43

723 59 20
                                    

TYPONYA DIBENERIN SENDIRI YA 



Saat malam telah jatuh, sinar bulan menerangi perjalanan kapal Bajak Laut Mugiwara. Alunan musik dari Brook menjadi melodi malam setelah sisa pesta hari ini. Jinbei memastikan kapal berlayar sesuai arah yang ditunjukkan Sang Navigator, Nami. Setelah makan malam yang meriah bersama Sabo, mereka hanya berkumpul di dek tidak melakukan apa pun, kecuali Robin yang tidak pernah absen membaca buku di waktu senggang.

Beberapa hari berlalu, kapal telah berlayar melebihi setengah perjalanan. Luffy duduk di tempat favoritnya yaitu di atas kepala Sunny, wajahnya disapu angin sore bersama Senja yang sebentar lagi akan tenggelam. Sementara kapal berlayar ke arah barat seolah mengejar sinar matahari yang ditelan ujung lautan.

Luffy memiliki insting yang kuat, hanya dengan merasakan kegelisahan hatinya maka ia percaya sesuatu yang buruk akan terjadi. Luffy memejamkan mata sejenak, mencoba menolak apa yang perasaannya katakan. Namun dia gagal dan tetap gelisah hingga Sabo melompat dari bawah dan duduk di sampingnya.

"Apa yang kau pikirkan?" Sabo tanpa melihat ke arahnya bertanya. Luffy hanya menggeleng namun matanya ia buka kembali, dia memberikan senyuman terbaiknya. Sabo menoleh menatap wajah adiknya.

"Itte!" Luffy mengelus kening karena Sabo menyentilnya secara tidak berperasaan. "Hentikan, baka. Jangan berikan senyuman menjijikkan itu kepada ku," ucap Sabo.

Luffy memajukan bibir beberapa senti, "Cih, harusnya kau bersukur karena mendapatkan senyuman dari adik tampan mu ini." Sabo terbahak dari tempatnya sampai semua kru yang berada di dek kapal mendongak ke arah mereka berdua penasaran. Lalu sesaat menjadi hening, kembali para kru merasa penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Apa yang mereka bicarakan? Kenapa tiba-tiba hening?" Zoro bertanya entah kepada siapa. Baginya siapa pun yang mendengar dan menjawabnya itu tidak penting. Dan nyatanya tidak ada jawaban yang ia dapatkan.


****


Hiruk pikuk Baltigo setelah mendapatkan satu kenyataan besar, rahasia yang selama ini disembunyikan Gorosei telah terungkap berkat pasukan Revolusi yang menyelinap ke Pangaea Castle. Meski beberapa pasukan kembali dalam keadaan hampir mati, namun mereka mendapatkan informasi yang akan mengejutkan dunia. Belum lagi kembalinya Bartolomeow Kuma setelah penyamarannya diketahui pemerintah dunia, dia dicap sebagai pengkhianat. Bersama anaknya, Bonney, Kuma kembali ke Baltigo. Bonney adalah salah satu dari generasi terburuk, dan hanya dia satu-satunya kapten bajak laut termuda. Usia Bonney saat ini adalah sebelas tahun.

"Kau kembali juga, Bonney. Seharusnya aku tidak melepas mu untuk menjadi bajak laut." Dragon melipat tangan memberi Bonney ceramah.

Bonney mengangkat bahu, "Tapi akhirnya aku kembali bersama ayah." Kuma tertawa lalu mengelus kepala putri satu-satunya itu. Bonney adalah pasukan revolusi yang menjadi bajak laut. Dia berlayar karena penasaran dengan kehidupan bajak laut sekaligus ingin belajar banyak hal. Meski pun ayahnya dan Dragon melarangnya waktu itu, namun dia nekat dan diam-diam meninggalkan Baltigo.

"Ne, Dragon san. Beberapa waktu lalu aku tidak sempat bertemu Luffy, padahal waktu itu kita sama-sama di Sabaody," Bonney mengetahui jika beberapa bulan lalu Luffy berada di sana. Meski Luffy tidak mengenalnya namun Bonney sangat ingin bertemu, apalagi setelah mengetahui bahwa Luffy adalah Nika. Bonney sangat senang karena mimpinya dan sang Ayah akan terwujud, bertemu langsung dengan dewa matahari.

"Suatu hari kau akan bertemu dengannya," Kuma mewakili Dragon untuk menjawabnya. Kuma merasa beruntung karena saat itu dia sempat membantu Luffy dan teman-temannya di pelelangan juga di Thriller Bark. Bahkan dia bertemu dan bicara secara langsung.

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang