senanda || pengalihan diri

1.1K 111 8
                                    

I love the way he laughs
and says my name
(Upgrade - Kay Cook)

———

Senanda tersentak bangun dari tidur sorenya dengan jantung berdebar kencang dan napas yang memburu. Ia beralih mendudukkan diri. Tangannya kemudian mengusap kasar wajah yang terasa berkeringat.

Ia benci sekali ini. Seperti dipaksa kembali ke masa di mana ia berjuang mati-matian agar terbebas dari bayangan buruk masa lalu. Membangun tembok yang tinggi dan kokoh untuk melindungi dirinya sendiri. Setelah berhasil tidak lagi mengingat kejadian itu, orang itu malah muncul di depannya, begitu saja, membuat rasa bencinya kian menjadi.

Senanda hanya ingin menjalani hidup dengan tenang. Itu saja. Tetapi, kenapa rasanya begitu sulit ia dapatkan.

Mimpi buruknya datang lagi. Sejak pertandingan basket hari itu, Senanda kembali dihantui oleh mimpi buruk yang tak berkesudahan. Hampir di setiap tidurnya ia memimpikan hal yang sama. Kembali terjebak.

Sialan!

Senanda menyadari matanya yang basah saat berkedip. Ia kemudian meraba wajahnya. Apakah ia menangis saat tertidur?

Tidak mau menjadi semakin menyedihkan, Senanda bangkit dari kasur. Ia memutuskan untuk mandi dengan air dingin saja sore ini untuk menyegarkan pikiran. Hari ini Senanda pulang sekolah cepat, karena guru mengadakan rapat. Sejak bangun tidur di pagi hari, tubuhnya sudah terasa tidak bertenaga. Ia sulit fokus pada pelajaran karena lagi dan lagi pikirannya tertuju pada ketakutan tak berdasar yang membuatnya gelisah sepanjang hari. Jadi ia memutuskan tidur saja sesampainya di rumah. Tidak berbicara apapun pada siapa pun.

Selesai mandi dan berpakaian, Senanda keluar dari kamar. Tidak terlihat Kaivan di lantai bawah, mungkin berada di kamarnya. Hanya suara Anisa yang terdengar di halaman depan rumah sedang berbincang entah dengan siapa. Senanda meraih remot dan menghidupkan TV. Ia menghempaskan tubuhnya pada salah satu sofa tunggal di ruang santai, menumpukan berat tubuhnya pada sandaran di belakang dan menekukkan sebelah kakinya ke atas sofa.

Senanda mengutak-atik, mencari tontonan yang mampu menarik perhatiannya. Namun, tidak ada. Semuanya terasa membosankan.

"Kak." suara Anisa terdengar memanggil. Mungkin karena mendengar suara TV, bundanya itu kemudian terlihat memasuki ruang santai keluarga sembari memeluk dua buah kotak yang tampak sangat tidak asing. Bunda tidak sendiri, ada seseorang lagi di belakangnya. "Ada Aiden nih, Kak." setelah mengatakan itu, bunda pergi meninggalkan mereka begitu saja ke dapur.

"Ngapain, Kak?" Senanda menatap seniornya itu yang duduk di sofa tidak jauh darinya.

Aiden tersenyum kecil. "Mengantarkan kotak bekal dan kotak kue brownies kemarin." dia lalu meneliti wajah Senanda yang terlihat agak pucat sore ini. Ekspresi Aiden langsung berubah cemas. "Lo sakit?"

Senanda melebarkan matanya. Pertanyaan Aiden membuatnya gugup. Apakah ia seperti orang sakit? "Enggak, kok," gumamnya sambil mengalihkan pandangan ke TV.

Hening mengisi setelahnya. Senanda memaksakan diri untuk fokus menonton tayangan saat ini. Acara gosip murahan. Astaga! Senanda merutuk dalam hati.

Aiden berdeham. "Mau keluar nggak, Se? Kita cari jajanan mumpung langit cerah."

Senanda menoleh. Dahinya berkerut, tampak berpikir. Ada baiknya mungkin ia terima, sekalian cuci mata, mengalihkan pikiran. Sebelum ia bahkan sempat menjawab, sebuah jari tangan yang hangat ia rasakan menyentuh kerutan di dahi yang tanpa sadar dibuatnya, lalu mengelus lembut.

"Ayo ganti bajunya ke yang lebih tebal dan juga jangan lupa keringkan rambutnya." Aiden mengacak-acak rambut lembab Senanda kemudian mengakhirinya dengan sebuah elusan di dahi.

Senanda.Where stories live. Discover now