senanda || pacaran dulu

783 75 4
                                    

Every time I look into your eyes
I see it
You're all I need
(Get You - Daniel Caesar ft. Kali Uchis)

———

Senanda menatap pantulan wajahnya di kaca kamar mandi sejenak, kemudian beralih pada kedua tangan yang masih bergetar samar. Rasanya masih tidak menyangka kalau ia telah melewati masa yang membuatnya sangat kepikiran beberapa waktu lalu. Ia kira, sampai kapan pun dirinya tidak akan siap, tetapi syukurlah Senanda memberanikan diri untuk melakukan itu.

Ditepuknya kedua pipi agak keras, hingga menimbulkan warna merah samar, lalu mengembuskan napas. "Sekarang waktunya tidur, Se." Senanda bergumam pelan, berusaha menenangkan diri sepenuhnya dari sisa kegugupan tadi.

Setelah mencuci muka dan sikat gigi, Senanda keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar. Langkahnya menuju kasur, mengambil ponsel yang tergeletak di dekat bantal. Dan seperti yang sudah diduga, ada pesan masuk dari Aiden, yang bertanya apakah Senanda sudah sampai rumah dengan selamat sentosa. Ia pun segera membalasnya tanpa memberitahu mengenai kejadian tadi. Rencananya baru akan ia beritahu saat bertemu cowok itu di sekolah. Tidak yakin juga apakah Aiden sudah bersekolah besok, mengingat tadi keadaannya masih belum membaik sepenuhnya.

Selesai berbalas pesan dengan Aiden, Senanda langsung keluar menuju kamar Kaivan yang berseberang dengan kamarnya, sementara ponsel tadi ditinggal begitu saja di nakas.

"Kai, sudah mau tidur?" tanya Senanda ketika memasuki kamar adiknya dan mendapati lampu utama sudah mati. Tinggal lampu di samping kasur yang hidup dengan pencahayaan remang. Mereka berdua itu memang paling tidak bisa tidur saat lampu menyala begitu terang.

"Belum, Kak. Aku nungguin karena katanya tadi Kak Se mau tidur di kamar aku." Kaivan menyahuti. Dia saat ini duduk bersandarkan kepala kasur sembari memainkan ponsel, mengecek grup kelas yang heboh oleh beberapa orang, membahas tentang tugas yang akan dikumpulkan besok. Kaivan, sih, sudah selesai mengerjakannya. Jadi santai-santai saja menikmati waktu luang.

Senanda mendekati kasur, menyibak selimut dan mengambil posisi tiduran di bagian sisi kiri kasur, sebab untuk sisi kanan sendiri sudah di tempati duluan oleh adiknya.

Kaivan menoleh. "Bagaimana tadi, Kak?" tanyanya.

"Kak Ai disuruh datang ke rumah dan bicara langsung sama Ayah Bunda," jawab Senanda dengan gumaman. Kedua matanya sudah terpejam, hendak tidur. Meski jam baru menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Perasaannya saat ini tidak dapat dijelaskan. Inginnya saat terbangun di pagi hari nanti, suasana hati sudah kembali normal seperti biasa.

Kaivan bergumam mengerti. "Ngomong-ngomong, Bang Aiden sakit apa, Kak?"

"Demam, sama flu juga tapi nggak begitu parah. Besok kayaknya sudah baik-baik aja."

"Kok, bisa sakitnya sama kayak Kak Se? Ketularan Kakak jangan-jangan," ucap Kaivan sembari mengikuti Senanda untuk merebahkan diri. Di luar sana terdengar gemuruh beberapa kali, namun hujan belum juga turun.

"Ya ... ya, bisa saja, kan? Lagian musim nggak menentu begini, siapa saja bisa sakit." Senanda berkilah. Tidak ingin Kaivan tahu kalau Aiden memang ketularan olehnya.

Kaivan mengangguk sekilas. "Mungkin juga."

"Ayo sekarang kita mendingan tidur aja, Kai, biar besok fresh pas bangun."

"Iya, Kak." Kaivan kemudian menggeser bantalnya berdekatan dengan Senanda, begitupun dengan tubuh keduanya yang sudah berdempetan. "Biar nggak dingin, Kak. Kayaknya mau hujan juga," dia beralasan. Kaivan lalu memutar tubuh menghadap Senanda dan memeluk lengan saudara terkasihnya itu. Kebiasaannya saat mau tidur, yaitu harus memeluk sesuatu. Dulu ada bantal guling, tetapi entah alasan apa yang tidak seorang pun tahu, Kaivan memilih untuk tidak lagi memakai benda itu dan berganti dengan memeluki lengan Senanda tiap kali memilih tidur di kamarnya.

Senanda.Where stories live. Discover now