Aslan | 22

2.8K 234 9
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

    "Aakh! Aslan, sakit!"

    "Lepass! Aslan lepasinnn!"

    Lelaki itu tak mengindahkannya. Ia menarik kasar lengan Shean, membawanya ke dalam sebuah markas, hingga beberapa perhatian tertuju pada sepasang kekasih itu.

    Aslan menariknya menuju sebuah ruangan yang terletak dibawah. Di dalam sana, Shean bisa merasakan betapa gelapnya ruangan itu lalu terdapat satu kursi dan beberapa tali-tali yang sudah berlumuran darah.

    Nafas Shean tercekat. Ini.. Ruangan apa?

    Bruk!

    Tubuh Shean terhempas dilantai marmer tersebut. Ia menahan nafas melihat bekas darah kering disekitarnya. Yang mencengangkan adalah, Shean melihat banyak benda-benda tajam yang tergantung di belakang tubuh Aslan.

    "Gatel banget ya nggak deket cowok sehari aja?"

    Shean melebarkan matanya. Apa? Gatal?

    "Puas lo?!"

    "Bisu?"

    "Jawab, anjing!"

    Shean berdiri dan langsung menghampiri lelaki itu. Melayangkan sebuah tamparan keras.

    Plak!

   "Lo siapa emang sampai ngatain gue kayak gitu?!" Nafas Shean menderu, kepalan tangannya semakin mengerat, matanya berkaca-kaca—Dan Shean benci hal itu. Ia benci ketika mudahnya tersinggung dengan ucapan sialan pria itu.

    Sebisa mungkin, Shean menahan agar air matanya tak tumpah.

   "Aargh!"

   Tubuh Shean termundur menghantam tembok. Shean mencengkram lengan Aslan yang mencekiknya. Kuku-kukunya yang panjang menancap dilengan Aslan hingga darah pun tampak mengucur.

    Aslan menggeram.

    "Murahan! Baru dua hari kita pacaran, tapi lo— lo udah gatel deket-deketin cowok, kenapa hah? Apa emang lo kayak gini di negara asal lo?"

   "Oh, nggak heran sih.. Disana kan hampir banyak modelan kayak lo.. Atau mungkin, lo udah ngasih tubuh lo ke cowok lain? Dan berniat ngasih ke Raj—"

    Brak!

    "Aslan!"

    Cekikan Aslan terlepas begitu saja. Ia menoleh, mendapati Marvell datang dengan tergesa-gesa lalu menarik Shean ke belakangnya. Seolah melindungi gadis itu dari jangkauannya.

    Shean meraup oksigen sebanyak mungkin. Ia mengusap lehernya. Air matanya pun sudah tak bisa terkontrol, mengalir deras diiringi isakan. Shean berbalik dan segera keluar dari ruangan tersebut.

   "Shean, jangan pergi lo sialan! Urusan kita belum selesai!"

   "ASLAN! SADAR BANGSAT!" Bentak Marvell. Ia menarik kerah pria itu. Menatapnya tajam. "Lo mau bunuh Shean, hah?! Lo mau kejadian Reanno terulang lagi?!"

ASLANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang