48

370 32 7
                                    

Luffy menahan tangan Chopper, kapten Bajak Laut Mugiwara itu menggeleng memberi tahu  bahwa Chopper tidak boleh melakukannya. Chopper mendongak bingung kenapa Luffy tidak mengizinkannya membantu orang yang membutuhkan pertolongan.

"Dia mati. Jadi percuma kau melakukannya."

Wajah ditutupi topi itu, Chopper masih menatapnya hingga dia mengangguk meski di benaknya bertanya kenapa Luffy mengetahui orang itu sudah mati.

Beberapa petugas keamanan mendekati jenazah pria paruh baya yang terbaring kaku. 

"Dia terkena kutukan? Nasib sial untuk pembangkang."

"Kau benar. Jika dia menuruti kata-kata tuan Ames, nasibnya tidak akan begini." 

Hanya dalam beberapa waktu, tubuh itu kehilangan semua indranya, namun darah terus mengalir keluar dari telinga. Seorang wanita yang mungkin itu adalah istrinya mendekati jasad pria itu, memangkunya lalu dia menangis.

"Kalian biadab, kalian sengaja meracuni suami ku, bukan? Karena kalian tidak mendapat informasi yang kalian inginkan."

Beberapa warga bisik-bisik namun tidak berani mendekat. Petugas keamanan berusaha menyingkirkan wanita itu.

"Kami akan membawa jenazahnya, tolong jangan halangi pekerjaan kami."

Wanita itu tetap tidak ingin melepas jasad sang suami. Pemandangan yang menyayat bagi Chopper karena dia tidak bisa menolong orang itu. Namun beberapa saat tangannya ditarik pergi oleh Robin karena Angkatan Laut datang bergerombol. 

Tentu untuk saat-saat seperti ini kelompok bajak laut akan menghindari pertikaian dengan prajurit pemerintah. Beberapa bertanya tentang keadaan yang baru saja terjadi, akan tetapi mereka tidak melakukan apa pun setelah melihat reaksi Luffy terhadap Chopper.

"Sebaiknya kita bergegas dengan urusan kita, pastikan kita bertemu lagi di tempat ini." Luffy akan pergi meninggalkan rekan-rekannya, sementara mereka bertengkar dengan pikiran mereka kenapa Luffy bersikap tidak seperti biasanya. 

Chopper menerima usapan halus di atas kepala, tangan Luffy dengan lembut menyentuh bulu-bulu Chopper, menatapnya penuh perhatian menyebabkan lengkungan tipis pada wajah khawatir rusa kecil itu. Tapi sesaat kemudian Luffy tampak bingung, mencari ke sana ke mari, menoleh kiri menoleh kanan.

Luffy panik, "Sabo. Sabo menghilang. Anak Shirohige menghilang."

"..."

Sementara kedua tangannya memegang kepalanya sendiri, Luffy masih berteriak tidak jelas seperti kehilangan seorang anak lima tahun sampai Zoro menutup mulut kaptennya itu. 

"Mmmmmmm." Luffy bergumam karena tangan Zoro masih membekap mulutnya.

Zoro seolah paham apa yang Luffy katakan, dia menjawab, "Sabo bukan anak kecil, paling tidak dia diculik orang." 

"Mmmm? Mmmmm"

"Kau benar, dia tidak mungkin diculik."

"Mmmmm?"

"Tidak. Di kapal hanya ada Franky dan Jinbei."

"Mmmm? Mmmmm."

"Apa? Kau lapar?"

"Mmm mmm." Luffy mengepalkan tangan, mata itu berbinar penuh semangat.

"Ku pikir juga begitu. Tapi ini tidak seperti kau akan mengatakan makan daging tanpa sake, bukan?"

"Mmmm."

"Yosh." Zoro mengangkat Luffy seperti karung beras, "Kita pergi mencari sake dan daging."

"...."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang