senanda || namanya adalah

1K 102 18
                                    

And I don't get along with anyone
Maybe I'm the problem
(TV - Billie Eilish)

———

Senanda duduk bersila di sofa mengemili keripik pisang yang dibeli bunda saat ke mini market. Ia mumet di dalam kamar. Aiden sibuk dengan tugas. Katanya kalau Senanda mau, dia bisa melakukan itu sambil mengobrol, tetapi ia menolak, tidak ingin mengganggu fokus Aiden. Maka dari itu ia turun ke lantai satu dan ikut menonton sinetron yang dipilih Anisa. Ardinan sendiri pasrah kalau remot TV sudah duluan berada di tangan istrinya.

"Kaivan mana, Bun?" tanya Senanda sembari menyandarkan kepala pada lengan Ardinan yang ikutan mengambil keripik pisang di dalam bungkusan yang dipeganginya.

"Ada di kamar, Kak. Lagi belajar buat OSN besok."

Anisa fokus sekali menonton. Tidak melihat anak dan suaminya yang menggabut.

"Belajar terus sampai lupa istirahat. Bunda nasihati dong anaknya."

Kali ini Anisa menoleh. "Kenapa nggak kamu aja, Kak, yang bilangin? Sekalian antarin Kai buah atau apa gitu. Dia kan, nurut banget kalau sama kamu, Kak."

Senanda mendongak menatap sang ayah. "Emangnya iya begitu, Yah?"

Ardinan terkekeh. "Biasanya disuruh satu kali, ini adekmu itu langsung nurut kalau itu kamu yang ngomong. Tapi kalau sama Bundamu itu, sampai ngomel dulu baru dilakuin."

Senanda mamasukan lagi keripik pisang ke dalam mulut. "Itu artinya dia lebih sayang sama aku daripada Bunda." ia terkikik bersama Ardinan.

Anisa melengos. "Iya, deh." dia lalu mengambil bungkusan keripik di tangan Senanda. "Tolong lihat adeknya coba, Kak. Sekalian potongin buah apel di meja makan buat teman belajarnya."

Senanda menghela napas sebelum bangkit ke dapur. Dikupasnya satu buah apel dengan hati-hati lalu memotongnya menjadi beberapa bagian sebelum diletakkan ke dalam piring kecil. Tidak lupa dengan garpu. Setelahnya ia menaiki tangga ke lantai dua yang hanya diisi oleh dirinya dan Kaivan. Sementara orangtua mereka kamarnya ada di lantai satu serta ruang kerja sang ayah.

"Kai, aku masuk, ya." Senanda mengetuk dua kali pintu kamar Kaivan sebelum membukanya. Tampak adiknya yang fokus mempelajari ulang terkait materi OSN di meja belajar. Ia meletakkan piring kecil berisi buah apel itu di meja, lalu bersandar di sana. Ia menusuk satu potong buah dengan garpu lalu menyodorkannya sampai ke depan mulut Kaivan.

Kaivan sempat menatap Senanda sejenak sebelum memakan buah tersebut.

"Harusnya kalau besok mau OSN, malam ini istirahatkan otak dulu, Kai. Dipaksa terus juga nggak baik, tahu," kata Senanda pelan. Pandangannya menatap ke sekeliling kamar adiknya yang rapi.

"Aku hanya nggak mau menyia-nyiakan waktu, Kak."

Senanda melirik lagi pada adiknya, menyuapkan lagi potongan apel lainnya. "Ya, harusnya dilakukan sesuai porsi. Selang-seling antara belajar sama istirahatnya. Nanti kalau sakit bagimana? Semua orang bakal khawatir."

"Iya, Kak. Ini sebentar lagi, kok."

Senanda menghela napas tidak kentara. "Sudah dari jauh hari kamu belajar persiapan buat hari besok. Aku yakin Kai pasti bisa. Adik aku kan, pintar."

Kaivan terkekeh. Dia menerima suapan buah terakhir dengan senang hati. "Iya, dong." dia lalu memeluk Senanda. "Doakan lancar untukku besok ya, Kak."

"Pasti." Senanda mengelus rambut Kaivan. "Malam ini kamu tidur cepat, ya. Batas belajarnya sampai jam sembilan aja. Malam-malam sebelumnya kan, kamu bergadang terus."

Senanda.Where stories live. Discover now