Aslan | 12

3.4K 321 71
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

    Istirahat kedua, Shean dan Violet memutuskan untuk menghabiskan waktu mereka diperpustakaan. Dalam perjalanan—Ditengah koridor, tiba-tiba saja Violet mengeluh ingin ke toilet. Mau tak mau, Violet harus meninggalkan Shean. 

    Shean pun tak ambil pusing, ia langsung saja berjalan ke perpustakaan.

    Tujuan utamanya ke perpustakaan bukanlah membaca buku, meminjam buku atau belajar. Melainkan tidur di perpustakaan, ya, sekalian ngadem lah.

    Shean mengedarkan pandangannya, mengamati adakah bangku kosong untuk ia tempati dengan Violet nanti. Pandangannya langsung jatuh pada bangku yang terletak diujung.

   Dengan segera Shean melangkah menuju ke sana, sebelum itu ia sempatkan untuk mengambil buku apa saja.

   Shean duduk dengan helaan nafas panjang. Rasanya lega berada di sini ketimbang kelas yang sangat berisik. Belum lagi banyaknya pria jahil yang mencoba mengganggunya. Setidaknya di perpustakaan ia merasa aman dan tenang.

   Shean menumpukan kepalanya pada tangan lalu mengambil buku itu untuk ia letakkan di depan wajahnya, agar tak terlihat jika ingin tidur.

    "Woi!"

   Shean terperanjat kaget dan menegakkan badannya.

   Ia mengumpat kecil lalu menoleh pada sang pria yang berdiri di sampingnya. Jarak mereka begitu dekat hingga spontan Shean mundur dan langsung mendorong Raul.

   "Kalo mau berantem mending di luar deh, ganggu orang yang lagi belajar aja!" Cibir salah satu pria berkacamata yang duduk tak jauh dari mereka.

   Shean dan Raul refleks menoleh, pria itu menyengir kecil dan Shean memilih langsung beranjak pergi dengan perasaan kesal. Lagi dan lagi pria itu mengganggunya.

   "Woi! Tunggu elahh!"

   Shean menulikan pendengarannya dan terus berjalan.

   "Woi! Cantik-cantik kok budek!"

   "Shean!"

   "Njir, dikacangin nih gue?"

   Tiba-tiba Shean berhenti mendadak dan menghadap belakang. "Ck! Lo bisa nggak sih, nggak ganggu gue?" geramnya.

   "Nggak."

   Shean memutar bola mata malas dan kembali berjalan dan pria itu tetap mengikutinya sambil berceloteh aneh.

   "Shean, lo udah punya pacar?"

   "UDAH!"

   Raul mundur sambil mengelus dadanya, "Galak bener, gue kan cuma nanya."

   "Mending lo cari kerjaan lain deh daripada ganggu gue mulu." Shean tersenyum paksa seraya mendorong kecil Raul. "Sana, hush.."

    "Nomor telpon dulu dong, baru gue pergi dan nggak ganggu lo." ujar Raul dengan senyuman jahilnya.

   Shean hendak menjawab ucapan Raul namun sahutan dari seseorang mengurungkan niatnya.

   "Sehari kagak gangguin ciwi-ciwi nggak buat lo mati kan? Kesian elah. Ini anak baru, mau lo jadiin korban?" Sahut Gafra yang muncul entah darimana bersama para anggota Rezgart.

    Shean melirik dan memberikan senyuman tipis. Lalu perlahan membalikkan badan dan segera berlari kecil. Tak tahu arah kemana ia akan pergi. Yang terpenting, ia tak bersama anggota Rezgart.

   Setiap melihat mereka, Shean selalu merinding. Wajah, tatapan, dan jaket yang selalu mereka kenakan sangat menyeramkan. Terutama tatapan Marvell yang mengidimintasinya. Ya, pria itu terlihat paling menyeramkan di antara lainnya. Wajahnya terkadang datar, terkadang manis—Sering berubah-ubah.

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang