Semangkok Rasa • 04

Start from the beginning
                                        

Kepala Diva yang sedikit tertunduk itu perlahan naik, manik matanya kini bertubrukan dengan pemilik sepatu.

Di depannya menjulang tinggi seorang lelaki dengan almamater kuning yang melapisi kemeja bewarna hitam.

Diva tertegun untuk beberapa saat, netranya membidik mangsa dengan penuh rasa kagum.

Jantung gadis itu kian bergemuruh kala suara dari pemilik sepatu. "Punya kamu?"

Yang ditanya hanya diam membisu dengan wajah polos, bola mata Diva tak bergerak walau seinci, terus membidik Angkasa yang kini tengah menaruh sendoknya di atas meja.

Diva baru kembali menegakkan badannya kala merasakan senggolan di sepatu. Ia menatap Nisa yang kini tengah berdiam santai sembari menyantap bakso.

Namun meskipun santai, Diva sangat paham bahwa Nisa kini tengah menjahilinya, terlihat dari mata gadis itu.

Diva mengalihkan tatapannya pada Angkasa, ia tersenyum pada pria yang masih berdiri di mejanya.

"Makasih, kak."

Angkasa mengangguk, lengannya memungut sendok baru kemudian diserahkan pada Diva. "Pakai sendok yang ini aja. Yang itu udah kotor." Dagu pria itu menunjuk sendok yang sempat terjatuh.

"Ouh ya, ini punya kamu?" Angkasa mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk kelinci. Di letakan gantungan tersebut di meja.

Diva meraih gantungan kunci tersebut, gantungan kunci kesayangannya yang hilang beberapa hari yang lalu. Bagaimana bisa Angkasa memilikinya? Baru saja ingin bertanya, Angkasa sudah membuka mulut terlebih dahulu.

"Kakak nemuin itu di kios dua hari lalu, jatuh dari tas kamu. Waktu mau kakak balikin kamu udah pergi."

"Ou iya, makasih."

Angkasa hanya tersenyum simpul, ia ingin kembali membuka pembicaraan namun urung ketika suara menggelegar milik Erik terdengar memanggilnya dari pintu masuk kantin.

Pria itu berlari dengan tergopoh-gopoh untuk menghampiri Angkasa. Nafas yang keluar pun terdengar tidak beraturan.

"Kenapa?" Tanya Angkasa ketika Erik sudah sempurna berdiri di sampingnya.

"Gawat bre, lo mending sekarang balik ke kampus. Mendy lagi nyariin lo."

Mendengar hal itu Angkasa menghela nafas lelah. Raut wajah yang tadinya ramah kini berubah menjadi datar.

Ia menatap Diva terlebih dahulu sebelum akhirnya melangkah dengan cepat keluar dari area kantin.

Erik pun ikut pergi, mengekori langkah Angkasa. 

Sedangkan ditempat nya Diva dan Nisa yang sedari tadi hanya menyimak obrolan antara Angkasa dan Erik saling tatap.

"Mendy siapa, Nis?" Diva mulai bertanya, rasa penasaran kini menyelimuti dirinya.

Mengapa ketika nama tersebut terucap wajah Angkasa langsung berubah datar? Ada apa dengan orang bernama Mendy itu?

Nisa yang ditanya mengangkat bahu. "Gak tahu, tapi kayaknya gue pernah denger nama itu deh."

Semangkok Rasa (new version)Where stories live. Discover now