Aslan | 37

1K 100 40
                                    

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

          Shean berdiri tepat di depan kantor polisi, ia menatap bangunan itu dengan seksama. Ia mengeratkan jari jemari pada tali ranselnya, peluh keringat membasahi pelipisnya, merasa ragu untuk berjalan masuk, banyak polisi yang berlalu lalang sambil memperhatikan sekitar, pengawasannya sangat ketat tak seperti dahulu, menurut pandangannya.

"Permisi, mbanya ada perlu apa ya?"

Shean tersentak. Ia berdehem seraya mengusap tengkuknya karena merasa akward, "Eum.. Saya mau ketemu dengan pelaku yang baru-baru nyerahin diri, pak. Bisa?"

Pak polisi itu mengernyit. "Mbanya bisa langsung masuk aja ya kalo itu penting, karena untuk bertemu harus dilakukan sesuai prosedur."

"Sebentar aja pak tolong sampein ke tahanan atas nama Violet." pintanya memelas.

"Mohon maaf, nggak bisa mba!" tegas pak Polisi tersebut. "Mbanya bisa urus perizinan di dalam." ujarnya sambil mengarahkan tangannya ke arah pintu masuk.

Shean mendengus kasar. Matanya memicing  ke arah pintu masuk kaca ketika melihat seseorang dari dalam kantor polisi yang tampak tak asing, bukankah pria itu adalah orang tua Ghea?

             Buru-buru Shean berbalik dan berjalan cepat untuk menutupi dirinya. Sambil memandangi Genta yang keluar dari kantor polisi. Dia berusaha menguping pembicaraan Genta dengan polisi yang baru saja mengobrol dengannya.

            "Violet akan dipindahkan ke sel lain, jangan sampai ada yang tau hal ini. Jika ada yang mencarinya suruh untuk menemui saya." Shean dengan sigap bersembunyi di balik mobil yang terparkir saat Genta berjalan menuju arah mobil hitam milik pria itu.

             Kesempatan bagus. Itu berarti Violet akan keluar dari kantor polisi. Ya, ia hanya perlu menemui Violet untuk menanyakan sesuatu.

            "Udah ngupingnya?" Shean tersentak kaget. Reflek, ia menyentuh dadanya sambil mengumpat.

            Aslan bersedekap dada, netranya menangkap Shean yang sedikit gelagapan dan salah tingkah karena ketahuan oleh dirinya.

             "Lo mau nanyain apa sih ke Violet?"

             "Lo nggak perlu tau."

              "Jadi cewek jangan naif banget, She. Lo udah liat juga kelakuan busuknya." ujar Aslan dengan jengah.

               "Gue cuma pengen mastiin satu hal."

               "Apa?"

               Shean terdiam sejenak sebelum melanjutkan omongannya, "Apa bener Violet dendam ke gue karena pacaran sama lo.."katanya pelan.

                Aslan menghela nafas kasar. Ia lupa bahwa Shean tak tahu mengenai dendam Violet kepada Rezgart, Shean masih tak tahu apapun, mengenai Zya dan kejadian dua tahun yang lalu. Aslan juga akan memastikan Shean tidak boleh tahu sedikitpun alasan Violet melakukan hal tersebut.

               "Bodoh! Lo itu di jebak supaya dia nggak jadi pembunuh, nggak ada alasan apapun." alibinya.

               "Gue tau. Tapi gue ngerasa ada yang aneh, nggak mungkin Violet sampai lakuin itu."

ASLANOn viuen les histories. Descobreix ara