30

592 51 17
                                    

Awan hitam berkumpul di satu tempat. Kilatan petir nampak tidak sabar untuk menyambar siapa pun di bawah sana. Jika tidak salah, perkiraan cuaca hari ini adalah cerah dengan curah hujan 0%. Namun seorang Navigator bisa mengubah cuaca di area sekitarnya menjadi 100% hujan akan turun dengan petir. "Tunderball Tempo." Aliran listrik dari petir buatan Nami membakar hangus prajurit angkatan laut. Brook tidak jauh dari sana bahkan tersambar hingga dagingnya habis —meski pun Brook tidak punya daging— Asap mengepul keluar dari dalam mulut, rambut afronya gosong. "N-Nami san. Kenapa kau melakukan ini?"

"Oh, Brook. Sedang apa kau di sana?" Nami bertanya seolah itu bukan karena ulahnya.

Sementara di sisi tidak jauh dari sana, suara-suara tulang patah terdengar renyah. Robin menumbuhkan tangan di badan musuh yang hendak menangkapnya, lalu tanpa ampun menarik kepala dari belakang hingga tulang lehernya patah. Namun prajurit terus berdatangan. "Tangkap Nico Robin!!!" teriak salah satu mereka.

Nami yang tidak jauh darinya sontak menoleh. Namun Robin terlihat tenang dengan tangan menyilang di dada sembari menutup mata. "Jangan berharap bisa menangkap ku semudah itu. Mil Fluers..." Tangan besar tumbuh di sana. Robin fokus akan sesuatu, tak lama tangan itu menghitam. "Gigantesco Mano, Spank." Robin menyapu mereka sekaligus hingga terpental jauh. Ditambah dengan Bushoshoku Haki, musuh tentu terluka parah. "Mattaku, mereka terbang seperti lalat tersapu angin. Tapi lumayan juga untuk berlatih agar haki ku bertambah kuat."

Usop berlari menghindar dari prajurit yang mengejarnya. Nafasnya terengah hingga dia berhenti dan menunduk memegang kedua lutut. "Sampai kapan mereka mengejar ku. Lelah sekali." Menyeka keringat, Usop berbalik. Sementara musuh terus berdatangan membawa senjata api dan pedang. Mengambil pop green dari dalam tas kecilnya, Usop menembak mereka meggunakan ketapel.

Boom!! Boom!!

Biji-bijian itu meledak lalu pohon bambu dengan ujung runcing tumbuh dari tanah di mana musuh berpijak. Pohon-pohon itu membuat prajurit angkatan laut tertusuk. Tidak hanya itu, Usop menembakkan biji bunga membuat mereka tertidur. "Ha ha ha ha, rasakan tembakan Kapten Usop sama." Usop tertawa setelah berhasil mengalahkan musuh.

Kemampuan bertarung Shiryu tidak diragukan lagi. Kecepatannya menebas musuh bahkan sudah berada di level atas mengingat dia adalah mantan kepala sipir. Bahkan beberapa prajurit terlihat takut untuk menyerang mengingat kasusnya yang membantai semua tahanan. "Kenapa wajah kalian begitu pucat?" Belum satu detik kalimat itu keluar, Shiryu melaju begitu cepat hingga musuh mati di tempat bahkan sebelum mencerna apa yang terjadi. "Kalian ingin menghalangi jalan kapten kami, maka itu yang kalian dapatkan."


*****


"Chopper!!"

Usop berteriak memanggil nama rusa kutub yang baru saja menumbangkan beberapa prajurit. Semua kru berlari menuju Grove 49. Zoro berhenti mendapati Luffy dengan mayat kapten angkatan laut dan beberapa anak buahnya bergelimpangan di tanah.

"Kau memotongnya, Luffy?" tatapan Zoro ngeri melihat mayat mengenaskan dengan kepala hampir terpotong sempurna. Semua kru berhenti untuk melihat dan berekspresi sama kecuali Shiryu dan Robin.

"Ini pertama kali melihat manusia dengan kepala hampir terpotong. Ini menarik. Kepalanya seperti bola jika itu lepas."

Seperti biasa ucapan Robin selalu di luar akal sehat. Semua orang semakin ngeri dengan kelakuan Robin yang selalu tenang mengatakan hal-hal seperti tiu. 'Kenapa semakin hari dia semakin menyeramkan,'  batin trio lemah.

"Robin cwan, ucapan mu membuat hatiku bergetar." Sanji bergoyang-goyang seperti mie rebus.

'Iyyak, si mesum itu semakin gila,' —trio lemah.

UntitledWhere stories live. Discover now