17 | Ancaman

Mulai dari awal
                                    

"Mending Lo kejar, deh. Terus sujud maaf di depannya."

"Ok! Aku ke sana dulu!" Tanpa ba-bi-bu Virsa langsung membalikkan badan dan hendak berlari mengejar Varel sebelum terlambat.

Namun langkahnya terhenti ketika tangannya dicengkeram sesuatu. Ia melirik ke sumber masalah. "Dyan, aku tahu kamu ngebet nikah. Tapi aku ngga mau nanti dikutuk sama Varrel karena habis menyakiti kekasihnya!" Seru Virsa.

"Stress! Siapa yang pengen nikah?!"

"Ah! Pokoknya nanti dulu! Aku mau sujud maaf!" Virsa menarik kuat-kuat tangannya dari genggaman Dyan.

Ah, Dyan sudah tidak kuat. Gelak tawa pun pecah di mulutnya. Ternyata tidak cuman gila, gadis ini sedikit dongo juga, ya?

Virsa menatapnya bingung. Dyan sangat mengesalkan! Bisa-bisanya ia malah menertawakannya. Ia hendak mengeluarkan protes. Tetapi mulutnya seperti disumpal dengan keindahan tawa Dyan. Matanya menatapnya terpesona. Ia merasa sedikit bangga, karena dirinya lah penyebab tawa lebar itu keluar.

"Sebenernya, Lo makan apa, sih?" Dyan terengah-engah lelah tertawa.

"Tadi pagi, sih, makan ayam goreng–"

Dyan memutar bola matanya malas. "Ah, capek, ngomong sama lo." Virsa semakin menekukkan mukanya. Kenapa Dyan menjadi seperti anak baru puber, sih? Ga jelas.

Dyan perlahan menarik Virsa duduk di sampingnya. Padahal ia sendiri bilang ia merasa muak karena selalu duduk dengan Virsa. Ia melakukan hal yang berkebalikan dari mulutnya.

"Gue bercanda."

"Berarti kamu sebenernya ngebet nikah?"

"Bukan yang itu, anying," Umpat Dyan.

Ia menghela nafas. "Masa iya, lu benar-benar nganggep meja ini pacarnya Varrel?" Tanya Virsa.

"Ya, kan, siapa tahu. Jangan salah, Dyan! Jaman sekarang bahkan ada yang pacarnya itu AI!" Lantur Virsa.

Dyan menggeleng-gelengkan kepalanya. Darimana gadis ini mendapatkan informasi seperti itu? Sebenarnya apa yang ia cari di internet?

"Ya, kan, Varrel masih waras kalik," Ujar Dyan. Bibir Virsa membulat membentuk huruf 'O' pada pernyataan Dyan.

"Lain kali jangan hantam meja gue kayak gitu," Tegur Dyan sambil mendorong pelan dahi Virsa dengan dua jarinya.

Bukannya marah, Virsa malah mengangguk antusias. Dengan tatapan yang serius. Seolah-olah ia berjanji dengan nyawanya untuk tidak melakukannya lagi. Dyan menjadi sedikit gemas. "Tumben nurut," Pikirnya.

"Mana payung gue?" Dyan mengulurkan tangannya meminta.

"Oh, iya! Lupa." Virsa tersenyum tidak bersalah. Dyan mendengus kesal. Padahal semalam Virsa yang membawa kembali topik tersebut. Bagaimana ia sudah lupa? Jangan-jangan ia tidak ada niatan untuk mengembalikan.

Kemudian kesadaran tiba-tiba muncul di kepala Virsa. Ia, kan, sedang ingin mengancam! Ia terlalu terlena dengan percakapannya tadi sehingga lupa dengan niatnya sendiri.

Virsa mulai menegakkan duduknya dan mencoba memasang muka mengintimidasi. Walau tidak terlihat seram sama sekali. Dyan menaikkan alisnya bingung dengan sikap Virsa yang tiba-tiba sunyi.

Gadis itu mencengkeram kerah Dyan tiba-tiba dengan kedua tangannya. Hal itu membuat Dyan terkesiap dan gugup. Apa-apaan? Modus baru apa lagi ini? Dyan bergerak memberontak, walau tidak benar-benar berusaha.

"A-apa, sih? Lepasin," Gagap Dyan. Ia tidak mau terperangkap dengan modus Virsa yang lain! Harusnya sejak tadi ia bersikap waspada.

"Besok nga-date, yuk!" Ajak Virsa.

Weirdos.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang