Aslan | 38

998 80 38
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

Shean terkekeh miris. "Seperti yang lo lakuin ke Zya?"

Aslan terpatung.

Shean mengetahuinya?

"Lo nggak lakuin ke Zya aja tapi ke Darissa juga, kan?"

Aslan mengeraskan rahangnya, matanya menajam, ia menghempaskan Shean begitu saja. Nafasnya menderu tak karuan akibat amarah yang sebisa mungkin ia tahan.

"Kita bahas ini nanti." Lalu, Aslan segera melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Shean.

***

Shean hanya bisa pasrah mengikuti setiap langkah Aslan yang membawanya ke markas Rezgart. Di dalam sana hanya ada beberapa anggota dan Chiko yang sedang bersantai. Langkah Shean terseok-seok karena Aslan menariknya cukup keras dan cepat.

Dari lirikan matanya, Shean bisa menyadari mereka memandangi keduanya dengan bingung. Namun, tak ada satupun yang bersuara, mereka hanya melirik sekilas lalu kembali acuh dan melanjutkan kegiatan mereka masing-masing.

"Kasih tau yang lain jangan ada yang ke atas." titah Aslan sambil melewati mereka.

"Siap, Lan."

Shean menggigit bibir bawahnya, ia melepaskan tangan Aslan begitu mereka sampai di sebuah kamar, menyentaknya dengan kasar. Matanya menatap Aslan dengan nyalang. Lalu, senyuman miring terpatri di bibirnya.

                 "Kenapa? Lo takut gue bocorin kalo lo bunuh Zya?"

                  Tak lama, terdengar suara tamparan keras. Shean tersungkur dengan wajahnya tertoleh ke samping, rambut panjangnya berantakan menutupi sebagian wajahnya. Air mata tak bisa ditahan, Shean kembali terisak sambil memegangi pipinya yang terasa amat perih.

                  Aslan menatap tangannya dengan perasaan yang campur aduk, dia marah, takut dan merasa bersalah. Aslan bersumpah, dia hanya reflek. Terkejut dengan ucapan gadis itu. Nafas Aslan menderu, ia mundur beberapa langkah lalu mengusap wajahnya secara kasar.

                 Aslan memandangi Shean yang terisak sambil menunduk di samping kasur, ia maju dan berjongkok di hadapan gadis itu membelai surai rambut gadis itu kemudian menariknya ke dalam dekapannya. Namun, berontakan yang ia dapat. Gadis itu terisak sambil mendorong Aslan dan memukulnya bertubi-tubi tetapi Aslan tetaplah Aslan. Dia memaksa merengkuh gadis itu.

                   "BAJINGAN! COWOK BRENGSEK!!" maki Shean sambil meraung tak karuan.

                   Aslan meringis kecil akibat pukulan-pukulan kecil Shean. Ia memejamkan mata sekilas, membiarkan gadis itu menangis histeris di pelukannya. Semarah-marahnya Aslan pada Shean saat ini, dia masih membutuhkannya. Aslan tau dirinya kasar dan tak pantas untuk Shean, tetapi gadis ini berbeda, ia merasa memilikki ketertarikan aneh pada Shean, bukan— Bukan karena Zya, ia.. Hanya menginginkan gadis ini lebih dari cintanya pada Zya dulu.

                    Terlintas berbagai kilasan memori di pikirannya, kejadian dua tahun yang lalu kembali berputar. Hinaan itu kembali ia dengar setelah sekian lamanya. Wajah Zya terus terngiang.

ASLANWhere stories live. Discover now