[FOLLOW DAHULU SEBELUM MEMBACA]
Berawal dari luka, rasa sakit, hancur, dan keputus asaan. Semua harapan hidup yang semakin memudar, samar, dan tak nampak terus menggerus batin. Dan saat itulah satu luka dengan luka lainnya mulai bertemu, saling meng...
Jangan lupa Vote ya kakak-kakakku! Komen next buat lanjut ya☺
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Mereka yang menyayangi kita pasti akan mengupayakan segalanya yang terbaik untuk kita. Apapun itu. Meski ...., terkadang terdapat beberapa cara yang salah ketika mereka memperlakukan kita. Membuat kita mengartikannya menjadi ke hal yang lain. Sebuah pengertian yang berbeda.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
7 SERANGKAI
.
.
.
Iqbal mengemasi seluruh peralatannya ke dalam tas. Setelah mata pelajaran terakhir usai dan guru pamit, semua anak-anak lain di kelas juga ikut berhamburan keluar untuk segera cepat pulang ke rumah masing-masing.
Iqbal pikir untuk saat ini ia bisa pulang sendirian seperti yang dulu pernah ia alami seperti biasanya. Namun ternyata dugaannya salah. Nyatanya sudah ada Jelano yang sedang menunggunya di samping pintu kelas. Dia terlihat tengah sabar berdiri di sana meskipun Iqbal sengaja keluar belakangan.
Karena terkejut, Iqbal tak sengaja mengeluarkan suara lirih. Membuat Jelano menoleh ke arah Iqbal.
"Ayo Bal," ajaknya dengan cengiran lebar.
Seperti biasa Jelano selalu memintanya untuk pulang bersama. Tak peduli seberapa jauh jarak rumah mereka berdua sebenarnya, Jelano akan senang hati mengantarkan Iqbal pulang ke rumahnya.
Iqbal menghela napas jengah. "Udah gue bilang, gue bisa pulang sendiri. Lo udah repot-repot jemput gue. Jadi, gue pengen pulang sendiri."
Awalnya Iqbal tidak mempermasalahkan Jelano yang sering antar jemput ke sekolah. Tapi, semakin lama Iqbal merasa bahwa semua itu sangat merepotkan. Ia sungguh tidak enak dengan Jelano.
"Kenapa harus repot?"
Iqbal hanya diam, ia berjalan mendahului Jelano. Ketika Iqbal pergi ke arah lain, Jelano segera menyeret tangan itu untuk mengikuti dirinya. Tentu saja ke parkiran, Jelano tidak mau membiarkan Iqbal keluar gerbang. Enak saja, Jelano tidak mau ditinggal begitu saja setelah dia harus menunggu Iqbal untuk keluar kelas selama 10 menit barusan.
