Saat tengah gabut menekan sembarang story yang ada. Tiba di salah satu nama kontak, wajah lesu Diva berubah menjadi terkejut kala melihat nama Angkasa.
Kepalanya tegak kembali, posisi duduknya sempurna tegap, binar mata yang sempat meredup kini terpancar, bibir yang sedari tadi menekuk berubah haluan menjadi senyuman lebar.
Sebelah tangan yang tidak memegang ponsel kini mengguncang tubuh Nisa yang duduk disebelahnya.
"Kan kecoret, lo kenapa sih..." Kesal Nisa, pasalnya ia tadi tengah menulis, ehh ralat menyalin jawaban tugas Diva.
Tulisan cakep layaknya ceker ayam itu kini berubah lebih cakep lagi karena sebuah goresan panjang yang menyebar ke seluruh abjad yang sudah ia tulis.
"Ini serius dia ada disekolah kita? Omo Nis!!!" Diva membekap mulutnya sembari menyodorkan ponsel ke arah Nisa.
"Siapa sih?" Nisa melirik ponsel Diva, ia amati bangunan yang menjadi story whatsaap dengan nama kak Angkasa.
"Inikan lapangan basket sekolah, dia ngapain ada disini?"
Diva tidak menjawab, ia hanya sibuk senyum-senyum sendiri.
"Emang udah ga bener nih bocah." Menggelengkan kepala dengan takjub. Nisa menodongkan bolpoin yang ia gunakan saat mencatat untuk menunjuk wajah Diva.
"Lo naksir dia ya?" Setelahnya ia bertepuk tangan meriah, membuat murid lain di dalam kelas menoleh kearah mereka, namun itu hanya terjadi sekilas sebelum akhirnya mereka melanjutkan aktivitas masing-masing.
Nisa mendekatkan wajah pada telinga Diva, berniat membisikan sesuatu tapi terlambat karena Diva sudah berdiri dan berlari dengan riang ke luar dari kelas.
Nisa hanya menatap malas sahabatnya, sudah jelas sekali bahwa Diva menaruh sesuatu yang berbeda dengan Angkasa. Namun tetap saja mengelak.
🍧🍧
Gema sepatu terdengar nyaring memenuhi lorong. Bersamaan dengan itu suara tarikan nafas terdengar tak beraturan.
Diva melajukan kakinya dengan sekuat tenaga, berlari secepat mungkin menuju lapangan basket sekolah.
Ia tidak ada urusan apapun disana, seharusnya ia kini duduk di dalam kelas atau tidur, memanfaatkan jam kosong dengan baik dan benar. Bukan berlarian dengan nafas hampir habis.
Diva heran dengan dirinya sendiri, beberapa hari terakhir hatinya merasa sangat berbunga-bunga ketika mendengar atau melihat sesuatu yang berbau tentang Angkasa.
Langkahnya kian memelan ketiaka ia sudah tiba di lapangan basket. Dari tepi koridor, pandangan Diva melalang buana mencari sosok yang berhasil menyeret kaki mungilnya kemari.
Objek yang ia cari ditemukan, terlihat segerombolan mahasiswa dengan almamater kuning berjalan dari arah yang berlawanan.
Tubuh Diva tiba-tiba saja kaku, jantung gadis itu berdebar tak menentu, kakinya ikut lemas seperti jeli tatkala netranya bersitatap dengan salah satu dari gerombolan itu.
"Sa, gue minta tuker kelompok sama lo ya? Biar lo nanti sama Arsy, Erik."
Yang menjadi lawan bicara hanya mengangguk singkat. Pandangannya sibuk meneliti papan kelas satu persatu.
YOU ARE READING
Semangkok Rasa (new version)
Teen FictionBermula dari ajakan sang sahabat untuk mencoba menu es teler di kios yang baru buka membuat Diva bisa menemukan kisah cintanya. Jika kalian pikir Diva jatuh cinta dengan pelanggan yang berada disana, kalian salah besar. Nyatanya Diva kini jatuh cint...
Semangkok Rasa • 03
Start from the beginning
