatnya hanya rebahan saja di kasur. Seragamnya bahkan belum lepas dari tubuh.

"Bangun, Kak. Bunda nyuruh mandi. Tadi katanya juga belum makan pas pulang sekolah, kan?"

Senanda menggeleng. "Jam berapa?" tanyanya sedang suara serak khas bangun tidur.

"Udah jam 5 lewat, Kak."

"Oke." Senanda menguap, matanya kembali memejam. Tidur sore ini membuat badannya lemas.

"Jangan tidur lagi, Kak. Nanti kena omel Bunda."

Senanda dapat merasakan rambut lepek di dahinya disibak ke belakang, lalu dahinya diusap. Ia kembali membuka mata, menatap adiknya yang berdiri di sisi kasur.

"Tapi lemes badannya, Kai." ucap Senanda dengan nada agak merengek. Kedua tangan terangkat ke atas, meminta Kaivan untuk menariknya bangun. "Kamu udah wangi aja, Dek."

Senanda.Where stories live. Discover now