04 | Panggilan

20 5 0
                                    

"Hai sayang."

Dyan menyemprotkan es teh yang baru saja ia minum. Tiada angin tiada hujan, Layaknya sebuah tahu bulat, Virsa mendadak menghampirinya dan melontarkan sebutan itu padanya. Terbatuk-batuk lah dia tersedak dengan kenyataan. Ia benar-benar jadian, dengan Virsa.

"Ngeri."

"Hebat."

Dyan mengelap bibirnya basah sambil menatap sinis setelah mendengar respon kedua temannya. Ia melirik ke arah Virsa dengan muka yang sepanas mangkok bakso yang baru ia beli.

"A-apa maksud?" Tanya Dyan.

"Panggilan buat kamu," Ujar Virsa sambil meringis. 

"Katanya panggilan begitu bisa mempererat hubungan-" Dyan menutup mulut Virsa. Kemudian menarik tangan Virsa, meninggalkan kedua temannya serta bakso dan es tehnya.

Dibawa lah Virsa ke taman belakang sekolah, tempat yang sudah jarang didatangi. Disitu, kembalilah Dyan menarik nafasnya. Sudah apes disuruh nembak, eh sasarannya cewe kayak gini.

"Hayo, mau ngapain ngajak berduaan di si-"

"Ga cuman ngeselin, lu mesum juga ya?" Sarkas Dyan, yang direspon dengan kekehan kecil Virsa.

Dyan melangkah mendekat Virsa. Menatap lekat ke dalam mata Virsa. Virsa menjadi sedikit gugup, takut bahwa candaannya ternyata benar. 

"Buka gede kuping lu. Kita ga pacaran. Kemarin dare. Selesai," Tegas Dyan.

Virsa mendengus dan melipat kedua tangannya. "Peduli silit."

"Heh!"

"Yaudah, nanti otw ke rumahmu-" 

"Ga USAH ANEH-ANEH!" Seru Dyan, takut akan getokan ayahnya.

Virsa menghela nafasnya. "Ya udah kita buat perjanjian aja, 6 bulan, kalo nyaman lanjutin," Tawar Virsa. 

"Emang bakalan nyaman?"

Virsa menggedikkan bahunya. "Who Knows?"

"Terserah. Jangan harap gue bakalan ngelakuin Lo kayak pacar," Tegas Dyan. Ia pun membalikkan badannya kembali menuju kantin. Belum ada 5 langkah, terdengar suara Virsa berteriak.

"BILANG AJA GA TAU CARA PACARAN!"

"BACOTTT!!"

•••

"Sayang."

"Stop Plis!" Protes Dyan untuk kesekian kalinya. Jam istirahat terasa sangat lama dengan adanya Virsa yang terus mengoceh di sebelahnya. Ia tidak bisa menikmati baksonya yang sudah dingin dengan tenang.

"Bisa ga manggil nama aja??"

"Tapi katanya panggilan spesial bisa mempererat hubungan," Jelas Virsa bangga. Kemudian ia berpikir sejenak. 

Ia pun mendapat sebuah ide. "Kalau gitu dyang aja gimana?" Tanya Virsa.

Terbahak-bahak lah kedua teman Dyan yang mencoba keras untuk diam dari tadi. Karena mereka duduk tepat di depan kedua pasangan itu.

"Dyang~ Dyang~"

"Ga mau ikut campur, tapi cocok banget itu, Yan. Gue sih setuju." Kembalilah mereka berdua tertawa terbahak-bahak membuat seluruh warga kantin melirik ke meja mereka. 

Belum cukup ia malu di depan temannya, ditambah lagi malu di depan semua orang. Dyan mencoba tenang dan pelan-pelan menghela nafasnya. Tidak mau menyakiti perasaan Virsa pula. 

"Dyan aja."

Mendengar respon Dyan membuat Virsa mendengus. Namun ia hanya mengangguk-angguk menghargai pendapat Dyan. "Oke!" Serunya.

KRINGG!

Dyan menghela nafas lega. Akhirnya berakhir juga. Dengan segera ia mengembalikkan gelas serta mangkoknya dan lari meninggalkan ketiga penganggunya itu.

"Lu hebat Vir," Ujar Varel sambil mengacungkan jempol. Virsa hanya menaikkan alisnya heran dan berdiri dari kursinya, mencoba menyusul Dyan. 

"Lucu banget reaksinya Dyan."

"Ga nyangka mereka cocok juga, padahal gue cuman iseng jodohin," Sahut Arsa sambil terkekeh. Bukannya malah balik, mereka terus menertawakan Dyan hingga kantin tersebut penuh dengan suara tawa mereka.

***

"Rapat, jamkos," Singkat ketua kelas yang direspon dengan sorakan seluruh warga kelas.

Mendengar informasi dari sang ketua kelas, hendaklah Dyan berdiri dari tempatnya dan mengajak kedua temannya ke kantin. Seolah-olah lupa kalau mereka telah mengganggunya tadi.

Namun belum sempat berdiri, entah bagaimana caranya, Virsa yang berada sebrang pojok belakang sudah ada di sampingnya. Diambilah senyum sumringah Dyan oleh Virsa.

Virsa tersenyum penuh arti kepada Dyan. "Jamkos date?" Tanyanya.

Dyan menaikkan alisnya heran "Emangnya ada kayak begituan?"

"Apa sih yang ga ada buat kita."

"Cringe." Dyan memutar bola matanya malas dengan gombalan receh Virsa. Melihat sikap Dyan yang seperti itu justru membuatnya terkekeh.

"Dyang-"

Dibekap mulut Virsa oleh Dyan, mencegahnya melanjutkan panggilan itu. Dyan menatap tajam Virsa memperingatinya akan ucapannya. Namun Virsa hanya kembali terkekeh, menganggap tingkah Dyan saat ini sangatlah lucu. 

"Awas lu lanjut!"

"Kalo ga?" Tantang Virsa sambil melipat kedua tangannya.

Dyan menghela nafasnya dan menarik tangannya dari mulut Virsa. Kemudian ia mengusap wajahnya kasar. "Gue mau main Ama temen gue."

"Ngga kok Vir, kita mah mau tidur. Ya, gak, sa?" Sela Varel yang dibalas dengan anggukan Arsa membenarkan pernyataannya. Dyan menatap sinis mereka.

"Emangnya lu temen gue?"

"Emangnya lu ada temen lain?" Skakmat. Dyan berdehem dan pura-pura tidak mendengar ucapan Arsa.

"Ayolah, ini kan day one kita!" Sahut Virsa.

Day one? Dyan bahkan tidak pernah menginginkan mereka pacaran dari awal! Bahkan saat ini Dyan masih di fase terheran-heran. Baik Dyan maupun Virsa tidak saling menyukai. Untuk apa mereka jadian?

Dyan kembali mendengus dan memutar bolanya malas. Baru saja ingin memantapkan niatnya untuk menolak lagi, Dyan diserang dengan puppy eyes nya Virsa. Dinding pertahanannya melemah. Dyan lemah dengan yang imut-imut. Eh, barusan dia menganggap Virsa imut?

Dyan kembali menghela nafas. "Tapi jangan di sini," ujarnya menyerah. 

Virsa menarik kedua ujung bibirnya dan mengangguk. Ia tarik tangan Dyan dan membawanya keluar kelas entah kemana. 

Seluruh warga kelas menatap terkejut melihat adanya pasangan baru di kelas. Kombinasi yang cukup aneh, pikir mereka. Sedangkan Arsa dan Varel hanya bisa terkekeh-kekeh melihat tingkah lucu pasangan itu.

Weirdos.Where stories live. Discover now